CERAMAH AKADEMIS DI KBRI
Setelah makan bersama, dengan menu nasi pecel dan lauk pauk yang serba ada, maka acara dilanjutkan dengan ceramah. Pak Tosari Widjaja melarang saya dan Pak Fadhil untuk kembali ke hotel, akan tetapi harus memberi ceramah kepada mahasiswa yang kuliah di Maroko. Akhirnya, kami berdua dan Bil Bachtiar tinggal di gedung Kedubes RI di Maroko, sedangkan rombongan Pak Menteri diperkenankan untuk kembali ke hotel.
Kesempatan untuk memberikan ceramah di kalangan mahasiswa RI di Maroko tentu kami sambut dengan suka cita. Meskipun rasanya badan sudah sangat lelah, karena perjalanan dan kurang tidur, akan tetapi karena semangat yang menyala maka kami memberi ceramah dengan durasi waktu kurang lebih satu jam. Acara pun bubar jam 11.30 malam waktu Maroko.
Saya tentu saja berceramah tentang perkembangan Islamic studies di tanah air. Hal ini secara sengaja saya sampaikan agar ada persepsi yang berubah dari mereka yang belajar Islam di Maroko ini. Agar jangan sampai muncul suatu pemikiran bahwa kajian keislaman di tanah air berada dalam posisi yang sangat terbawah. Atau ada di antara mereka yang under estimate tentang kajian Islam di Indonesia.
Saya sampaikan bahwa sekarang ini sedang terjadi gerakan integrasi ilmu yang bergema di seluruh PTAI kita. Gerakan ini tidak disebut sebagai gerakan Islamisasi ilmu sebagaimana konteks yang pernah digagas dan dikembangkan oleh Ismail Raqi alfaruqi atau yang dikembangkan di Malaysia melalui ISTAC, akan tetapi menggunakan konsep integrasi ilmu sehingga lebih bisa memiliki netralitas di dalam konteks politik dan keagamaan.
Di berbagai PTAIN sedang ada gairah luar biasa untuk menjadi pemuka di dalam mengembangkan Islamic studi yang multidisipliner ini. UIN Sunan Kalijaga dengan konsep integrasi dan interkoneksi, UIN Malik Ibrahim Malang dengan konsep pohon ilmu, UIN Sunan Gunung Jati Bandung dengan konsep roda berputar, UIN Alaudiin dengan konsep Integrasi ilmu, lalu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsep integrasi ilmu dan sebagainya. Beberapa IAIN juga mengembangkan konsep yang sama meskipun namanya berbeda. IAIN Sunan Ampel misalnya mengembangkan konsep integrated Twin Towers, dan sebagainya.
Semuanya memiliki basis pemikiran bahwa ilmu agama dan ilmu umum memang harus didialogkan. Sudah bukan saatnya untuk menggunakan paradigma konflik dan otoritas kewilayahan ilmu pengetahuan. Di dalam hal ini, pendekatan konflik dan otoritas kewilayahan sudah harus ditinggalkan sebab kenyataannya bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum bisa disalingsapakan atau bahkan diintegrasikan. Berdasarkan pemikiran ini maka menjadi kenyataan bahwa ilmu fisika bisa diintegrasikan dengan ilmu keislaman, biologi bisa diintegrasikan dengan ilmu keislaman, kimia bisa diselaraskan dengan ilmu keislaman dan sebagainya. Di dalam konteks ini maka ilmu keislaman bisa menjadi perspektif atau sebaliknya. Di dalam hal ini tergantung dari mana seseorang memulai mengkajinya. Demikian pula relasi antara ilmu agama dengan ilmu sosial. Maka di dalam hal ini, maka ilmu sosial akan bisa menjadi perspektifnya. Dengan demikian akan memunculkan disiplin baru di dalam perbincangan ilmu pengetahuan.
Bagan konseptual yang digunakan bukan lagi pada wilayah otoritas keilmuan berbasis ada objek kajian yang rigit, akan tetapi pada basis pendekatan. Melalui basis pendekatan keilmuan maka akan dapat dijumpai tumbuhnya variasi ilmu pengetahuan yang akan terus bergulir. Misalnya akan tumbuh subur fenomenologi Al Quran, strukturalisme Al Quran, sosiologi Islam, antropologi Islam, manajemen Islam, ekonomi Islam dan sebagainya sebagai konsekuensi perubahan dari pendekatan obyek kajian ke pendekatan.
Geliat pengembangan ilmu seperti ini tentu juga harus menjadi bahan perhatian bagi mahasiswa di negeri lain, termasuk mahasiswa yang sedang belajar di Maroko. Saya berharap bahwa melalui pemahaman agama yang baik, pemahaman bahasa Arab yang baik dan juga bahasa Inggris yang memadai, maka program integrasi ilmu akan dapat dilaksanakan secara memadai. Harus dihapus tentang dikotomi ilmu. Pandangan seperti ini sudah tidak lagi relevan di dalam percaturan akademik dewasa ini. Makanya, saya berharap bahwa mahasiswa Indonesia di Maroko juga memulai berpikir apa yang harus saya lakukan di tengah keinginan untuk membangun Islamic studies yang berwibawa.
Saya berharap secara sungguh agar para mahasiswa melakukan kajian-kajian yang mendalam dalam kerangka besar untuk menciptakan integrasi ilmu yang memang seharusnya menjadi ciri khas kita.
Wallahualam alam bilsawab.
BUKA BERSAMA DI KEDUTAAN INDONESIA DI MAROKO
Salah satu momentum yang tidak dilupakan adalah acara buka bersama di kedutaan besar Indonesia di Maroko. Yang paling penting bagi saya adalah memperoleh kesempatan makan nasi, setelah sekian hari tidak bertemu dan makan nasi. Jadi pikiran dan badan bisa melanglang Buana, akan tetapi mulut dan perut tetap saja orang Indonesia.
Acara ini sungguh spesial, bukan hanya karena adanya makanan khas Indonesia, akan tetapi acara ini menjadi wadah perjumpaan bagi masyarakat Indonesia yang bermukim di Maroko dengan delegasi Indonesia yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama RI, Dr. Suryadharma Ali, MSi. Acara ini dibuka dengan musik rebana yang digawangi oleh mahasiswa STAINU dan mahasiswa lain di Maroko. Maka lantunan musik rebana yang biasa kita dengar di Indonesia juga bergaung e di kerajaan Maroko. Enak juga musik jenis ini sebagai salah satu cara mengobati kerinduan kepada tanah air.
KH. Tosari Widjaja membuka acara ini dengan sambutannya yang sangat tegas mengedepankan keindonesiaan. Digambarkannya bahwa ketika datang ke Maroko, maka kalimat yang sering diucapkan oleh orang Maroko adalah kata “dari Malaysia”. Orang Maroko lebih mengenal Malaysia ketimbang Indonesia. Di kiranya bahwa wajah orang Indonesia itu adalah wajah orang Malaysia. Makanya, program kedubes RI yang pertama adalah bagaimana agar orang Maroko mengenal Indonesia.
Untuk itu maka yang pertama dilakukan adalah menjadikan kedubes RI di Maroko sebagai rumah terbuka bagi semua orang. Setiap ada acara yang digelar di kedubes selalu saja dilibatkan para petinggi di Maroko. Kedubes selalu menjalin relasi dengan semua lapisan masyarakat. Dengan dunia birokrasi, kaum usahawan dan juga para akademisi dan pemimpin perguruan tinggi. Lama kelamaan maka nama Indonesia lalu dikenal oleh orang Maroko. Sekarang, rasanya nama Indonesia sudah dikenal oleh orang Maroko.
Sesungguhnya sejarah relasi Indonesia Maroko sudah lama berlangsung. Semenjak kemerdekaan Maroko dari tangan Perancis, maka Indonesia sudah menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Presiden Soekarno sangat terkenal di negeri ini. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalan di pusar kota Rabat. Selain nama Jakarta dan Bandung. Artinya, bahwa secara historis Indonesia memiliki peran besar di dalam diplomasi kemerdekaan kerajaan Maroko. Oleh karena itu membangun imaj tentang Indonesia di negeri ini menjadi sangat penting.
Sementara itu, Dr. Suryadharma Ali juga menyatakan bahwa relasi saling menguntungkan antara Indonesia Maroko sudah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, yaitu semenjak kemerdekaan kerajaan Maroko dan semenjak proses Islamisasi di Nusantara. Semuanya bukan terjadi tiba-tiba akan tetapi melalui proses saling memberi dan menerima.
Dijelaskan kepada audience bahwa ada proses pembangunan yang terus terjadi di negara Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya untuk membangun fisik material saja akan tetapi juga untuk membangun nonfisik spiritual. Pembangunan masyarakat Indonesia dikatakan ke dalam istilah pembangunan seutuhnya, yaitu membangun fisik dan spiritual.
Di tengah upaya membangun bangsa ini, sering didengar adanya orang yang selalu berpikir miring tentang Indonesia. Masih ada sebagian kecil rakyat Indonesia yang tidak mau mengakui terhadap kemajuan Indonesia. Mereka selalu melihat yang negatif dan tidak pernah mengakui aspek positifnya. Semua selalu dinyatakan sebagai kegagalan.
Misalnya ada yang selalu berpandangan bahwa di Indonesia ini intoleransi terus meningkat. Dianggapnya bahwa selalu terjadi kekerasan yang difasilitasi oleh aspek agama. Dianggapnya bahwa negara tidak hadir di dalam semakin meningkatnya intoleransi tersebut. Dan anehnya bahwa negara-negara yang selalu berpandangan bahwa negaranya yang paling damai dan rukun, juga ikut serta di dalam menganggap semakin meningkatnya intoleransi tersebut.
Di dalam pertemuan dengan perwakilan negara-negara asing di Indonesia, saya nyatakan apakah ada negara seperti Indonesia di dalam menghormati dan menghargai pemeluk agama-agama. Adakah negara yang menjadikan hari libur nasional terkait dengan agama. Adakah pimpinan negara yang terlibat di dalam upacara-upacara agama sebagaimana di Indonesia. Saya kira tidak ada. Demikian penjelasan Menteri Agama.
Kalau ada hari besar Kristen, maka Presiden dan Wakil Presiden serta Menteri Agama hadir di dalam memperingatinya. Bahkan acara hari besar Konghucu, yang pemeluknya sangat sedikit, kurang dari satu persen, maka Presiden dan Menteri Agama hadir di dalam upacara keagamaannya. Dijadikan hari besar agama Konghucu sebagai hari libur nasional dan diperingati secara kenegaraan. Kiranya tidak ada negara seperti Indonesia ini yang mengembangkan toleransi beragama sedemikian tingginya.
Oleh karena itu, jika ada yang menyatakan bahwa di Indonesia terjadi intoleransi beragama yang semakin menguat, maka jawabannya bahwa sesungguhnya yang terjadi adalah bagian kecil dari proses perubahan yang selalu meniscayakan perbedaan dan peluang konflik. Akan tetapi bahwa toleransi beragama tetap menjadi arus utama di dalam negara dan masyarakat.
Sayang bahwa ceramah yang menarik ini harus terhenti sebab kumandang adzan magrib tidak bisa dibendung. Jadi kita semua lalu membatalkan puasa kita karena memang sudah waktunya untuk berbuka. Cita rasa Indonesia kemudian tergambar di dalam makanan kolak, dan jajanan atau makanan kecil yang bernuansa Indonesia,
Sungguh nuansa keindonesiaan dengan keakraban dan toleransinya menempati posisi penting di dalam jamuan buka bersama di gedung kedutaan besar RI di Maroko.
Kita memang orang Indonesia, sehingga di manapun berada maka cita rasa Indonesia selalu mengedepan.
Wallahu alam bilshawab.
KUNJUNGAN KE UNIVERSITAS DI MAROKO
Salah satu agenda Menteri Agama RI, Dr. Suryadharma Ali ke Maroko adalah kunjungan ke universitas. Kunjungan tersebut dilakukan di Universitas Darul Hadits dan Universitas Ibn Tufail. Di dua tempat ini menteri Agama bertemu muka dengan pimpinan universitas.
Dengan dua universitas ini sesungguhnya Pemerintah Indonesia sudah menyelenggarakan kerja sama. Di antara kerja sama tersebut adalah pengiriman mahasiswa Indonesia ke universitas ini. Dilihat dari jumlahnya memang belum banyak. Di universitas Darul Hadits ada sebanyak lima mahasiswa khususnya Strata dua dan strata tiga, sedangkan di universitas Ibnu Tufail ada sebanyak 40 mahasiswa khususnya strata satu.
Di antara mereka ini ada yang dibiayai oleh bantuan beasiswa dari perguruan tinggi tersebut dan ada yang merupakan bantuan dari Pemerintah Indonesia, khususnya kementerian agama. Keberadaan mereka untuk mengkaji ilmu agama secara akademis tentunya harus diapresiasi. Sebab kenyataannya bahwa pengkajian ilmu agama sangat diperlukan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Darul Hadits adalah sebuah universitas yang didirikan oleh Raja Muhammad V dan merupakan perguruan tinggi yang konsentrasi pembelajarannya pada program studi ilmu keislaman. Makanya program studi yang sangat menonjol adalah program studi yang menghasilkan sarjana ilmu keislaman. Jadi, universitas ini memang didirikan untuk menjadi Center of excellence dalam bidang kajian keislaman. Ilmu keislaman yang dikembangkan adalah ilmu tafsir, ilmu Hadits, ilmu fiqh, pendidikan Islam dan bahasa Arab. Namun demikian juga mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, misalnya dalam program yang dikembangkan oleh fakultas adab dan humaniora. Yang sangat menonjol dalam fakultas adab dan humaniora adalah program studi bahasa Arab. Pada program ini, kebanyakan mahasiswa Indonesia mengambil subjek kajiannya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh rektor universitas Darul Hadits, bahwa salah satu kelemahan dari calon mahasiswa Indonesia adalah kemampuan bahasa Arab tinggi dan juga bahasa Inggris. Padahal bahasa Arab menjadi kewajiban bagi para mahasiswa untuk menguasainya. Untuk kepentingan ini maka dengan sangat terpaksa universitas harus menyelenggarakan matrikulasi agar nanti mahasiswa yang kuliah di Universitas Darul Hadits akan dapat mengejar ketertinggalannya.
Di dalam hal ini, maka Menteri Agama, Dr. Suryadharma Ali menyatakan bahwa ke depan kementerian agama akan melakukan seleksi yang lebih ketat untuk proses rekruitmen calon mahasiswa yang akan belajar ke universitas Darul Hadits. Di dalam kesempatan ini, menteri juga menyatakan bahwa Indonesia sangat beruntung bisa bekerjasama dengan universitas Darul Hadits. Diharapkan bahwa dengan belajar ilmu agama di universitas ini akan menghasilkan ahli agama yang mumpuni dan juga tetap berada di dalam kerangka Islam yang moderat atau Islam yang berada di dalam konteks ahli sunah waljamaah.
Sedangkan kerjasama dengan universitas ibn Tufail ternyata jauh lebih maju. Sebab di perguruan tinggi ini sudah terdapat sebanyak kurang lebih 40 mahasiswa Indonesia yang mengambil pembelajaran di sini. Mereka yang belajar tersebut adalah mahasiswa yang lolos rekruitmen secara selektif. Di antara mereka terdapat mahasiswa STAINU Jakarta yang merupakan rombongan pertama untuk belajar di Universitas Ibn Tufail secara organisatoris. Mereka direkrut dari pesantren dan kemudian kuliah di STAINU Jakarta lalu melalui kerjasama antara PBNU dengan universitas Ibn Tufail, maka mereka dikirim ke perguruan tinggi ini. Meskipun perguruan tinggi ini juga menyelenggarakan program studi “umum” namun para mahasiswa ini berkonsentrasi pada program studi ilmu keislaman. Dan yang dipilih kebanyakan adalah program studi bahasa Arab.
Di dalam sambutannya Menteri Agama menyatakan bahwa tahun depan, kementerian agama akan mengirimkan sebanyak 10 orang dosen untuk program strata dua dan sebanyak lima orang untuk program strata satu. Mereka akan belajar khususnya program studi Islamic studies yang sesungguhnya menjadi bagian penting bagi pengembangan program studi Islamic studies di Indonesia.
Melalui kerja sama ini, maka diharapkan bahwa pengembangan Islamic studies di Indonesia akan semakin baik dan bermanfaat. Dengan demikian kerja sama dalam bentuk apapun sesungguhnya akan memiliki impak yang memadai bagi pengembangan dan penguatan institusi pendidikan tinggi Islam.
Wallahu alam bilshawab.
GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Sebuah pertemuan menarik dilaksanakan di kantor Wakil Presiden Republik Indonesia, bersama Komite Pendidikan Nasional, Rabo, 23 Januari 2013. Pertemuan ini menarik karena dihadiri oleh Wapres, Prof. Dr. Boediono, menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menteri Agama, Suryadharma Ali, Menteri Pemuda dan Olah raga, Roy Suryo, ketua UKP4, Kuntoro dan para pejabat eselon I dari beberapa kementerian.
Pertemuan ini menarik tentu saja karena membahas isu terakhir terkait dengan perubahan kurikulum 2013. Pertemuan untuk membahas tentang kurikulum selalu menarik sebab selalu terjadi perdebatan yang hangat tentang bagaimana implementasi kurikulum ini di tahun 2013. Adakah kemungkinan kurikulum ini diberlakukan tahun ini atau harus tahun Depan. Perbincangan itu tentu terkait dengan kesiapan anggaran pada tahun berjalan, sebab anggaran tahun ini tentu saja sudah direncanakan setahun sebelumnya sebagai konsekuensi anggaran berbasis kinerja.
Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Wapres ini menjadi menarik sebab membahas Tentang isu bagi bangsa Indonesia ke Depan terutama terkait dengan pendidikan yang tetap dianggap sebagai instrumen penting dan esensial bagi pengembangan manusia Indonesia di dalam menghadapi globalisasi dan juga tahun emas Indonesia tahun 2045.
Isu anggaran tentu saja sudah merupakan isu klasik di dalam konteks pembangunannya nasional. Anggaran selalu menjadi hambatan bagi pengembangan program. Selalu saja bahwa untuk melakukan perubahan yang mendesak pastilah terhambat karena program harus didukung oleh anggaran yang cukup, sementara anggaran sudah sulit diubah karena sesuatu dan lain hal.
Makanya, perjalanan perubahan kurikulum 2013 juga tampak tertatih-tatih terkait dengan penganggarannya. Biaya perubahan kurikulum ini tentu tidak sedikit sebab terkait dengan anggaran untuk penggandaan buku bagi seluruh siswa dari SD/MI sampai SMA/MA. Secara khusus kementerian agama tentu mengalami kesulitan yang lebih besar sebab ketersediaan anggaran yang sangat terbatas. Tentu berbeda dengan kementerian pendidikan dan kebudayaan yang memiliki anggaran cukup, baik anggaran kementerian sendiri maupun anggaran DAU dan DAK yang sudah digulirkan di daerah-daerah. Karena itu Mendikbud sangat optimis bahwa kurikulum 2013 akan bisa dilaksanakan meskipun akan mengalami kesulitan yang cukup berarti. Misalnya kendala revisi anggaran yang biasanya juga memakan waktu yang tidak pendek.
Tetapi problem yang tidak kalah penting adalah mengenai guru. Semua masih sependapat bahwa kunci keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru dan profesionalitas guru. D negara manapun, meskipun teknologi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan bagi dunia pendidikan, akan tetapi peran guru di dalam proses pembelajaran tetaplah menjadi kata kunci sukses pendidikan.
Makanya di dalam diskusi di Komite Pendidikan Nasional ini, juga mempertanyakan bagaimana penyiapan guru di dalam menghadapi perubahan kurikulum ini. Apakah guru sudah siap menghadapi perubahan kurikulum. Jangan sampai kurikulumnya berubah tetapi mindset guru tidak berubah. Sama saja antara kurikulum yang sebelumnya dengan kurikulum yang baru. Karena menyangkut perubahan mindset guru, maka tentunya harus disiapkan secara memadai tentang kesiapan guru ini.
Guru tidak boleh berubah di dalam fungsinya sebagai transformer ilmu dan pamong bagi para siswa. Selain itu juga contoh di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai transformer ilmu pengetahuan maka di dalam dirinya harus ada mindset untuk melakukan yang terbaik bagi profesinya sebagai guru dan sebagai pamong maka dia akan membimbing ara siswanya di dalam proses pencarian kebenaran yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Demikian pula guru adalah contoh bagi para siswa di dalam karakter dan tindakan. Di dalam konteks Jawa, guru disebut kependekan dari kata digugu lan ditiru atau yang diikuti kata-katanya dan diikuti tindakannya.
Guru merupakan Garda Depan bagi proses pembelajaran dan pendidikan. Dialah yang akan menentukan apakah pendidikan Indonesia berhasil atau tidak. Sebagai Garda Depan, sesungguhnya para guru telah memperoleh penghargaan sebagai guru profesional, yaitu guru yang telah memperoleh pengakuan sebagai pekerja profesional, sebagaimana dokter, ahli teknik, ahli hukum dan sebagainya. Sebagai pekerja profesional yang diakui oleh undang-undang, maka status guru tentu sangat dihormati. Tidak hanya dari segi pendapatannya, akan tetapi juga dari sisi penghargaan yang layak. Jika dulu para guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadapnya, maka sekarang tentu tidak bisa lagi disebut dengan sebutan tersebut.
Kurikulum bagaimanapun baiknya tentu masih sangat tergantung kepada para guru. Oleh karena itu perubahan mindset para guru tentu menjadi sangat penting sebagai prasyarat keberhasilan implementasi kurikulum. Dengan demikian, keberhasilan penerapan kurikulum 2013 juga sangat tergantung kepada perubahan mindset para guru di dalam mendidik para siswa.
Kurikulum sebagai dokumen adalah variabel instrumen keberhasilan pendidikan. Akan tetapi yang menjadi variabel substansialnya adalah para guru. Instrumen musik adalah kumpulan bunyi-bunyian yang akan bisa dinikmati dengan menyenangkan jika dimainkan oleh para pemain musik profesional. Jadi pemain musik yang ahlilah yang akan menentukan apakah sebuah sajian instrumen musik bisa dinikmati atau tidak. Demikian pula guru yang berkualitas lah yang akan menentukan apakah pendidikan akan bisa menjadi wahana bagi pengembangan kapasitas manusia atau tidak.
Dengan demikian, pelatihan yang dikemas untuk mengembangkan profesionalitas guru adalah jalan terbaik agar kurikulum 2013 akan bisa mengantarkan anak Indonesia ke Depan lebih baik atau tidak. Jadi, fungsi guru di dalam diskusi apapun tentang peningkatan pendidikan tetaplah menempati posisi yang sangat penting.
Tanpa guru yang baik dan berkualitas rasanya jangan pernah bermimpi bahwa pendidikan Indonesia akan naik peringkat di dalam ranking kualitas pendidikan di dunia.
Wallahu a’lam bialshawab.
MUHAMMAD SAW DAN PENDIDIKAN
Hari ini, 24 Januari 2013 adalah hari peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul awal, yang di dalam kalender Jawa dan konsepsi orang Jawa disebut sebagai bulan mulud. Tentu saja dikaitkan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada kunjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya dan juga umat Islam seluruh dunia.
Setiap Allah menurunkan rasulnya, tentu dimaksudkan untuk membangun masyarakat yang beradab. Di dalam sejarah, selalu ditulis bahwa kala Rasulullah Muhammad SAW diturunkan di tanah Arab, maka keadaan masyarakatnya disebut sebagai masyarakat jahiliyah atau masyarakat yang tidak beradab. Masyarakat tidak beradab tentu saja tidak selalu dikaitkan dengan keadaan masyarakat dengan budaya rendah, akan tetapi lebih baik dikaitkan dengan keberagamaan dan tindakan mereka yang menyalahi aturan-aturan agama yang hanif dan dipercaya di lokus tersebut.
Masyarakat Arab adalah masyarakat kesukuan yang masing-masing merasa paling mulia dan berkuasa. Makanya banyak peperangan antar suku yang tentu bisa berakibat negatif bagi suku yang menang maupun yang kalah. Makanya banyak sekali terjadi peperangan antar suku yang disebabkan oleh perebutan sumber daya manusia maupun perebutan sumber daya alam dan lingkungan.
Kehadiran Nabi Muhammad SAW., merupakan jawaban Allah atas masalah konflik dan suasana khas di wilayah tersebut. Nabi Muhammad saw diturunkan untuk membangun tatanan sosial yang baik berbasis pada aturan agama yang diyakini kebenarannya. Nabi Muhammad SAW lahir bertepatan dengan berbagai macam suasana konfliktual yang terjadi antar suku suku di wilayah tersebut.
Sebagaimana suku yang hidup secara nomaden dalam banyak hal, maka sumber daya alam, yang berupa buah-buahan, hewan ternak dan air tentu sangat penting. Makanya kebanyakan konflik juga dipicu oleh perebutan sumber daya seperti ini. Selain itu juga kecenderungan untuk merasa saling menguasai. Pernah terjadi misalnya akan terjadi peperangan hanya disebabkan oleh persoalan siapa yang harus menaruh kembali kain penutup Kakbah sebab mereka masing- masing merasa yang paling berkuasa. Oleh Nabi Muhammad SAW kemudian dilakukan tindakan yang sangat Arif dan bijaksana, bahwa semua kepala suku harus memegang kain tersebut sehingga masing-masing merasa memiliki dan berkontribusi.
Kehadiran Nabi selalu dikaitkan dengan masyarakat berkeadaban. Masyarakat beradab tentu adalah masyarakat yang di dalam dirinya terdapat tiga sikap mendasar, yaitu masyarakat yang berteologis, masyarakat yang menjunjung nilai kemanusiaan dan masyarakat yang menghargai alam lingkungannya. Tuhan, manusia dan alam menjadi fokus perlakuan yang seimbang. Nabi Muhammad mengajarkan Hablum minallah, hablum minan Nas dan Hablum minal alam. Membangun relasi yang seimbang di antara ketiganya adalah keharusan bagi setiap muslim.
Agar menjadi masyarakat yang beradab, maka pendidikan menjadi sangat penting. Ada banyak petunjuk tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW mengapresiasi terhadap pendidikan. Ungkapan bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi kaum muslimin adalah kata kunci tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan tekanannya terhadap pentingnya pendidikan. Ada kesadaran sepenuhnya bahwa membangun manusia tentu harus dimulai dengan pendidikan. Untuk kepentingan dokumentasi, maka Nabi juga menunjuk staf khusus yang mencatat terhadap hal penting di dalam kehidupannya. Bahkan hutang harus dicatat dengan catatan yang rapi. Menulis dan membaca adalah produk pendidikan.
Cobalah dinalar, bagaimana Nabi yang dianggap sebagai tidak bisa membaca dan menulis akan tetapi menganjurkan agar umat Islam mencari ilmu bahkan ke negeri Cina sekalipun. Bagaimana Nabi menganjurkan umat Islam belajar ke negeri Cina. Tentu saja dipandu oleh
Pandangan mata batinnya bahwa negeri Cina kala itu sudah sangat maju dalam pendidikan. Banyak ahli filsafat dan ahli ilmu pengetahuan di Cina, sehingga pantas jika menjadi kiblat dunia pendidikan.
Kemajuan Islam yang luar biasa melalui pendidikan saja yang akhirnya tercatat di dalam sejarah. Semua itu tentu diilhami oleh semangat pendidikan yang dicanangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tanpa inspirasi yang datang dari Nabi Muhammad baik di dalam hadits maupun yang tertera di dalam AL Quran, maka umat Islam bergerak dengan kekuatan luar biasa untuk meraih prestasi pendidikan.
Gerakan pendidikan yang dilakukan oleh para kholifah dan bijak bestari di zaman pertengahan, yang menghasilkan orang besar di berbagai bidang ilmu pengetahuan adalah inspirasi yang diperoleh dari membaca sejarah Nabi Muhammad dan berbagai warisan ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya. Kitab suci Al Quran adalah sumber inspirasi yang luar biasa agar orang terus mencari dan menemukan sesuatu yang baru di dalam ilmu pengetahuan.
Gerakan ilmu pengetahuan yang dimulai dengan penulisan kitab suci AL Quran pada zaman kholifah Usman bin Affan adalah gerakan literasi yang berpengaruh luar biasa. Bagaimana dengan penulisan AL Quran maka otentisitas AL Quran bisa terjaga hingga sekarang. Nyaris tidak ada perdebatan tentang otentisitas AL Quran karena gerakan literasi oleh kholifah Usman bin Affan untuk menuliskan al Quran tersebut. Maka penulisan AL Quran sesungguhnya menandai gerakan literasi yang dibangun untuk membangun kejayaan Islam.
Dari peristiwanya itu, maka kemudian muncullah banyak ulama yang menjadikan AL Quran sebagai sumber inspirasi untuk menggali ilmu pengetahuan. Lahirlah berbagai ilmuwan yang mumpuni dalam bidangnya. Ada yang ahli fisika, kimia, biologi, kedokteran, filsafat, astronomi, dan tentu ahli agama. Semua menggambarkan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan tidak melepaskan baju agamanya. Bahkan agama menjadi inspirasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Kita tentu bergembira bahwa sekarang sedang terdapat gerakan integrasi ilmu. Di berbagai PTAIN sedang semarak pengembangan ilmu pengetahuan yang berdialog dengan agama. Masa pertentangan antara agama dan ilmu pengetahuan telah ditinggalkannya. Mereka mengembangkan proyek integrasi ilmu, yaitu ilmu dan agama saling berdialog dalam konteks akademis. Di dalam hal ini, maka teks suci yang berasal dari wahyu tidak dipertentangkan dengan ilmu yang observable dan empiris. Jadi konsep AL Quran atau sabda Nabi Muhammad saw dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk menggali ilmu pengetahuan.
Melalui ragam kajian yang mempertemukan antara agama dan ilmu pengetahuan, maka akan dihasilkan ilmu pengetahuan yang khas atau ilmu pengetahuan profetik, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki relevansi dengan perbaikan atau perubahan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian, memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW berarti menggali inspirasi tentang bagaimana peran dan fungsi nabi Muhammad SAW sebagai sumber inspirasi di dalam proses pendidikan. Nabi Muhammad SAW tidak sekedar mengajarkan tentang agama dalam konteks keakheratan, akan tetapi juga mengajarkan bagaimana mendidik dan mengembangkan SDM dari program pendidikan itu.
Wallahu a’lam bialshawab.