• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PASCA PILPRES, TANTANGAN FUNDAMENTALISME

Dewasa ini memang dirasakan ada kecenderungan keberagamaan yang semakin kuat. Di mana-mana dirasakan adanya peningkatan keberagamaan yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan simbol-simbol agama. Identitas yang tersimbolisasi dalam outward appearance tersebut menjadi karakteristik yang sangat menonjol pada komunitas tertentu.

Ada banyak simbolisasi agama yang terus  meningkat, misalnya  Perda-perda syariah yang mengindikasikan gerakan formalisasi agama di dalam kehidupan sosial dan politik. Demikian pula tumbuhkembangnya gaya hidup ala Timur Tengah juga  merupakan sedikit contoh tentang gejala menguatnya Islam simbol atau Islam formal yang terjadi di Indonesia.

Memang, gerakan keagamaan fundamental sedang memperoleh momentum di era pasca reformasi. Gerakan keagamaan ini muncul bagaikan cendawan di musim hujan. Di mana-mana muncul gerakan keagamaan fundamental yang dengan ciri khasnya yang sangat puritan. Melalui slogan kembali kepada Islam ala salafush shalih, menegakkan syariah Islam secara kaffah dan menegakkan khilafah Islamiyah, maka mereka sangat gencar menyuarakan aspirasinya tersebut.

Mereka  memiliki spirit gerakan yang sangat tinggi. Dengan sistem sel yang dikembangkan, maka gerakan ini segera memperoleh loyalitas yang sangat baik dari jamaahnya. Mereka telah membentuk sistem murabbi’ yang menjadi pembimbing bagi jamaah baru dan mereka terus  memperoleh dukungan yang sangat kuat baik dari segi dana, fasilitas dan juga motivasi. Bahkan di Jakarta mereka memiliki tempat untuk melakukan penggemblengan terhadap para murabi’ yang akan bertugas di setiap RT/RW di seluruh Indonesia. Jumlah yang dilatih pun telah mencapai puluhan ribu orang.

Dari sisi politik, mereka juga sudah memiliki partai politik yang sangat stabil. PKS adalah kendaraan politik yang akan dijadikan sebagai sarana untuk berartikulasi kepentingan politik. Perkembangan partai ini juga sangat meyakinkan dari pemilu ke pemilu. Kejeliannya untuk membangun koalisi dengan Partai Demokrat dalam pilpres 2009 juga mengindikasikan strategi politiknya yang matang. Makanya, mereka juga sudah berani untuk melakukan bargaining position terhadap capres terpilih. Sebagai kekuatan politik yang sangat ideologis, maka kekuatan mereka tentu sangat diperhitungkan.

Pasca pilpres, pantaslah kalau kemudian mereka mulai menghitung apa yang diperoleh dalam dukungan politik tersebut. Dalil ekonomi politik “who gets what, how much by what means” kiranya sedang mereka mainkan. Berdasar atas kekuatan politik kaum fundamental ini, maka pantaslah kalau banyak kalangan, terutama organisasi keagamaan moderat yang merasa risau.

Melalui mekanisme gerakan organisasi yang rapi, terstruktur dan sistematis dalam penggalangan dukungan dan penciptaan kader militan, maka mereka berharap bahwa pertarungan politik mereka sesungguhnya adalah pada pemilu tahun 2019. Ada dugaan bahwa di tahun itu kekuatan politiknya sudah sangat kuat sehingga akan dapat memperoleh suara yang signifikan dalam pileg dan akan memperoleh momentum untuk pilpres.

Itulah sebabnya, pasca pilpres, kiranya ada satu hal yang  harus menjadi perhatian bagi pemerintahan SBY adalah bagaimana memanej aliran keagamaan fundamental ini. Keberlangsungan  dan tegaknya Pancasila,  UUD 1945 dan NKRI  merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar. NKRI tidak boleh lapuk oleh hujan dan tak boleh lekang oleh panas. Agar  Indonesia menjadi negara besar dengan  masyarakatnya yang plural dan multikultural, maka salah satu prasyaratnya adalah tegaknya NKRI dalam kehidupan bernegara bangsa.

Wallahu a’lam bi al-shawab

Categories: Opini