ENERGI QUR’AN BAGI KEMANUSIAAN
ENERGI QUR’AN BAGI KEMANUSIAAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Ceramah yang dilakukan oleh Ustadz Sahid Sumitro, trainer pengembangan SDM, sungguh sangat menarik sebab membicarakan relasi antara energi Ka’bah, energi Qur’an dan energi spiritual yang sangat luar biasa. Energi tersebut memang tidak dapat diobservasi dengan pengindraan, akan tetapi berbasis pada pengalaman religious individual, ternyata dapat dirasakan di dalam diri manusia.
Pengajian ini dilaksanakan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Surabaya, 15 Oktober 2024. Sebagaimana biasa, pengajian ini dilaksanakan secara interaktif dan penuh dengan gelak tawa sebagai ciri khas Komunitas Ngaji Bahagia (KNB). Pengajian ba’da shubuh tersebut dilakukan sebagai rangkaian kegiatan rutin harian dan selasanan. Setelah membacakan surat Alfatihah untuk kerabat yang sudah wafat, juga ngaji Surat Al Waqiah, yang sudah berjalan dalam waktu empat tahunan. Lalu ngaji Bahagia.
Pak Sahid menceritakan pengalamannya di masa lalu dalam kaitannya dengan energi doa dan surat Alfatihah. Pengalaman beragama adalah individual experience, sehingga sulit diduplikasi oleh orang lain. Tetapi begitulah psikhologi religion mengungkapkannya. Bahkan suatu pengalaman dari seseorang akan sulit untuk diduplikasi. Pengalaman tersebut bercorak sangat individual. Sungguh.
Diceritakan bahwa suatu Ketika abah Pak Sahid sakit dan harus masuk Intensif Care Unit (ICU). Parah tentu saja sakitnya. Pak Sahid sedang ada acara di Surabaya, sementara abahnya sakit di Banyuwangi. Pak Sahid tidak segera sampai ke Banyuwangi sebab perjalanan darat membutuhkan waktu yang cukup Panjang. Maka yang dilakukan adalah berdoa dengan menempatkan air di depannya. Biasalah terkadang kita berdoa dengan posisi seperti itu. Air adalah salah satu medium untuk dijadikan sebagai sarana untuk penyembuhan. Selain air yang ditaruh di depannya sewaktu berdoa menghadap kiblat, maka juga meminta kepada keluarganya di Banyuwangi sewaktu di ICU untuk menempatkan air di dalam botol dengan posisi tutupnya dibuka.
Pak Sahid kemudian pulang ke Banyuwangi dan langsung ke rumah sakit. Ternyata Bapaknya sudah Kembali sehat. Bapaknya bercerita bahwa di dalam mimpinya diberi air oleh Pak Sahid dan kala air yang dipenuhi doa tersebut diminumnya, maka badannya terasa menjadi lebih enak. Bapaknya kemudian Kembali sehat dan diperbolehkan pulang. Pelajaran yang diambil dari peristiwa ini adalah energi bacaan Alqur’an dan doa itu ternyata bergayung sambut dengan Bapaknya di dalam rumah sakit. Doa itu sungguh menjadi penyambung antara diri Pak Sahid dengan Bapaknya. Iniulah yang disebut sebagai energi doa yang bisa memancar dari orang yang berdoa dan orang yang didoakan. Suatu peristiwa pengalaman religious yang sangat meyakinkan.
Cerita ini kemudian saya sambung, bahwa antara dunia rohani bisa saling berhubungan. Beberapa hari yang lalu, saya takziyah kepada salah seorang famili yang wafat. Usianya masih muda, kira-kira 50-an tahun. Keponakan istri saya. dia komplikasi dari akibat diabet. Penyakit itu tidak dirasanya. Sebagai aktivis partai politik, maka perasaan hepinya lebih besar. Akhirnya tiba-tiba drop kesehatannya dan harus masuk di Rumah Sakit Bhayangkara. Rumah sakit kepolisian daerah Jawa Timur.
Karena penyakitnya tergolong berat, maka harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kala adiknya menunggu di ICU, maka almarhum bercerita bahwa keluarganya yang sudah meninggal, bapaknya, ibu dan neneknya sudah menunggunya. Dia cerita bahwa keadaan para almarhum itu enak tidak sengsara. Bahkan diceritakannya bahwa ibunya menunggunya di depan pintu. Sebagaimana biasa, adiknya lalu menimpali agar jangan berkata begitu. Rupanya takdir tidak dapat dihadang. Perempuan keponakan istri say aitu akhirnya wafat.
Dua peristiwa sebagaimana diceritakan Pak Sahid dan cerita say aini memberikan gambaran bahwa ada energi yang terdapat di dalam kehidupan ini, yang rasanya tidak masuk akal, irrational, dan secara akliyah tidak bisa diterima. Bagi kaum positivistic, yang selalu menggunakan ukuran observasi atau kebenaran berbasis empiris sensual atau pengindraan, maka peristiwa ini sungguh tidak bisa diterimanya. Ada energi bacaan Alquran dan doa yang sambung menyambung, seperti gelombang radio, televisi atau telepati yang berjalan sampai kepada tujuan.
Energi doa dan bacaan Alqur’an itu sungguh luar biasa. Itulah sebabnya Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW sudah memberikan panduannya agar anak yang saleh itu akan terus bisa berhubungan dengan orang tuanya dan bahkan kerabatnya yang sudah wafat. Doa dan bacaan Alqu’an akan sampai kepadanya atas keridlaan Allah SWT. Alangkah bahagianya keluarga kita yang sudah wafat akan tetapi memperoleh kiriman energi positif dari keluarganya yang masih hidup.
Dunia keyakinan seperti ini memang tidak dapat diempirik sensualkan bahkan juga tidak bisa diempirikkan seara rasional, namun hal ini benar-benar sebuah realitas transcendental yang nyata adanya.
Dewasa ini, semakin banyak ilmuwan di Barat yang tertarik dengan religiositas dan spiritualitas. Mereka melakukan kajian tentang psikhologi, religiositas dan spiritualitas. Di antara mereka adalah James M. Nelson dengan judul “Psichology, Religion, and Spirituality yang diterbitkan oleh penerbit terkenal Springer, 2009.
Meskipun kajian psikhologi, agama dan spiritualitas tersebut sulit tetapi bukan tidak bisa dikaji. Yang jelas ketiganya merupakan realitas transenden yang secara empiris bisa dibenarkan.
Wallahu a’lam bi al shawab.