WAYANG ANIMASI: TRADISI LOKAL BERNUANSA MODERN
WAYANG ANIMASI: TRADISI LOKAL BERNUANSA MODERN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Pada suatu pagi tidak sengaja saya menemukan konten You tube, yang bercerita tentang wayang, tetapi ini bukan wayang sebagaimana yang dikenal selama ini, yaitu wayang kulit yang menggunakan pola tradisional. Artinya terdapat seperangkat wayang kulit, gamelan, penabuh gamelan (panjak atau wiyogo), dalang dan sinden atau waranggono. Atau wayang orang, sebagaimana biasanya terdiri dari wayang orang, gamelan, penabuh gamelan dan sinden. Wayang animasi ini adalah wayang kreatif dengan menggunakan teknologi animasi dan kemudian diunggah di you tube. Tetap menggunakan dalang dan gamelan tetapi dalang dan gamelannya tidak ditampakkan.
Sebagai orang yang pernah menjadi penggemar wayang, terutama di kala masih di sekolah dasar dan sedikit memahami tentang dunia pewayangan, maka wayang kreatif ini begitu menarik. Lucu dan mengesankan. Memang sengaja yang dipilih adalah tema-tema banyolan, misalnya adegan Semar, Gareng, Petruk, Bagong, para Pandawa dan para Kurawa, serta para Yakso atau Buto dengan penggambaran sebagaimana wayang kulit yang selama ini dikenal public. Melalui animasi, maka wayang yang selama ini merupakan pagelaran semalam suntuk, lalu hanya dipagelarkan dalam beberapa menit, kira-kira 10 menit dan bersambung.
Sungguh unik. Para wayang ini bersepatu dan bisa bergerak layaknya film animasi lainnya. Berjalan, berlari, menari dan menyanyi dan bahkan perang, sebagaimana film animasi atau film kartun di televisi atau konten you tube. Jika kita pernah menonton film kartun Ipin dan Upin atau kartun Boboiboy, Kartun Sopo Jarwo dan lain-lain. Wayang Animasi ini juga bisa bergerak layaknya manusia. Wayangnya bergerak, sebagaimana dalang yang mengucapkannya. Antara ucapan dalang dengan gerakan juga harus selaras untuk menggambarkan bahwa wayang ini hidup.
Sebagai wayang kreatif, cerita yang dipilih juga yang menarik dan menggugah minat untuk menontonnya. Sebagai penikmat wayang, maka saya tentu sangat tertarik dengan Wayang animasi ini karena selain menggambarkan dunia pewayangan yang hidup, juga banyolan kocak atau lelucon yang menyegarkan. Adegan-adegannya to the point sebagaimana tema yang dihidangkannya. Tidak sebagaimana wayang kulit yang dilakonkan semalan suntuk dengan berbagai cerita asesorisnya, maka wayang animasi mengunggah cerita yang langsung ke konten cerita.
Dalang kreatifnya adalah Ki Seno Nugroho yang selama ini malang melintang dengan pegelaran wayang kulit. Bahkan juga mengunggah pagelarannya di You tube bersama para pesinden dari luar negeri, salah satunya adalah Sinden Megan. Tayangan Wayang Animasi itu salah satunya diunggah oleh Cak Rye (CR) dengan teknis animasi yang sangat baik. Bagaimana wayang berjalan, berlari dan menari berliuk-liuk bahkan perang dapat ditayangkan dengan sangat memadai. Termasuk juga keserasian antara gerakan, ucapan dan gesture tubuhnya.
Saya menikmati tayangan “Petruk dadi Bolodewo dan Bagong dadi Werkudoro”. Cerita yang menggambarkan tentang bagaimana Raden Ontoseno membela Petruk dan Bagong dari tindakan tidak benar yang dilakukan oleh Bolodewo dan Werkudoro terhadap Petruk dan Bagong. Dikisahkan bahwa Raden Gatutkoco dan Raden Ontorejo yang disuruh untuk menangkap Petruk dan Bagong, tetapi gagal karena keduanya dibantu oleh Ontoseno untuk malih rupo. Maka pada saat Petruk yang malih rupo menjadi Bolodewo dan Bagong yang malih rupo menjadi Werkudoro bertemu dengan Gatutkoco dan Ontorejo maka diberitahukan bahwa Bolodewo dan Werkudoro tidak pernah memerintahkan untuk menangkap keduanya. Gatutkoco dan Ontorejo lari dan bertemu dengan Bolodewo dan Werkudoro yang asli dan akhirnya disadari bahwa ada orang yang sengaja malih rupo dengan keduanya. Bertemulah Bolodewo dan Werkudoro yang asli dengan yang malih rupo. Akhirnya terjadi peperangan dan akhirnya dapat diketahui jika yang malih rupa adalah Petruk dan Bagong. Melalui datangnya Krisno yang asli akhirnya terkuak bahwa ada orang yang malih rupa menjadi Krisno dan telah mengambil pusoko Jamus Kalimosodo.
Yang sangat lucu adalah pembicaraan antara Bolodewo dan Werkudoro palsu pada saat keduanya melakukan penyesuaian bicara dan juga kala keduanya bertemu dengan Bolodewo dan Werkudoro yang asli. Ada dialeg-dialeg yang sangat lucu, sehingga orang yang memahami dialek Jawa pasti akan tertawa terbahan-bahak. Saya bersyukur karena pernah menyukai pagelaran wayang kulit. Bahkan saya juga menyukai wayang orang, ketoprak, hingga seni dan sendratari dalam budaya Jawa.
Sungguh saya bersyukur bahwa cita rasa seni saya itu telah terbangun semenjak kecil dan tetap terpelihara hingga sekarang. Tayangan di televisi tentang lakon sejarah di Nusantara sangat saya senangi. Episode Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram sangat saya sukai. Bahkan saya pernah setiap hari mendengarkan serial drama radio Brahma Kumbara dan Sembara. Saya lupa apa judul ceritanya.
Penayangan wayang animasi terasa sangat tepat di era teknologi informasi. Di kala anak-anak muda menggandrungi animasi-animasi berbasis cerita dari Amerika, Eropa, Jepang, Thailand dan bahkan Malaysia, maka tayangan cerita pewayangan menjadi menarik. Kreativitas untuk memoderankan wayang yang selama ini dikenal sebagai kesenian tradisional, ternyata menarik kala dianimasikan. Tentu saya berharap bahwa dengan kreativitas wayang animasi ini dapat menarik minat generasi muda untuk mencintai budayanya sendiri.
Wallahu a’lam bi al shawab.