• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEPAKBOLA DAN SIHIR BUDAYA POP

SEPAKBOLA DAN SIHIR BUDAYA POP
Perhelatan Piala Dunia, tahun 2018 selesai sudah. Stadion Luhzniki, Rusia, menjadi saksi berakhirnya pertandingan final antara Perancis dan Kroasia. Para penggila bola dimanjakan oleh pertandingan demi pertandingan sepakbola berkelas dunia, mulai dari babak 32 besar, 16 besar, perdelapan final, semi final dan final. Semua sudah tahu, bahwa di dalam semi final, Tim Ayam Jantan Perancis memenangkan pertandingan melawan tim kuat, Belgia dengan score 1:0., dan Kroasia memenangkan pertandingan melawan Tim Three Lions, Inggris dengan skore 2:1. Lalu di dalam perebutan tempat ketiga, Belgia memenangkan pertandingan melawan Inggris dengan score 2:0.
Ada banyak candaan terkait dengan Piala Dunia ini, misalnya Kroasia itu nenek moyangnya berasal dari Sumedang. Kroya. Coba simak WA yang dikirim oleh Mas Hadi sebagai berikut:
Pak Huda: Pak Oman, menurut Bapak siapa yang akan jadi juara Piala Dunia.
Pak Oman: Kroasia dong.
Pak Huda: Tahu dari mana Pak?
Pak Oman: Dari Sumedang lah!
Saya juga kirim pesan ke Pak Abdurahman, lewat WA. Saya nyatakan bahwa: Tim Belgia itu asal usulnya dari Madura. Mereka berasal dari Blega. Karena factor cuaca dan lidah orang Belgia, semestinya Blega menjadi Belgia. Makanya saya mendukung Belgia pada waktu pertandingan memperebutkan juara ketiga melawan Inggris.
Lain lagi ketika saya mendukung Tim Perancis. Saya nyatakan bahwa Tim Perancis mendukung program Kementerian Agama, sebab Paul Pogba baru saja menunaikan ibadah umrah. Pak Rahman dengan nada serius menyatakan: Pogba tidak berangkat dari Indonesia. Saya tambahkan lagi, Paul Pogba itu orang Jawa. Nama sebenarnya ialah Polo. Dalam bahasa Jawa Polo itu jabatan dalam system pemerintahan di pedesaan Jawa. Ada Polo, Kamituwo. Carik dan sebagainya.
Ada juga guyonan Pak Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama). “Tenang… Pelatih Croasia Zlatko Dalic masih belum mau menurunkan 2 pemain yang keturunan Indonesia, Dewi Persic dan Zaskia Gotic untuk melemahkan pertahanan Perancis…”. Kita sungguh menikmati pertandingan demi pertandingan di dalam Piala Dunia dengan tertawa dan canda yang menggairahkan.
Saya berkesempatan untuk nonton bareng di Hotel D’Consulate di Jalan Wahid Hasyim Jakarta. Saya kira tidak ramai, ternyata luar biasa ramainya. Tidak hanya dari kami, tetapi juga dari Kementerian Perhubungan. Sekjen Kemenhub juga tampak nonton di situ. Rupanya kebanyakan dari Kemenhub ini mendukung Kroasia. Terlihat dari jersey berupa kaos yang sesuai dengan seragam tim Kroasia. Nyaris tidak ada yang mendukung Tim Perancis kecuali ada warga negara asing, rasanya orang Perancis yang memakai syal dengan lambang Ayam Jantan, Perancis. Saya nonton dengan Pak Tarmizi, Pak Thamrin, Pak Afrizal, Pak Mujab, Pak Sadirin, dan lain-lainnya. Ada sebanyak 13 orang dari kita dan lebih dari 20 orang dari Kemenhub.
Kita tidak menggunakan artibut apapun. Rupanya memang kami tidak memiliki dukungan absolut terhadap tim tertentu. Sementara juga sangat banyak penonton lainnya yang memang mendukung Kroasia. Kaosnya merupakan kostum Tim Kroasia. Tetapi anehnya kala Perancis memasukkan gol, semuanya berteriak hore, hore, hore dan sebagainya. Tetapi riuh rendah tentu saja terjadi saat Kroasia mampu menyamakan kedudukan 1:1. Mereka pada berteriak dan berjoget sangat antusias.
Kroasia memang tidak dipayungi Dewi Fortuna, Dewi Keberuntungan. Gol pertama Perancis sebenarnya adalah gol bunuh diri Mario Mandzukic yang sama-sama melompat untuk menghalau bola hasil sepak pojok Perancis. Dan gol kedua Perancis yang merupakan gol tendangan penalti juga disebabkan oleh hand ball yang dilakukan oleh pemain Kroasia di area penalti. Wasit mengalami keraguan apakah perlu tendangan penalti atau tidak. Sebab untuk memberikan tendangan penalti tentu jika ada kesengajaan pemain lawan untuk menghalau bola dengan tangan. Ada gerakan untuk melakukannya. Wasit Nestor Pitana dari Argentina meminta bantuan Video Assistance Referee (VAR), untuk memastikan apakah itu tendangan penalty atau tidak. Akhirnya diputuskan bahwa memang ada kesengajaan pemain Kroasia, Ivan Perisic, dalam menghalau bola di kotak penalti. Antoine Griezmann dengan lihainya mengecoh penjaga gawang Kroasia, Danijel Subasic, sehingga kedudukan menjadi 2:1.
Melihat permainan Kroasia yang terus menyerang, maka sesungguhnya tim ini layak untuk memenangkan pertandingan. Bayangkan dengan tim Inggris yang lamban di dalam mengatur serangan, mereka memenangkannya dengan skore 2:1. Lalu Inggris juga kalah dari Belgia 2: 0, pada laga perebutan juara ketiga. Belgia dengan Romelu Lukaku, Eden Hazard dan penyerang hebat lainnya memainkan gaya bermain menyerang yang sangat efektif. Barisan pertahanan Inggris pun menjadi babak belur menghadapi tim dengan gaya ofensif. Dan Inggris akhirnya kemasukan dua gol tanpa mampu membalas. Tipe permainan menyerang memang menjadi ciri khas di dalam perhelatan Piala Dunia 2018.
Perancis memang memiliki pemain dengan kemampuan berlari yang sangat cepat. Griezmans dan Mbappe adalah dua penyerang kiri dan kanan yang luar biasa. Kecepatan pemain depan Kroasia yang sangat terkenal, seperti Luca Modric, Mario Mandzukic dan Ivan Perisic bisa dibuat tidak berdaya oleh barisan belakang tim Perancis, Umtiti, Blaise Matuidi dan kawan-kawan. Kecepatan permainan tim Kroasia terasa berhenti di pemain belakang Perancis.
Bahkan tidak hanya pemain depan atau para penyerang yang bisa membuat goal tetapi pemain belakang juga bisa melakukannya. Bola-bola mati di sekitar are penalti dan sepak pojok menjadi lahan yang baik untuk mencetak goal. Pogba juga bisa mencatatkan namanya di papan score setelah mencetak goal bagi Perancis. Demikian pula Kylian Mbape juga menorehkan langkah emas sebagai pemin muda berbakat. Tendangan kerasnya di babak kedua memastikan Perancis memenangkan pertandingan final.
Tetapi yang lucu tentu ialah bagaimana penjaga gawang Perancis, Victor Hugo Lloris, memainkan bola di dekat Mandzukic dan dengan kegesitannya, penyerang Kroasia ini dapat menyarangkan bola ke gawangnya. Score menjadi 4:2. Dan Perancis untuk kedua kalinya memenangkan Piala Dunia. Yang pertama tentu di era Didier Deschamps, Laurent Blank, Zinedine Zidan dan kawan-kawan. Dan catatan khusus, Deschamps adalah pemain dan pelatih yang memenangkan Piala Dunia.
Malam itu, jalan-jalan menjadi sepi. Banyak mobil yang parkir di tempat nonton bola bareng. Di jalan-jalan yang saya lewati ternyata banyak mobil yang parkir karena pemiliknya sedang nonton bola di hotel-hotel dan café-café yang secara khusus memang menyediakan tayangan bola. Inilah sihir budaya pop, yang bernama sepak bola.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..