ISLAM EKSTRIM VS ISLAM MODERAT DI NUSANTARA
ISLAM EKSTRIM VS ISLAM MODERAT DI NUSANTARA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Salah satu kebahagiaan seorang guru atau dosen adalah ketika salah seorang mahasiswanya memiliki prestasi dalam area dan tingkatan apapun. Kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan uang atau barang apapun. Sebuah kebanggaan yang tulus dari guru atau dosen yang telah mengajarkan suatu ilmu pengetahuan dalam kadar dan takaran yang terukur. Di antara kebanggaan tersebut adalah kala muridnya itu dapat menulis di manapun dan dalam tema apapun.
Pada saat saya menjadi narasumber pada acara yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Sunan Ampel, 9/6/2022 di Auditorium UIN Sunan Ampel dalam tema: Pengembangan Ekonomi Pesantren pada Era Presiden Jokowi”, maka saya diberikan sebuah buku yang ditulis oleh Ali Mursyid Azisi dengan tema “ Islam Ekstrim vs Islam Moderat di Nusantara: Ideologi, Ruang Gerak, Perdamaian, dan Fenomena Keagamaan Kekinian” diterbitkan oleh Penerbit Global Aksara, tahun 2021, yang diberi Kata Pengantar Prof. Dr. Kunawi Basyir, MAg, professor Antropologi Agama pada UIN Sunan Ampel.
Tema di dalam buku ini menarik bagi saya sebab ada visi dan misi yang sama dengan nursyamcentre.com, yaitu sebagai institusi atau media social yang mengusung tema “Menggerakkan Moderasi Agama untuk Indonesia Hebat”. Buku ini menarik karena tema-tema yang dibahas di dalam buku ini adalah tentang Islam Ekstrim dan Islam Moderat yang saya kira merupakan tema-tema yang menarik di tengah kontestasi untuk menguasai paham keagamaan di Indonesia.
Penulis buku ini merupakan anak muda yang aktif menulis di berbagai media online. Misalnya: ibtimes.id, pkptipnuuinsa.com, harakatuna.com, hidayatuna.com, duniasantri.co, dawuh-guru.com, tafsirulqur’an.id, alif.id, aqra’.id, kabardamai.id, dan koran Jawa Pos Radar Banyuwangi. Yang menarik bagi saya adalah tulisannya yang kebanyakan bertema Islam damai, Islam wasathiyah, Islam rahmatal lil alamin dan sebagainya.
Ali Mursyid Azizy, adalah bagian dari generasi milenial yang memiliki kemampuan untuk menuliskan gagasannya dengan baik. Dan yang membuat saya gembira adalah tulisannya yang bersearah dengan upaya untuk gerakan moderasi beragama. Jika dilihat bab demi bab di dalam karyanya ini, maka dapat dinyatakan betapa besar gairah penulis untuk menyampaikan pesan tentang Islam wasathiyah, Islam damai atau Islam rahmatan lil alamin. Di dalam buku ini dijelaskan tentang bagaimana menyelami ideologi, pemikiran dan gerakan kelompok ekstrim. Di dalamnya dapat digambarkan tentang bagaimana pemahaman beragama secara literlek akan dapat merusak terhadap harmoni dalam masyarakat, dan pemikiran ekstrim dapat membahayakan bagi keindonesiaan kita. Kemudian juga digambarkan mengenai Jargon Jihad dan ruang gerak Islam ekstrim yang sekarang sedang memasuki era penyebarannya. Di antara media yang digunakan adalah teknologi informasi yang tentu sangat digdaya dalam upaya menguasai diskursus tentang Islam. Melalui media social digelontorkan ide-ide tantang salafisme, wahabisme, dan radikalisme bahkan juga ekstrimisme.
Sebenarnya yang bisa menjadi kekuatan penyeimbang adalah organisasi yang berpaham Islam damai, misalnya NU. Organisasi social keislaman tersebut diidentifikasi sebagai organisasi yang berpaham moderat dan hingga sekarang masih mengusung tentang Islam yang toleran, moderat dan humanis. Islam akan dicitrakan menjadi Islam yang damai jika para pemeluknya melakukan program pengembangan kehidupan berbasis Islam damai. Islam tidak selalu dicitrakan sebagai agama yang keras, jika para umatnya melakukan tidakan yang relevan dengan budaya dan tradisi di mana Islam tersebut dipraktikkan.
Penjaga Islam moderat tidak diragukan adalah NU. Melalui berbagai aktivitasnya, masyarakat NU adalah yang terus menyuarakan mengenai Islam yang berkaitan dengan tradisi Islam local. Dan melalui perkhidmatan dalam tradisi local, maka ketahanan masyarakat Islam Indonesia terhadap gegap gempita Islam garis keras dapat direduksi. Jargon yang dikembangkan oleh kelompok Salafi Wahabi, misalnya mengkafirkan sesama umat Islam atau terus menyebut amalan-amalan bidh’ah dan khurafat bagi umat Islam wasathiyah tentu hanya dapat diimbangi oleh para da’i Islam wasathiyah yang sekarang cenderung memahami arti pentingnya media social.
Islam dan Arab merupakan dua entitas yang berbeda. Menurut Azisy bahwa Islam adalah agama sedangkan Arab adalah tradisi. Kalangan Islam ekstrim menyamakan antara Islam dan Arab. Dianggapnya bahwa semua yang dilakukan di Arab merupakan agama. Baginya, bahwa Islam di Arab Saudi adalah Islam yang paling murni dan Islam di tempat lain tidak. Makanya, mereka menginginkan agar praktik Islam yang benar adalah sesuai dengan tafsiran kaum Salafi Wahabi. Inilah yang sesunggguhnya menjadi problem relasi antara Islam, agama dan negara di kalangan umat Islam. Padahal Islam Nusantara sebenarnya adalah Islam yang genuine, bukan Islam yang tidak memiliki jalur genealogi dengan Islam dari sumber aslinya.
Wallahu a’lam bi al shawab.