• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ANTARA ALIM DAN ARIF

ANTARA ALIM DAN ARIF

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasanya, Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) menyelenggarakan pengajian ba’da shubuh yang diikuti oleh jamaah yang nyaris setiap Selasa pagi hadir sebagai peserta pengajian. Selasa, 19/11/2024, saya mendapatkan amanah untuk memberikan ceramah setelah Selasa sebelumnya saya absen karena harus pagi-pagi berangkat ke Jakarta. Saya harus bertemu dengan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Menteri Agama, pada selasa siang. Itulah sebabnya Ustadz Dr. Cholil Uman yang menggantikannya. Saya yakin Ustadz Cholil lebih pantas menjadi penceramah agama dibandingkankan saya.

Di dalam ceramah ini, saya mengangkat isu, Antara Alim dan Arif. Dua konsep di dalam ajaran Islam, yang seringkali disamakan atau sekurang-kurangnya dipahami sebagai sesuatu yang identic. Saya tentu tidak menjelaskan dari aspek kebahasaan, khususnya Bahasa Arab, tetapi lebih ke dimensi sosiologis dari dua konsep dimaksud.

Ada tiga penjelasan saya, yaitu: pertama,  secara kontekstual-sosiologis, maka ada realitas social pemahaman akan agama Islam, yaitu kelompok awam. Kelompok awam merupakan realitas social dari keberagamaan kita. Bahkan kita ini merupakan kelompok ini. Kelompok awam ditandai dengan sangat sedikit atau sedikit pengetahuan agamanya. Hanya aspek luar saja. Kita tahu tatacara shalat dan tata cara sholat yang dilakukan tersebut berbasis pada apa yang dinyatakan oleh para ustadz yang memberikan pencerahan tentang agama. Jadi kita merupakan pengguna saja dari apa yang disampaikan oleh guru atau ustadz. Kita tidak mempelajari dan memahami secara mendalam tentang basis ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih yang terkait dengan pemahaman dan pengamalan agama. Jika kita paham juga hanya sebagian kecil saja tentang ajaran agama dimaksud. Kita semua kebanyakan berada di sini. Hanya sedikit ilmu agama yang kita ketahui. Misalnya di dalam acara tahsinan kita sampai pada Surat Al Mujadalah, yang isinya tentang dhihar. Misalnya  kita baru tahu bahwa dhihar itu dapat diganti dengan pembebasan budak, puasa dua bulan berturut-turut atau memberi makan atas 60 orang sebagai pengganti dhihar. Makanya, jangan mudah kita berkata dengan menyamakan istri  dengan ibu yang melahirkan. Sebagai konsekuensi sebagai orang awam, maka kita harus mengikuti atas penafsiran yang dilakukan oleh para alim. Orang yang memahami atas teks Islam dan penafsiran atas teks dimaksud. Kita ittiba’ saja atas apa yang dihasilkan dari ijtihad para ulama atas ajaran Islam.

Kedua, alim merupakan gambaran atas orang yang mengetahui tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui pendekatan penginderaan atau akal atau rasio. Melalui observasi maka orang akan dapat mengetahui tentang kebenaran empiris dan demikian pula dengan melalui akal atau rasio maka orang juga akan mendapatkan kebenaran. Ada orang yang memiliki pengetahuan sedikit dan ada juga yang memiliki sejumlah pengetahuan atau pengetahuan yang banyak. Melalui program pendidikan atau pelatihan, ceramah atau dakwah maka orang akan memiliki pengetahuan. Jadi orang alim adalah orang yang tahu, yang memahami dengan akalnya dan inderanya bahwa ada kebenaran pengetahuan atau ilmu pengetahuan.

Alim sebenarnya memiliki cakupan yang sangat luas. Selama ini kata alim hanya dipergunakan dalam ilmu agama saja. Jadi hanya orang yang mengetahui dan memahami ajaran Islam secara mendalam saja yang disebut sebagai alim. Ahli ilmu fiqih, ahli ilmu ushul fiqih, ahli ilmu tasawuf, ahli ilmu tafsir, ahli ilmu hadits dan sebagainya disebut sebagai orang alim. Sedangkan ahli ilmu kedokteran, ahli ilmu sosiologi, ahli ilmu teknologi, ahli rekayasa genetic, ahli astronomi dan sebagainya tidak disebut sebagai orang alim. Lalu dibuatlah penegasan bahwa alim dapat disematkan kepada orang yang mendalam ilmunya. Makanya dikenal ada orang alim dalam ilmu kedokteran, alim dalam ilmu teknologi, alim dalam ilmu ekonomi, alim dalam ilmu antropologi dan sebagainya. Lalu pertanyaannya, apakah orang yang tidak beragama Islam bisa dinyatakan sebagai alim. Jawabannya bisa. Sebab kealiman tidak dikaitkan dengan agama tetapi dengan spesialisasi keilmuan yang dikembangkannya.

Di Indonesia, bahkan kata alim itu memiliki perluasan makna. Yang disebut alim bukan orang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi orang yang menjalankan ajaran agama dengan benar. Seseorang dinyatakan alim jika perilaku beragamanya, perilaku sosialnya dan juga perilaku ekonomi dan budayanya sangat baik, sehingga yang bersangkutan dapat dilabel sebagai  orang alim. Kalau ada orang yang semakin baik perilakunya, maka dinyatakan sebagai semakin alim. Ini gambaran tentang pandangan orang Jawa tentang alim.

Ketiga, arif adalah konsep  khusus di dalam agama Islam. Arif sudah dipahami di dalam tradisi budaya masyarakat Jawa. Dan di dalam Bahasa Indonesia sudah diserap dengan kata kearifan. Artinya seseorang yang memahami tidak hanya dimensi kebenaran pengindraan, kebenaran rasional dan kebenaran etis, akan tetapi telah mengetahui rahasia Ketuhanan. Sudah terdapat pendekatan spiritual di dalam kehidupannya. Orang arif sudah tidak lagi memiliki hijab dengan Allah SWT. Jika Allah memiliki sifat lembah lembut, maka dia sudah menjalankan kelemahlembutan tersebut. Jika Allah memiliki sifat kasih sayang, maka orang arif juga sudah mengamalkan perilaku kasih sayang kepada sesama manusia.

Arif adalah suatu keadaan di mana seseorang sudah memahami dan melakukan apa yang diyakininya di dalam agama Islam. Sudah tidak lagi terdapat keraguan dalam membangun relasi dengan Allah atau hablum minan nas. Bahkan seluruh kehidupannya sudah didarmabaktikan hanya kepada Allah. Orang yang sudah memiki keikhlasan di dalam menjalani kehidupan dengan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Orang yang arif sudah trans-ilmu pengetahuan. Sudah membenarkan ajaran agama melalui penginderaannya, melalui logika akalnya dan kemudian sudah memasuki kebenaran transcendental. Suatu kebenaran yang dipandu oleh spiritualitas dan kemudian melakukan apa yang dipahami dan disadarinya sehingga dapat membentuk pengalaman-pengalaman individual yang agung dalam membangun relasi dengan Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, orang alim itu mengetahui dan memahami pengetahuan sedangkan orang arif itu sudah melampauinya. Dia tahu, paham, sadar dan kemudian memiliki sejumlah pengalaman terkait dengan amalan-amalan yang sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

ENERGI QUR’AN BAGI KEMANUSIAAN

ENERGI QUR’AN BAGI KEMANUSIAAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ceramah yang dilakukan oleh Ustadz Sahid Sumitro, trainer pengembangan SDM, sungguh sangat menarik sebab membicarakan relasi antara energi Ka’bah, energi Qur’an dan energi spiritual yang sangat luar biasa. Energi tersebut memang tidak dapat diobservasi dengan pengindraan, akan tetapi berbasis pada pengalaman religious individual, ternyata dapat dirasakan di dalam diri manusia.

Pengajian ini dilaksanakan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Surabaya, 15 Oktober 2024. Sebagaimana biasa, pengajian ini dilaksanakan secara interaktif dan penuh dengan gelak tawa sebagai ciri khas Komunitas Ngaji Bahagia (KNB). Pengajian ba’da shubuh tersebut dilakukan sebagai rangkaian kegiatan rutin harian dan selasanan. Setelah membacakan surat Alfatihah untuk kerabat yang sudah wafat, juga ngaji Surat Al Waqiah, yang sudah berjalan dalam waktu empat tahunan. Lalu ngaji Bahagia.

Pak Sahid menceritakan pengalamannya di masa lalu dalam kaitannya dengan energi doa dan surat Alfatihah. Pengalaman beragama adalah individual experience, sehingga sulit diduplikasi oleh orang lain. Tetapi begitulah psikhologi religion mengungkapkannya. Bahkan suatu pengalaman dari seseorang akan sulit untuk diduplikasi. Pengalaman tersebut bercorak sangat individual. Sungguh.

Diceritakan bahwa suatu Ketika abah Pak Sahid sakit dan harus masuk Intensif Care Unit (ICU). Parah tentu saja sakitnya. Pak Sahid sedang ada acara di Surabaya, sementara abahnya sakit di Banyuwangi. Pak Sahid tidak segera sampai ke Banyuwangi sebab perjalanan darat membutuhkan waktu yang cukup Panjang. Maka yang dilakukan adalah berdoa dengan menempatkan air di depannya. Biasalah terkadang kita berdoa dengan posisi seperti itu. Air adalah salah satu medium untuk dijadikan sebagai sarana untuk penyembuhan. Selain air yang ditaruh di depannya sewaktu berdoa menghadap kiblat, maka juga meminta kepada keluarganya di Banyuwangi sewaktu di ICU untuk menempatkan air di dalam botol dengan posisi tutupnya dibuka.

Pak Sahid kemudian pulang ke Banyuwangi dan langsung ke rumah sakit. Ternyata Bapaknya sudah Kembali sehat. Bapaknya bercerita bahwa di dalam mimpinya diberi air oleh Pak Sahid dan kala air yang dipenuhi doa tersebut diminumnya, maka badannya terasa menjadi lebih enak. Bapaknya kemudian Kembali sehat dan diperbolehkan pulang. Pelajaran yang diambil dari peristiwa ini adalah energi bacaan Alqur’an dan doa itu ternyata bergayung sambut dengan Bapaknya di dalam rumah sakit. Doa itu sungguh menjadi penyambung antara diri Pak Sahid dengan Bapaknya. Iniulah yang disebut sebagai energi doa yang bisa memancar dari orang yang berdoa dan orang yang didoakan. Suatu peristiwa pengalaman religious yang sangat meyakinkan.

Cerita ini kemudian saya sambung, bahwa antara dunia rohani bisa saling berhubungan. Beberapa hari yang lalu, saya takziyah kepada salah seorang famili yang wafat. Usianya masih muda, kira-kira 50-an tahun. Keponakan istri saya. dia komplikasi dari akibat diabet. Penyakit itu tidak dirasanya. Sebagai aktivis partai politik, maka perasaan hepinya lebih besar. Akhirnya tiba-tiba drop kesehatannya dan harus masuk di Rumah Sakit Bhayangkara. Rumah sakit kepolisian daerah Jawa Timur.

Karena penyakitnya tergolong berat, maka harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kala adiknya menunggu di ICU, maka almarhum bercerita bahwa keluarganya yang sudah meninggal, bapaknya, ibu dan neneknya sudah menunggunya. Dia cerita bahwa keadaan para almarhum itu enak tidak sengsara. Bahkan diceritakannya bahwa ibunya menunggunya di depan pintu. Sebagaimana biasa, adiknya lalu menimpali agar jangan berkata begitu. Rupanya takdir tidak dapat dihadang. Perempuan keponakan istri say aitu akhirnya wafat.

Dua peristiwa sebagaimana diceritakan Pak Sahid dan cerita say aini memberikan gambaran bahwa ada energi yang terdapat di dalam kehidupan ini, yang rasanya tidak masuk akal, irrational, dan secara akliyah tidak bisa diterima. Bagi kaum positivistic, yang selalu menggunakan ukuran observasi atau kebenaran berbasis empiris sensual atau pengindraan, maka peristiwa ini sungguh tidak bisa diterimanya. Ada energi bacaan Alquran dan doa yang sambung menyambung, seperti gelombang radio, televisi atau telepati yang berjalan sampai kepada tujuan.

Energi doa dan bacaan Alqur’an itu sungguh luar biasa. Itulah sebabnya Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW sudah memberikan panduannya agar anak yang saleh itu akan terus bisa berhubungan dengan orang tuanya dan bahkan kerabatnya yang sudah wafat. Doa dan bacaan Alqu’an akan sampai kepadanya atas keridlaan Allah SWT. Alangkah bahagianya keluarga kita yang sudah wafat akan tetapi memperoleh kiriman energi positif dari keluarganya yang masih hidup.

Dunia keyakinan seperti ini memang tidak dapat diempirik sensualkan bahkan juga tidak bisa diempirikkan seara rasional, namun hal ini benar-benar sebuah realitas transcendental yang nyata adanya.

Dewasa ini, semakin banyak ilmuwan di Barat yang tertarik dengan religiositas dan spiritualitas. Mereka melakukan kajian tentang psikhologi, religiositas dan spiritualitas. Di antara mereka adalah James M. Nelson dengan judul “Psichology, Religion, and Spirituality yang diterbitkan oleh penerbit terkenal Springer, 2009.

Meskipun kajian psikhologi, agama dan spiritualitas tersebut sulit tetapi bukan tidak bisa dikaji. Yang jelas ketiganya merupakan realitas transenden yang secara empiris bisa dibenarkan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

BERPIKIR KRITIS UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BERPIKIR KRITIS UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Siang itu, pukul 12.45  WIB, 25/10/2024,  saya harus bergegas ke Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, karena diundang oleh Yusria, Kaprodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) untuk memberikan pembekalan pada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan Pra-PKD (Pelatihan Kefasilitatoran Dasar). Mereka adalah mahasiswa yang akan mengikuti Kuliah kerja Nyata (KKN) Pemberdayaan Masyarakat pada wilayah pedesaan di Jawa Timur. Paginya saya mengajar daring untuk mahasiswa program Doktor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam Mata Kuliah Metode Penelitian Islamic Studies.

Ada tiga hal yang saya sampaikan kepada para mahasiswa, kader pengembangan masyarakat, yaitu: pertama, Salah satu ciri mahasiswa yang menonjol adalah berpikir kritis. Menjadi orang yang selalu bertanya tentang apa saja di sekelilingnya. Pikirannya tidak diam, tetapi selalu bertanya  tentang kehidupan masyarakat di sekelilingnya. Pertanyaan tersebut terkait dengan keadaan stagnan, atau ketidakpastian, atau perlunya perubahan bagi kehidupan masyarakat di sekelilingnya.

Berpikir kritis adalah kebutuhan generasi muda di era milenial. Generasi muda harus memiliki nalar kritis tetapi problem solving. Artinya bahwa kekritisan tersebut dipergunakan untuk menjawab atas pertanyaan yang memerlukan solusi yang tepat. Critical thinking and problem solving. Kemudian yang tidak kalah penting adalah kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Berpikir kreatif tentu tidak berdiri sendiri terkecuali memang dibarengi dengan berpikir kritis. Orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan lanjut pada kemampuan kreatif dan dari kemampuan berpikir kreatif akan menghasilkan tindakan inovatif. Di dunia ini ada banyak inovasi karena seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis.

Thomas Alfa Edison bisa menemukan listrik karena kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Demikian pula penemu gelombang radio, G. Marconi, penemu gelombang televisi, John Logie Baird,  dan bahkan manusia mampu untuk menjelajah angkasa raya juga karena kemampuannya untuk berpikir kritis dan inovatif. Ibn Sina bisa melakukan operasi atas penyakit pasiennya karena kemampuannya. Al Khawarizmi dapat menemukan rumus matematika karena kemampuannya yang luar biasa. Habibi dapat menciptakan paten dalam pesawat terbang karena kecerdasannya dalam berpikir kreatif dan inovatif. Ada banyak orang yang menjadi penemu di dalam ilmu pengetahuan tentu juga karena keahliannya.

Kedua, berpikir kritis tidak harus berangkat dari teori kritis. Berpikir kritis itu dapat berangkat dari kemampuan manusia untuk mengenali dunia sekelilingnya yang dirasakan ada kesenjangan antara fakta denga harapan atau ada kesenjangan antara fakta dengan fakta lainnya atau adanya kendala dan tantangan yang harus diselesaikan dengan pikiran aksi nyata.

Berangkat dari berpikir kritis juga boleh, sebab selama ini teori yang terkait dengan perubahan social memang kebanyakan dari sana. Teori klas social yang menjadi cikal bakal dari teori kritis merupakan teori yang berangkat dari kesenjangan ekonomi yang terlihat di dunia industry yang berkembang pada abad ke 19. Industrialisasi yang diharapkan dapat menjadi cikal bakal bagi kemajuan dan pengembangan ekonomi yang merata justru menghasilkan kenyataan ada klas borjuis yang selalu untung dan kaum proletar yang buntung. Makanya, kemudian diimpikan bahwa akan terjadi pemogokan masal seluruh buruh di dunia internasional, sehingga dunia industry akan hancur dan sebaliknya akan menghasilkan masyarakat tanpa klas, yang kemudian dikenal sebagai masyarakat komunis. Dari Marx kemudian berkembang teori kritis Madzhab Frankfurt, seperti Adorno, Horkheimer, Habermas dan sebagainya. Lalu juga berkembang ke Italia dengan tokohnya seperti   Gramsci, Lukacs, dan lain-lain. Semua teori ini dapat digunakan untuk memperkaya wawasan dalam memahami masyarakat di dalam konsepsi perubahan.  Mahasiswa tentu tidak salah memahami teori-teori ini sebagaimana kebolehan dan bahkan keharusan untuk mempelajari teori ilmu social dalam konsep keteraturan social maupun teori fenomenologi dengan berbagai variannya.,

Ketiga, Mahasiswa PMI itu calon agen perubahan social. Calon pemberdaya masyarakat. Ada dua hal yang menjadi sasaran kajiannya yaitu pemberdayaan masyarakat atau community development, pengembangan organisasi atau organizational empowerment atau pengembangan organisasi. Misalnya dalam pengembangan organisasi maka dapat digunakan The Cultivate Model of Organizational empowerment, meliputi: Skill, purpose, autonomy, Community and Engagement  (SPACE), sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat akan dapat digunakan empat  hal, yaitu: basic need assessment, social, culture and political analysis, alternative solution, priority program and evaluation.

Tentu ada banyak pilihan di dalam pemberdayaan masyarakat dan pengembangan organisasi yang dapat dipilih dan semuanya harus dikuasai dengan baik. Era sekarang adalam era pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek, misalnya pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan politik, pemberdayaan asset, pemberdayaan SDM dan sebagainya.

Tentu saja kita dapat memilih mana yang menjadi talent kita untuk berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Dewasa ini pemerintah sedang berupaya untuk memberdayakan masyarakat, bahkan ada Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dengan berbagai kementerian yang mendukungnya. Jadi kitab isa berkolaborasi untuk kepentingan tersebut.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

JANGAN MENGINGKARI KEBENARAN AGAMA

JANGAN MENGINGKARI KEBENARAN AGAMA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) hari Kamis, 31/09/2024 terasa menyenangkan, karena yang hadir komplit. Ada Pak Bintara, Pak Dr. Suwardi, Pak Suryanto, Pak Rusmin, MPd, Pak Hardi, Pak Budi dan lain-lain. Pak Mulyanta dan Pak Sahid yang karena udzur syar’i, maka tidak sempat mengikuti acara tahsinan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency Surabaya. Seperti biasa, meskipun temanya tahsinan Alqur’an, akan tetapi gelak tawa tidak terhindarkan. Jika ada Pak Bin dan ada Pak Mul, maka ngaji bahagia benar-benar menjadi bahagia.

Kita tahsinan di Surat Al Al Mursalat, yang jika dipahami secara mendasar, akan menggambarkan mengenai tabsyir atau berita yang menggembirakan dan tandzir berita yang menakutkan. Agama, apapun namanya, selalu menghadirkan dua hal ini, yaitu berita gembira dan berita sedih. Hal ini tentu terkait dengan agama sebagai pedoman untuk melakukan tindakan. Kita diajari untuk patuh pada ajaran agama dan kemudian akan memperoleh reward atau ganjaran dari Allah SWT yang berupa surga atau Jannah dan siapa yang menolak kebenarannya maka akan diganjar dengan punishment yang berupa neraka atau an-nar. Jadi, kita tinggal pilih saja.

Di dalam surat Al Mursalat, terdapat banyak ayat yang berbunyi “wailuy yaumaidzin lil mukadzdzibin” yang artinya “Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (agama)”. Ada delapan ayat yang menyatakan seperti itu. Artinya, bahwa Allah SWT tidak main-main atas orang yang mendustakan agama. Janji Allah pasti ditepati. Innallah la yukhliful mi’ad”, bahwa “sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janjinya”. Jika Allah SWT sudah mendeklarasikan bahwa orang yang ingkar akan kebenaran ajaran agama (Islam), maka Allah pasti akan memasukkan ke dalam neraka, dan sebaliknya atas orang yang membernarkannya, pastilah Allah akan memasukkannya ke dalam surganya.

Di dalam surat Al Mursalat, sudah dijelaskan tentang apa balasan  orang yang ingkar kepada kebenaran agama dan orang yang patuh pada ajaran agama. Bagi yang ingkar akan kebenaran agama, maka Allah akan memberikan balasan yang berupa neraka dengan semburan api yang tinggi, asap api neraka itu memiliki tiga cabang, semburan api tersebut bergulung-gulung seperti kawanan unta yang berjalan di padang pasir, mereka tidak bisa berbicara untuk membuat alibi, dan mereka dikumpulkan dengan orang-orang terdahulu yang juga ingkar kepada kebenaran agama.

Sedangkan orang yang patuh kepada Allah digambarkan sebagai orang yang dinaungi pepohonan surga yang teduh dan mata air yang  bening. Lalu juga terdapat buah-buahan yang ranum dengan tingkat kematangan yang sempurna, dan semuanya dibebaskna untuk makan dan minum sesukanya sebagai balasan atas perbuatannya yang baik di muka bumi. Berbahagialah orang yang mempercayai akan kebenaran agama dengan berbagai varian ajarannya.

Islam merupakan ajaran agama yang lengkap. Tidak hanya ajaran tentang keyakinan atau teologis, akan tetapi juga ajara ritual atau tata cara beribadah atau dimensi ritual, dan juga ajaran akhlak yang utama atau akhlaqul karimah. Di dalam akhlak inilah Allah mengajarkan mengenai bagaimana berhubungan dengan-Nya, bagaimana caranya berhubungan dengan sesama manusia dan bagaimana berhubungan dengan alam seluruhnya.

Sebagai konsekuensi sifat Rahman dan Rahim Tuhan, maka Allah memberikan rahmat bagi seluruh alam dan bukan rahmat bagi manusia saja. Bahkan juga bukan hanya rahmat bagi umat Islam akan tetapi rahmat bagi seluruh alam semesta.  Inilah kunci ajaran Islam, agama yang sedemikian hebat ajarannya tentang kemanusiaan atau humanitas.

Perilaku Nabi Muhammad SAW dapat menjadi contoh tentang bagaimana seharusnya manusia menhormati dan menghargai kemanusiaan. Bahkan di dalam perang, yang umat Islam kala itu dijadikan sebagai sasaran, maka Rasulullah menganjurkan jangan membunuh perempuan, jangan membunuh lelaki tidak berdaya, jangan membunuh anak-anak, jangan merusak tanaman dan kebun-kebun kurma dan bahkan juga jangan merusak tempat ibadah. Betapa mulianya Rasulullah itu bagi kemanusiaan.

Bandingkan dengan perilaku manusia modern, yang suka merusak alam, merusak hutan, merusak lautan, merusak lingkungan dan sebagainya. Dan jika perang maka digunakan senjata pemusnah masal. Bahkan kaum teroris juga melakukan pengeboman atas wilayah yang dipastikan di situ terdapat umat Islam. Sungguh jauh ajaran Islam itu dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan perilaku manusia modern. Nabi Muhammad SAW mencontohkan yang terbaik, sementara manusia dewasa ini melakukan yang terjelek. Masyaallah.

Anggota KNB pasti menjadi orang yang tidak mengingkari kebenaran ajaran agama. Kita semua telah menjadi pelaku-pelaku agama yang patuh dan rutin. Coba kita bayangkan betapa bahagianya orang tua kita, kakek nenek kita yang setiap sore dan pagi kita bacakan surat al Fatihah dan Surat Al waqi’ah. Kita meyakini bahwa bacaan-bacaan Alqur’an tersebut pasti diterima Allah dan akan disampaikan pahalanya untuk kita dan leluhur kita.

Itulah sebabnya menjadi anggota KNB sungguh kebahagiaan. Kita bisa bercanda, kita dapat  mengaji dan juga membahas sedikit-sedikti tentang terjemah Alqur’an. Subhanallah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

RAHMAT ALLAH UNTUK ALAM SEMESTA

RAHMAT ALLAH UNTUK ALAM SEMESTA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sebagaimana biasa, setiap Selasa, ba’da Shubuh dilakukan pengajian rutin oleh Komunitas Ngaji Bahagia (KNB), dengan peserta pengajiannya adalah para jamaah shalat Subuh. Ada yang dari Jamaah shalat Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency dan ada yang dari Masjid Raudhah Perumahan Sakura, Surabaya. Pada Selasa, 28/10/2024, saya yang mendapatkan jatah untuk memberikan ceramah agama. Dan sebagaimana biasa,  ceramah ini bercorak interaktif dan happy.

Di dalam ceramah ini, saya sampaikan dua  hal yang penting dengan tema tentang Rahmah yang merupakan ajaran kunci di dalam Islam. Sebagaimana yang sudah dipahami bahwa Islam itu agama yang dapat memberikan rahmat bagi seluruh alam. Dinyatakan: “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin”.  Yang artinya kurang lebih: “dan tidaklah aku turunkan kepada-Mu (Muhammad) kecuali untuk kerahmatan bagi seluruh alam”.

Pertama, para ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna rahmat. Di kalangan ahli tafsir terdahulu, maka rahmat itu diartikan hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Meskipun teksnya menyatakan rahmatan lil alamin, akan tetapi yang dimaksudkan adalah rahmat bagi umat Islam saja. Sementara  itu ulama terkemudian, misalnya Al Thabari menyatakan bahwa rahmat Allah itu diberikan kepada seluruh manusia dan alam, tidak perduli apa agamanya. Semua umat manusia mendapatkan rahmatnya Allah. (Sahiron, 2023). Saya berkecenderungan dengan pendapat Al Thabari di dalam menafsirkan pernyataan rahmatan lil alamin tersebut.

Bagi saya bahwa rahmat itu dapat diberikan oleh Allah untuk manusia di dunia dan di akherat. Semua manusia memperoleh rahmatnya Allah. Misalnya semua diberi peluang untuk bisa makan, mengembangkan keturunan, hidup dengan sejahtera, hidup dengan berkecukupan secara ekonomi dan sebagainya. Semua diberikan kewenangan oleh Allah untuk mengakses kehidupan secara lebih baik. Ada orang yang kaya dan ada orang yang miskin. Ada yang sejahtera dan tidak dan sebagainya. Akan tetapi hakikatnya semua memperoleh rahmatnya Allah. Ini yang disebut rahmat Allah di dunia. Namun demikian ada yang secara khusus hanya memperoleh rahmat di akherat. Yakni rahmat yang diberikan kepada umat Islam yang mempercayai kebenaran Islam dari sumber teks suci di dalam agama Islam.

Kedua, Berdasarkan pemikiran (Sahiron, 2023) bahwa rahmat Allah tersebut dibagi di dalam lima hal yaitu: 1) Ajaran Islam mengajarkan tentang keselamatan dan kebahagiaan. Hakikat ajaran Islam adalah agar manusia mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan. Yang melakukan kebaikan dan menjauhi larangan Islam adalah orang yang berbahagia atau yang muflihun. Keselamatan dan kebahagiaan tersebut dapat terjadi di dunia dan akherat. Semua orang yang beragama berharap agar mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus.

2) ajaran Islam mengajarkan tentang manusia tidak dibebani melebihi kapasitasnya. Allah tidak akan membebani sesuatu yang melebihi kekuatannya. “la yukallifullahu nafsan illa wus’aha”. “Tidaklah Allah membebani manusia di luar kemampuannya”. Manusia diberikan kekuatan fisik dan kekuatan batin sehingga cobaan Allah kepada manusia juga didasarkan atas kekuatan tersebut. Allah tidak akan mencoba manusia dengan di luar kemampuannya.

3) Islam mengajarkan tentang ketinggian harkat dan martabat manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia. “inna khalaqnal insana fi ahsanit taqwim”. “sesungguhnya kami menciptakan manusia sebagai sebaik-baik ciptaan”. Sebagai makhluk Allah manusia dilengkapi dengan kemampuan pikiran, kemampuan emosi atau hati, kemampuan perasaan kemanusiaan dan kemampuan spiritual. Itulah sebabnya malaikat saja cemburu atas ketinggian martabat manusia dimaksud.

4) manusia tidak akan melakukan kerusakan di bumi. Manusia diciptakan Allah untuk tidak merusak alam. Allah menyatakan: “dhaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aidin nas”. “tampak kerusakan di daratan dan lautan karena ulah tangan manusia”. Allah sesungguhnya melarang manusia untuk melakukan kerusakan dalam hal apapun. Allah melarang manusia untuk melakukan tindakan bodoh dengan merusak alam, misalnya mencemari udara, illegal logging dan juga mencemari laut, sungai dan sebagainya. Allah mengajarkan agar menjaga alam melalui konsep hablum minal alam.

5) Islam mengajarkan agar manusia mencintai sesamanya dan menganjurkan agar memberikan pertolongan kepada orang-orang yang lemah atau kaum mustadh’afin. Islam mengajarkan tentang zakat, infaq dan sedekah serta wakaf yang tujuannya adalah untuk memberikan sebagian kecil hartanya untuk kebaikan bagi orang lain.  Ajaran philantropi di dalam Islam merupakan ajaran yang sangat mulia. Ajaran yang penuh kecintaan kepada sesama manusia. Allah meminta kepada manusia untuk menebarkan keselamatan dan juga memberikan makanan kepada yang membutuhkan. “afsus salam wa ith’amuth thaam”. “menebarkan salam dan memberikan makan”.

Inilah keindahan Islam yang merupakan ciri dari agama terakhir. Agama yang mengajarkan manusia agar membangun relasi yang baik dengan Tuhan, membangun relasi yang baik dengan sesama manusia dan juga membangun hubungan yang baik dengan alam.

Wallahu a’lam bi al shawab.