• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

CERAMAH AKADEMIS DI KBRI

CERAMAH AKADEMIS DI KBRI
Setelah makan bersama, dengan menu nasi pecel dan lauk pauk yang serba ada, maka acara dilanjutkan dengan ceramah. Pak Tosari Widjaja melarang saya dan Pak Fadhil untuk kembali ke hotel, akan tetapi harus memberi ceramah kepada mahasiswa yang kuliah di Maroko. Akhirnya, kami berdua dan Bil Bachtiar tinggal di gedung Kedubes RI di Maroko, sedangkan rombongan Pak Menteri diperkenankan untuk kembali ke hotel.
Kesempatan untuk memberikan ceramah di kalangan mahasiswa RI di Maroko tentu kami sambut dengan suka cita. Meskipun rasanya badan sudah sangat lelah, karena perjalanan dan kurang tidur, akan tetapi karena semangat yang menyala maka kami memberi ceramah dengan durasi waktu kurang lebih satu jam. Acara pun bubar jam 11.30 malam waktu Maroko.
Saya tentu saja berceramah tentang perkembangan Islamic studies di tanah air. Hal ini secara sengaja saya sampaikan agar ada persepsi yang berubah dari mereka yang belajar Islam di Maroko ini. Agar jangan sampai muncul suatu pemikiran bahwa kajian keislaman di tanah air berada dalam posisi yang sangat terbawah. Atau ada di antara mereka yang under estimate tentang kajian Islam di Indonesia.
Saya sampaikan bahwa sekarang ini sedang terjadi gerakan integrasi ilmu yang bergema di seluruh PTAI kita. Gerakan ini tidak disebut sebagai gerakan Islamisasi ilmu sebagaimana konteks yang pernah digagas dan dikembangkan oleh Ismail Raqi alfaruqi atau yang dikembangkan di Malaysia melalui ISTAC, akan tetapi menggunakan konsep integrasi ilmu sehingga lebih bisa memiliki netralitas di dalam konteks politik dan keagamaan.
Di berbagai PTAIN sedang ada gairah luar biasa untuk menjadi pemuka di dalam mengembangkan Islamic studi yang multidisipliner ini. UIN Sunan Kalijaga dengan konsep integrasi dan interkoneksi, UIN Malik Ibrahim Malang dengan konsep pohon ilmu, UIN Sunan Gunung Jati Bandung dengan konsep roda berputar, UIN Alaudiin dengan konsep Integrasi ilmu, lalu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsep integrasi ilmu dan sebagainya. Beberapa IAIN juga mengembangkan konsep yang sama meskipun namanya berbeda. IAIN Sunan Ampel misalnya mengembangkan konsep integrated Twin Towers, dan sebagainya.
Semuanya memiliki basis pemikiran bahwa ilmu agama dan ilmu umum memang harus didialogkan. Sudah bukan saatnya untuk menggunakan paradigma konflik dan otoritas kewilayahan ilmu pengetahuan. Di dalam hal ini, pendekatan konflik dan otoritas kewilayahan sudah harus ditinggalkan sebab kenyataannya bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum bisa disalingsapakan atau bahkan diintegrasikan. Berdasarkan pemikiran ini maka menjadi kenyataan bahwa ilmu fisika bisa diintegrasikan dengan ilmu keislaman, biologi bisa diintegrasikan dengan ilmu keislaman, kimia bisa diselaraskan dengan ilmu keislaman dan sebagainya. Di dalam konteks ini maka ilmu keislaman bisa menjadi perspektif atau sebaliknya. Di dalam hal ini tergantung dari mana seseorang memulai mengkajinya. Demikian pula relasi antara ilmu agama dengan ilmu sosial. Maka di dalam hal ini, maka ilmu sosial akan bisa menjadi perspektifnya. Dengan demikian akan memunculkan disiplin baru di dalam perbincangan ilmu pengetahuan.
Bagan konseptual yang digunakan bukan lagi pada wilayah otoritas keilmuan berbasis ada objek kajian yang rigit, akan tetapi pada basis pendekatan. Melalui basis pendekatan keilmuan maka akan dapat dijumpai tumbuhnya variasi ilmu pengetahuan yang akan terus bergulir. Misalnya akan tumbuh subur fenomenologi Al Quran, strukturalisme Al Quran, sosiologi Islam, antropologi Islam, manajemen Islam, ekonomi Islam dan sebagainya sebagai konsekuensi perubahan dari pendekatan obyek kajian ke pendekatan.
Geliat pengembangan ilmu seperti ini tentu juga harus menjadi bahan perhatian bagi mahasiswa di negeri lain, termasuk mahasiswa yang sedang belajar di Maroko. Saya berharap bahwa melalui pemahaman agama yang baik, pemahaman bahasa Arab yang baik dan juga bahasa Inggris yang memadai, maka program integrasi ilmu akan dapat dilaksanakan secara memadai. Harus dihapus tentang dikotomi ilmu. Pandangan seperti ini sudah tidak lagi relevan di dalam percaturan akademik dewasa ini. Makanya, saya berharap bahwa mahasiswa Indonesia di Maroko juga memulai berpikir apa yang harus saya lakukan di tengah keinginan untuk membangun Islamic studies yang berwibawa.
Saya berharap secara sungguh agar para mahasiswa melakukan kajian-kajian yang mendalam dalam kerangka besar untuk menciptakan integrasi ilmu yang memang seharusnya menjadi ciri khas kita.
Wallahualam alam bilsawab.

Categories: Opini