MENDORONG KAUM PEREMPUAN BELAJAR
Kesadaran kaum perempuan untuk belajar sesungguhnya sudah dimulai semenjak Raden Ajeng Kartini mendobrak tradisi keluarga Jawa untuk menyekolahkan anak-anaknya dan tidak mengawinkannya di usia yang masih dini. Hal itu terjadi tidak saja di kalangan orang awam atau rakyat jelata, tetapi juga di kalangan bangsawan atau kaum ningrat. Terbukti bahwa RA. Kartini sendiri dikawinkan di usia muda dan tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya. Sementara saudara lelakinya diberi kesempatan untuk belajar lebih tinggi. Artinya, meskipun kesadaran berpedidikan sudah dilakukan ketika itu, maka masih kalah dibandingkan tentang kesadaran menyekolahkan anak-anak lelaki.
Namun demikian, kesadaran tentang pentingnya pendidikan tentu sudah jauh berbeda dewasa ini. Kaum perempuan sudah banyak yang memasuki kawasan publik. Mereka tidak lagi berada di ruang sempit domestik. Banyak di antaranya yang menduduki jabatan penting di ruang publik. Dalam sejarah Indonesia modern sudah banyak perempuan yang menjadi menteri, direktur bahkan presiden. Semua ini tentunya diawali dengan ide atau gagasan tentang pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan.
Tentang pentingnya pendidikan bagi kaum lelaki dan perempuan, hakikatnya diwadahi dalam konsep education for all. Yaitu pendidikan yang memihak kepada semua anggota masyarakat. Konsep ini bisa dirunut di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana dinyatakan bahwa salah satu tujuan kemerdekaan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Dengan demikian fungsi negara, salah satunya adalah untuk mengurusi persoalan pendidikan. Akan tetapi karena negara memiliki tugas dan fungsi yang sangat banyak, maka kemudian fungsi pendidikan tersebut sebagian diberikan wewenangnya kepada masyarakat atau lembaga pendidikan swasta.
Konsep education for all, sesungguhnya sangat baik sebab melalui konsep ini, maka tidak ada lagi perbedaan antara lelaki dan perempuan untuk mengakses pendidikan. There is no differention to access education. Jadi, tidak ada lagi gender differentiation dalam pendidikan. Secara konseptual memang sudah betul apa yang digagas oleh para pakar pendidikan tentang pentingnya akses pendidikan bagi semua.
Jika ternyata di lapangan masih menyisakan masalah, maka yang sangat mendasar adalah bagaimana menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Sebagaimana saya tulis kemarin, bahwa problem utama adalah persoalan ekonomi. Jika hal ini masalahnya, maka harus ada kepedulian pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya memberi akses pendidikan bagi orang miskin, secara khusus di pedesaan agar mereka bisa mengakses pendidikan. Oleh karena itu memberikan prioritas kepada kaum perempuan miskin di pedesaan menjadi sangat penting. Kiranya perlu digagas kebijakan pemihakan kepada mereka, melalui paket-paket bantuan beasiswa atau lainnya yang relevan dengan tuntutan mendidik kaum perempuan.
Seperti diketahui bahwa kaum perempuan dewasa ini sudah menjadi akses ekonomi keluarga. Ada nilai ekonomi kaum perempuan. Makanya perlu banyak diciptakan lembaga pendidikan yang bertujuan memberikan keahlian khusus kepada perempuan agar bisa mengakses pekerjaan. Komposisi lembaga pendidikan kita dewasa ini memang timpang. Selama ini praktiknya adalah 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan khusus atau kejuruan. Maka sebaiknya, komposisi tersebut dapat diubah menjadi 70% pendidikan kejuruan dan 30% pendidikan umum. Melalui pendidikan khusus, maka yang diharapkan adalah penguasaan para siswa agar bisa melakukan sesuatu bukan hanya mengetahui sesuatu. Kaum perempuan yang memang berasal dari keluarga tidak mampu sebaiknya memasuki lembaga pendidikan yang menyediakan ketrampilan atau keahlian khusus atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memang didesain secara khusus agar siswanya memiliki keterampilan.
Secara nasional kita sudah memasuki kewajiban belajar 12 tahun. Artinya, 5-10 tahun yang akan datang sudah lagi didapatkan anak usia pendidikan SMP yang tidak sekolah. Makanya, kemudian penting untuk segera merumuskan perubahan komposisi pendidikan di tingkat menengah. Pemerintah harus memperbanyak lembaga pendidikan kejuruan.
Kampanye tentang pentingnya memperbanyak lembaga pendidikan kejuruan ini sudah pernah disampaikan oleh pemerintah Jawa Timur melalui Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo. Oleh karena itu, kita lalu perlu untuk menagih bagaimana kelanjutan atau implementasinya di tengah kehidupan masyarakat. Gagasan yang sangat baik ini tentu perlu didukung oleh semua pihak, agar tidak menjadi awan yang menguap karena hembusan angin.
Wallahu a’lam bi al shawab.