• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS GENDER

Hari ini saya diminta untuk memberikan sambutan pada pembukaan acara yang diselenggarakan oleh ELOIS bekerjasama dengan PSG IAIN Sunan Ampel dan kepala Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah se Jawa Timur dalam Program Pengembangan Madrasah Berbasis Kesetaraan gender. Persoalannya adalah mengapa kesetaraan gender masih menjadi topic utama di dalam berbagai pelatihan di berbagai lembaga pendidikan, dan apa perlunya hal tersebut dilakukan. (more..)

MENJADI UIN ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

 Membaca tulisan mahasiswa tentang Konversi IAIN Sunan Ampel ke UIN Sunan Ampel, saya merasa bangga. Apapun response mahasiswa terhadap rencana konversi dari IAIN Sunan Ampel menjadi UIN Sunan Ampel adalah bagian dari rasa memiliki terhadap institusinya. Tulisan di buletin Coret yang diterbitkan oleh mahasiswa, memang secara khusus dalam satu edisi membahas tentang rencana konversi tersebut. Di antara tulisan itu ada yang pro dan kontra. Tetapi yang paling mendasar adalah tentang kekhawatiran mahasiswa mengenai  persoalan pasca menjadi UIN Sunan Ampel, apakah institusi ini  akan tetap memelihara Ilmu keislaman? Siapa yang akan memelihara ilmu keislaman? Apakah ilmu keislaman tidak akan terpinggirkan? (more..)

SEKALI LAGI PLURALISME GUS DUR

 Ketika saya membaca tulisan Sirikit Syah di Warta BAZ (Badan Amil Zakat Provinsi Jawa Timur), tentang Pluralisme Kebablasan, menurut saya ada hal yang memang harus dipahami secara komprehensip. Salah satu yang cukup mengganggu saya adalah ketika disebutkan bahwa Gus Dur adalah termasuk orang yang berkeyakinan bahwa semua agama sama. Ada pertanyaan yang harus saya kemukakan, bahwa apakah benar Gus Dur sampai tahapan berpikir seperti itu. Apakah Gus Dur sampai pada keyakinan bahwa semua agama secara teologis sama. Pertanyaan ini yang menurut saya perlu diklarifikasi sebab bisa mengandung “kesalahan” konseptual tentang pluralisme Gus Dur. (more..)

MENDORONG KAUM PEREMPUAN BELAJAR

 Kesadaran kaum perempuan untuk belajar sesungguhnya sudah dimulai semenjak Raden Ajeng Kartini mendobrak tradisi  keluarga Jawa untuk  menyekolahkan anak-anaknya dan tidak mengawinkannya di usia yang masih dini. Hal itu terjadi tidak saja di kalangan orang awam atau rakyat jelata, tetapi juga di kalangan bangsawan atau kaum ningrat. Terbukti bahwa RA. Kartini sendiri dikawinkan di usia muda dan tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya. Sementara saudara lelakinya diberi kesempatan untuk belajar lebih tinggi. Artinya, meskipun kesadaran berpedidikan sudah dilakukan ketika itu, maka masih kalah dibandingkan tentang kesadaran menyekolahkan anak-anak lelaki. (more..)

PENDIDIKAN BAGI KAUM PEREMPUAN

Angka partisipasi pendidikan bagi kaum perempuan yang masih rendah ternyata menjadi perhatian Mendiknas Muhammad Nuh, sebagaimana yang diungkapkannya di Jawa Pos beberapa saat yang lalu. Keprihatinan Muhammad Nuh terkait dengan kenyataan empiris bahwa masih banyak perempuan yang hanya lulusan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke pendidikan menengah atau bahkan pendidikan tinggi. (more..)