Akhir-akhir ini muncul pikiran baru terkait dengan pemikiran membentuk Negara Islam Indonesia (NII). Pikiran ini datang dari kelompok Islam garis keras yang menganggap bahwa negara yang sah hanyalah negara yang dibentuk atas dasar syari’ah Islam, dan bentuknya adalah negara khilafah. Pikiran ini ternyata menggunakan hak asasi manusia (HAM) tentang kebebasan berpikir dan bertindak. (more..)
Saya terkadang juga bertanya, kenapa Indonesia dijadikan sebagai markas gerakan terorisme. Mengapa Indonesia yang sebenarnya menjadi lahan yang paling subur di dalam mengembangkan Islam garis moderat, ternyata justru menjadi wilayah yang sering diacak-acak oleh gerakan terorisme. Pertanyaan inilah yang kiranya menyelinapi pikiran masyarakat Indonesia yang mencintai perdamaian. (more..)
Berita yang menarik untuk pekan ini adalah tentang penangkapan Abu Bakar Ba’asyir oleh Densus 88 Anti Teror. Dia ditangkap terkait dengan dugaan menjadi jaringan terorisme Aceh beberapa saat yang lalu. Pengasuh Pondok Pesantren Ngruki tersebut ditangkap di Banjar Patroman, Ciamis, Jawa Barat, Senin, 09/08/2010. Kala itu Abu Bakar Baasyir baru saja mengisi pengajian di daerah Ciamis. Turut serta ditangkap adalah Aisyah Baraja, Istri Abu bakar baasyir, meskipun kemudian dilepas dan dipulangkan ke Cimahi. (more..)
Saya memperolah kesempatan yang sangat langka, yaitu menonton pertunjukan teater yang mengusung cerita Republik Reptil oleh Teater Kosong yang bekerjasama dengan Teater Q Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel. Acara pertunjukan teater ini diselenggarakan di Auditorium IAIN sunan Ampel, 09/08/2010. Pementasan ini menjadi istimewa sebab dihadiri Olivia Zalianti, bintang sinetron yang tidak diragukan kapasitasnya. Selain itu juga nama-nama yang tidak asing di jagat perteateran, misalnya (more..)
Menang tanpo ngasorake di dalam bahasa Indonesia adalah menang tanpa mengalahkan. Ungkapan ini dahulu sering dibicarakan oleh Pak Harto sewaktu beliau menjadi Presiden Republik Indonesia. Menang tanpo ngasorake adalah konsep Jawa yang sering digunakan di dalam terminologi orang Jawa tentang bagaimana memenangkan sebuah pertempuran, akan tetapi tanpa melalui pertarungan yang berdarah-darah. Menang tidak selalu berkonotasi melalui pertempuran, akan tetapi bisa juga menang melalui proses diplomasi atau perdebatan dan sebagainya. (more..)