Bersamaan waktunya dengan muktamar NU ke 32 di Makassar, Direktorat Jenderal Kementerian Agama RI menyelenggarakan launching sertifikasi dosen untuk tahun 2010. Acara ini memang telah direncanakan sesuai dengan jadwal yaitu pada akhir bulan Maret 2010. Jadi kalau waktunya ternyata bersamaan dengan Muktamar NU, maka ini merupakan suatu kebetulan yang terjadi secara wajar. (more..)
Saya bersyukur bisa masuk ke ruangan upacara Muktamar NU ke 32 di Makassar. Sebab kedatangan saya memang agak terlambat, yaitu ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah datang di acara tersebut. Sesuai dengan undangan yang saya terima, bahwa acara memang akan dibuka oleh Presiden SBY jam 14.00 WIT. Akan tetapi nampaknya dipercepat, sehingga jam 13.00 WIT sudah ditutup semua pintu untuk masuk ke arena muktamar. Untunglah saya bertiga, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr. Rahmad Wahab, Rektor UIN Malang, Prof. Dr. Imam Suprayogo dan saya bisa masuk ke dalam ruang upacara pembukaan tersebut. Bahasa kasarnya, ada nasib baik. Sebab banyak orang yang tidak bisa masuk ke ruang itu. (more..)
Dewasa ini pesantren sudah dikembangkan tidak hanya untuk upaya tafaqquh fiddin, akan tetapi juga mengarahkan misinya pada pengembangan kualitas santri untuk kemampuan diri dalam menghadapi dunia riil kehidupan yang lebih luas. Jika di masa lalu, orang mengirimkan anaknya ke pesantren hanya untuk kepentingan memperoleh pengetahuan agama atau tafaqquh fiddin, akan tetapi sekarang juga ada harapan baru agar anaknya juga memperoleh ilmu pengetahuan umum. Itulah sebabnya pesantren dengan kyainya lalu mengantisipasinya dengan membuka multi program, Ilmu agama, Ilmu umum dan praksisnya . Makanya, banyak kyai yang sudah melakukan pembaharuan system pendidikan di dunia pesantren. (more..)
Berita yang sempat saya baca di Harian Bangsa, 21/03/2010, tentang “Ketika Wanita Taliban Kabur dari Suami, Tertangkap, Telinga Hidung Dipotong”, membuat saya merasa ngeri. Apalagi sebagai ilustrasinya disertakan pula gambar perempuan yang dipotong telinga dan hidungnya tersebut. Bagi sebagian orang, mungkin tindakan ini juga membuat merinding. Dan juga banyak di antara kita yang merasakan bahwa tindakan orang Taliban tersebut tidak patut ditiru. Tentu saja, hal ini disebabkan oleh kuatnya rasa penghargaan terhadap perempuan yang memang patut untuk dihargai. (more..)
Di masa lalu, jika orang menyebut pesantren maka pasti akan terbayang sebuah lembaga pendidikan yang tradisional dengan segala atributnya. Di antara atribut tersebut adalah pengajian kitab kuning, pengajian dengan system sorogan, bandongan dan wetonan, dan juga sebagian santrinya yang hanya sarungan. Dan di masa lalu bahkan ada tudingan yang tidak mengenakkan, yaitu santri kudigan. Tentu ini adalah stereotipis yang diberikan kepada para santri oleh orang lain yang sesungguhnya tidak memahami dunia kepesantrenan. (more..)