• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PESANTREN MASA DEPAN

Dewasa  ini pesantren sudah dikembangkan tidak hanya untuk upaya tafaqquh fiddin, akan tetapi juga mengarahkan misinya pada pengembangan kualitas santri untuk  kemampuan diri dalam menghadapi dunia riil kehidupan yang lebih luas.  Jika di masa lalu, orang mengirimkan anaknya ke pesantren hanya untuk kepentingan memperoleh pengetahuan agama atau tafaqquh fiddin, akan tetapi sekarang juga ada harapan baru agar anaknya juga memperoleh ilmu pengetahuan umum. Itulah sebabnya pesantren dengan kyainya lalu mengantisipasinya dengan membuka multi program, Ilmu agama, Ilmu umum dan praksisnya . Makanya, banyak kyai yang sudah melakukan pembaharuan system pendidikan di dunia pesantren.

Namun perubahan memang terjadi dengan sangat cepat. Di tahun 90-an, inovasi pesantren untuk mengembangkan pendidikan umum telah mencapai puncaknya. Terlihat dari banyaknya pesantren yang mengembangkan sekolah-sekolah umum. Hampir semua pesantren yang telah mapan dalam kemampuan santrinya di bidang agama, kemudian membuka pendidikan umum, misalnya SMU, SMK dan sebagainya. Pesantren Rejoso, misalnya membuka program studi umum, seperti SMP dan SMU dan juga program ST Telkom, dan SMK. Dalam hal ini Pesantren Rejoso mengembangkan kerjasama dengan BPPT dan sebagainya.Demikian pula Pesantren Tebuireng juga mengembangkan lembaga pendidikan umum, seperti SMA, SMK selain Madrasah Tsanawiyah dan  Aliyah.

Perkembangan ini menandai adanya keinginan berubah yang luar biasa di kalangan pesantren.  Jika di masa lalu ada anggapan bahwa pesantren adalah lembaga yang tidak mau berubah, stganan atau tradisional, maka sekarang justru terjadi kesebalikannya. Pesantren ternyata berubah cepat berpacu dengan perubahan social yang sangat cepat.

Dewasa ini, pesantren justru sudah melangkah jauh. Hal ini tentu saja disebabkan oleh beberapa factor.  Di  antara factor tersebut adalah semakin banyaknya SDM pesantren yang mengakses pendidikan umum.  Misalnya banyak dzurriyah kyai yang justru mengambil pendidikan umum pasca menyelesaikan pendidikan pesantrennya. Makanya ketika mereka kembali ke pesantren, lalu yang dikembangkan adalah penerapan pengetahuannya untuk mengembangkan institusi yang lebih luas cakupannya.  Putra-putri kyai banyak yang belajar di lembaga pendidikan umum, misalnya sainteks dan kedokteran. Sehingga, ketika kembali ke pesantren maka yang diperhatikannya ialah memberikan layanan pendidikan kesehatan, teknik dan sebagainya.

Ketika banyak pesantren telah mengembangkan pendidikan umum yang komprehensif, lalu sekarang mulai dikembangkan visi pesantren untuk mengarahkan bidikannya pada kebutuhan umat. Para kyai dan pengelola pesantren lainnya kemudian memasuki dunia agen perubahan social. Untuk kepentingan ini, maka pesantren yang mengembangkan agrobisnis juga memiliki asosiasi sebagai wadah untuk menyemaikan wawasan dan mengembangkan kesamaan visi tentang pesantren sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.

Ketika masyarakat sudah sangat mindedness tentang penggunaan pupuk kimiawi, maka pesantren mengembangkan pupuk organic. Jadi, pesantren telah mengembangkan pola baru dalam keterlibatannya dengan pemberdayaan masyarakat. Di dalam konteks ini, maka apa yang dinyatakan oleh Direktur Pesantren, Chorul Fuad Yusuf tentang pengembangan pesantre n ke depan dirasakan sangat tepat. Menurutnya, bahwa 10% santri saja yang diharapkan menjadi kyai khos, 60% menjadi kyai untuk memenuhi kebutuhan umat akan ilmu agama, seperti menjadi modin, ahli tahlil, yasin dan pemenuhan kebutuhan agama di level masyarakat luas, dan selebihnya 30% terarah kepada pemenuhan kebutuhan pemberdayaan masyarakat. Yang terakhir ini, maka yang diperlukan adalah alumnus pesantren yang bisa menggerakkan roda agribisnis, menguasai teknologi terapan, mengembangkan inovasi baru dalam pengembangkan kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.

Oleh karenanya, ke depan pesantren akan menjadi pusat-pusat pengembangan masyarakat, yang sebenarnya sudah dimulai embrionya di awal-awal tahun 1990-an. Jika ini terjadi  maka pesantren akan menjadi kekuatan ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini