• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ROMA: MEMBANGUN MODERASI AGAMA (4)

KE ROMA: MEMBANGUN MODERASI AGAMA (4)
Acara pembukaan Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa diselenggarakan tepat waktu, yaitu pukul 17.00 Waktu Italia, 30/06/2018. Acara ini dipimpin oleh Bapak Markus Solo, orang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah lama mengabdi di Keuskupan Takhta Suci Vatican. Acara dimulai dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dilakukan bersama-sama.
Acara dibuka oleh Duta Besar untuk Takhta Suci Vatican, Bapak Antonius Agus Sriyono, yang hadir bersama Ibu Agus Sriyono. Di dalam kesempatan ini beliau menyatakan bahwa tujuan Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa ialah untuk saling memahami tentang hubungan antar agama di Indonesia. Oleh karena itu, hadir di forum ini para narasumber yang terdiri dari berbagai agama. Dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Mereka ini akan berdiskusi dengan kita semua agar pemahaman tentang hubungan antar agama itu menjadi semakin baik. Tentu yang diharapkan ialah agar dialog itu tidak hanya bercorak elitis saja, dialog dengan sesama tokoh agama saja, akan tetapi dialog antar umat beragama. Beliau juga mengapresiasi terhadap kehadiran para pemuda di dalam acara ini. Para pemudalah yang ke depan akan menjadi tulang punggung bagi kehidupan beragama yang damai, tenteram, rukun dan harmonis.
Giliran berikutnya yang menjadi narasumber ialah Ibu Dewi Sawitri Wahab, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri. Di dalam pemaparannya, dinyatakan bahwa program Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa ini tentu sangat tepat dan strategis. Program ini sangat relevan dengan kebijakan pemerintah untuk terus menerus menggerakkan dialog antar umat beragama. Dan hal ini sejalan dengan program untuk membangun beragama yang Moderat, misalnya Islam wasathiyah untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin. Kita sudah berhasil untuk melakukan Konsultasi Tingkat Tinggi Tokoh-tokoh Agama se Dunia, dan juga trilateral meeting antara Indonesia, Pakistan dan Afghanistan. Kita berharap agar Afghanistan segera dapat menyelesaikan urusan internalnya, sehingga bisa tercapai perdamaian yang diharapkan.
Lalu, perlu untuk menggerakkan masyarakat Indonesia di luar negeri, khususnya di Eropa. Para diaspora ini diharapkan juga terlibat di dalam upaya untuk membangun kehidupan beragama yang moderat, anti kekerasan dan membangun kedamaian. Yang tidak kalah menarik bahwa Indonesia sudah menjadi Anggota Tidak tetap Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). Maka keinginan pemerintah ialah keterlibatan kita semua untuk memerangi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme di tingkat global. Indonesia harus berperan aktif untuk menjaga perdamaian.
Kemudian, juga diharapkan agar para diaspora terlibat di dalam menjaga keharmonisan antar agama dan antar bangsa terutama terkait dengan tahun politik tahun 2019. Dinamika politik akan meningkat di saat itu, dan para diaspora harus menjadi mediator untuk membangun kedamaian dan keharmonisan di antara kita semua. Oleh karena itu diharapkan agar meeting ini akan menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi masyarakar dan bangsa Indonesia. Tujuan kita semua ialah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai pembicara ketiga, maka saya sampaikan beberapa hal. Pertama ialah ucapan terima kasih kepada semua yang terlibat di dalam acara penting ini, khususnya Pak Dubes RI di Vatican yang menjadi host dalam acara Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa. Kita bersykur sebab acara ini disemangati oleh dialog dan persahabatan untuk menukar gagasan, pikiran dan ide-ide dalam melangsungkan kerukunan umat beragama.
Kedua, dialog ini tentu dimaksudkan sebagai wahana untuk mempromosikan nilai-nilai harmonis antar umat beragama dan antar bangsa. Kita sangat menyadari bahwa perdamaian antar umat beragama dan bahkan juga perdamaian antar bangsa hanya akan dapat dibangun melalui prinsip persaudaraan, keadilan, persamaan dalam satu kesatuan yang utuh. Melalui semangat kebersamaan dalam menghadapi tantangan umat beragama dalam bentuk gangguan harmoni dan kerukunan, maka kita harus menguatkan komitmen untuk menangani hal tersebut secara bersama-sama.
Ketiga, sekarang sedang berkembang gerakan transnasional, yang sayangnya mengambil jalur yang tidak tepat, yaitu gerakan radikalisme dan ekstrimisme bahkan terorisme. Gerakan ini akan sangat mengganggu terhadap kerukunan dan harmoni antarumat beragama. Kita tidak bisa memungkiri bahwa gerakan ini berkembang di Indonesia dan memperoleh respon yang cukup signifikan dari sebagian kecil masyarakat Indonesia. Oleh karena itu kita harus mengembangkan paradigm humanis di dalam beragama. Yaitu sikap beragama yang moderat dengan indikasi beragama yang santun dan seimbang, santun dalam menjalankan agamanya dan dalam interaksi sosial. Seimbang di dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, individual dan sosial, serta dalam berhubungan dengan Tuhan, manusia dan lingkungan alam. Mereka yang moderat diharapkan tidak mudah terhasud, mudah marah, suka menuduh atau memaksa. Agama harus dijadikan sebagai modal sosial untuk membangun kehidupan yang rukun, harmoni dan damai.
Keempat, kita perlu melakukan Gerakan Moderasi Agama. Yaitu membangun kehidupan beragama yang mengayuh di antara dua ekstrimisme, kiri dan kanan. Yang kiri, yang sangat liberal dan yang kanan yang sangat radikal harus dikembalikan ke tengah menjadi moderat. Pemerintah di dalam hal ini Kementerian Agama telah mengembangkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di seluruh Indonesia. Sebuah forum yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk saling berdialog dalam kerangka membangun kerukunan dan keharmonisan dalam beragama. Jika kita menghadapi konflik antar umat beragama, maka forum ini yang diharapkan dapat menjadi tempat untuk saling bertukar pikiran untuk menyelesaikannya. Makanya pemerintah memberikan dukungan secara optimal terhadap berbagai forum dialog antar umat beragama maupun intern umat beragama untuk membangun kebersamaan dalam membina keharmonisan dan kerukunan beragama. Sungguh diperlukan langkah-langkah kultural untuk membangun perdamaian antar warga bangsa, antar masyarakat dan juga bahkan antar bangsa. Indonesia sungguh bisa menjadi contoh yang baik dalam membangun kerukunan umat beragama.
Kita semua yakin bahwa kerukunan umat beragama akan tetap bisa dijadikan sebagai modal dasar di dalam membangun masyarakat Indonesia yang semakin sejahtera di masa depan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..