• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MIKUL DUWUR MENDHEM JERO: TINDAKAN ORANG JAWA  PADA HIRARKHI USIA

MIKUL DUWUR MENDHEM JERO: TINDAKAN ORANG JAWA  PADA HIRARKHI USIA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Relasi  sosial orang Jawa sesungguhnya berpusat pada keluarga. Fungsi keluarga di dalam tradisi Jawa sangatlah mendasar. Keluarga berdasarkan kajian Hildred Geertz memiliki aneka macam fungsi. Ada sekurang-kurangnya delapan fungsi, yaitu fungsi pendidikan. Keluarga memiliki fungsi utama untuk melakukan pendidikan bagi anak-anak dan keluarga lainnya. Dari keluargalah pertama-tama seorang anak akan mengenal dunia Pendidikan, terutama adalah pendidikan moral yang berupa sopan santun di dalam relasi sosial. Lalu, fungsi sosialisasi, yaitu fungsi keluarga untuk mengenalkan atas pentingnya relasi sosial, baik di dalam maupun di luar keluarga.

Tidak kalah penting juga fungsi ekonomi, artinya bahwa keluarga adalah tempat untuk menyemai ekonomi agar kehidupan menjadi lebih sejahtera. Di dalam keluargalah kehidupan ekonomi akan terajut,  baik di dalam memanfaatkan pendapatan maupun untuk pengeluaran atau belanja rumah tangga. Kemudian fungsi ketahanan keluarga. Rumah merupakan tempat yang paling aman bagi keluarga dalam mengarungi kehidupan. Jika ada masalah, maka keluargalah yang akan melakukan penyelesaian secara optimal. Selanjutnya adalah fungsi rekreasi. Keluarga adalah tempat rekreatif yang paling menyenangkan. Baik bagi orang tua maupun anak-anak.  Maka  tempat rekreasi yang utama adalah keluarga. Berikutnya adalah fungsi agama. Keluarga adalah tempat menyemaikan pengetahuan, sikap dan pengamalan beragama. Keluarga  yang religiositasnya sangat baik, maka kehidupan agama di dalam keluarga juga akan sangat baik. Tidak kalah menarik adalah fungsi persahabatan. Meskipun di Jawa terdapat hirarkhi di dalam keluarga tetapi yang  penting bahwa keluarga merupakan tempat yang nyaman untuk persahabatan. Sikap yang muda terhadap yang tua adalah penghormatan dan sikap yang tua pada yang muda bukanlah dominasi.

Seterusnya adalah fungsi pemecahan masalah. Secara spesifik keluarga merupakan tempat yang paling nyaman untuk menyelesaikan berbagai persoalan di dalam relasi sosial. Makanya, relasi sosial yang kuat di dalam keluarga akan dapat menjadi jaminan akan kuatnya ikatan di dalam keluarga dimaksud. Dan yang terakhir adalah pengembangan SDM untuk kemandirian. Seseorang akan menjadi mandiri jika di dalam keluarga diajarkan kemandirian dan tanggung jawab.

Berbasis pada gambaran fungsi rumah tangga atau keluarga dimaksud, maka orang Jawa memiliki ungkapan yang sangat masyhur, yaitu mikul duwur mendhem jero. Suatu pengetahuan, sikap dan tindakan orang Jawa yang selalu berkeinginan untuk memulyakan yang lebih tua dan bahkan rela berkorban demi yang lebih tua dalam kebaikan. Sekali lagi bahwa yang menjadi ukuran pengorbanan adalah kebaikan dan bukan sebaliknya yaitu keburukan.

Meskipun konteks mikul duwun mendhem jero tersebut dalam lingkup mikro atau keluarga, akan tetapi sesungguhnya bisa diberlakukan untuk yang makro, misalnya masyarakat dan bahkan negara atau pemerintahan. Seorang anak harus memuliakan dan menghormati orang tuanya, kapan dan di mana saja. Seorang staf harus melakukan tupoksinya sebagai pertanggungjawaban pekerjaannya dan juga menghormati atasannya. Atasannya juga harus berlaku baik bagi bawahannya dan tidak menganggap bahwa stafnya adalah pekerjanya. Yang harus diutamakan adalah charisma institusi dan bukan charisma individunya.

Tidak hanya seperti itu, akan tetapi juga menjaga martabat orang tua, pemimpinnya dan para pemimpin sebelumnya. Jika terdapat kebaikan, maka harus dilestarikan dan jika ada yang jelek maka harus dipendam dalam-dalam. Seorang pemimpin yang baik bukan untuk mencari-cari kelemahan pemimpin sebelumnya dan mengungkapkannya di ruang public.

Di dalam ajaran Islam terdapat prinsip sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW, bahwa orang yang muda agar menghormat yang lebih tua dan yang tua menyayangi yang muda. Dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti kemuliaan yang tua di antara kita”. (Hadits diriwayatkan Ammar ibn Syuaib). Islam sebagai ajaran yang menjadi pedoman di dalam kehidupan memberikan norma agar sesama manusia saling menyayangi. Ada tiga konsep penting di dalam relasi sosial, yaitu ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat Islam. Tidak seharusnya antar sesama umat Islam saling menjelekkan dan menghina atas pemahaman dan prilaku agamanya. Kecuali mereka yang melakukan penistaan atas ajaran agama. Lalu, persaudaraan sesama  umat manusia meskipun berbeda agama. Seharusnya di antara umat yang berbeda agama juga tidak saling menghina dan melecehkan. Jangan sampai perbedaan agama menjadi penyebab konflik antara satu dengan lainnya. Kemudian persaudaraan sesama warga bangsa. Sesama umat manusia di dalam suatu wilayah negara, maka harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dibandingkan dengan kepentingan diri sendiri.

Bahkan Islam juga mengajarkan agar kita menyembunyikan aib sesama manusia. Jika kita tahu ada sesama manusia yang memiliki aib maka dilarang kita untuk menyebarkan aib tersebut bagi orang lain. Tidak seharusnya kita menyebarkan aib orang di ruang public sehingga orang lain menjadi menderita karenanya. Islam bahkan mengajarkan berdoa di dalam waktu duduk di antara dua sujud dalam shalat, agar Allah SWT menyembunyikan aib kita. Wajburni. Begitu bunyi doa kita.

Mikul duwur mendhem jero merupakan prinsip hidup orang Jawa yang memiliki kecocokan dengan prinsip di dalam ajaran Islam dalam relasinya dengan kehidupan kebersamaan. Oleh karena itu, tidak selayaknya dipertentangkan antara ajaran Islam dengan ajaran Jawa dalam merenda kehidupan di dunia.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..