• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PULKAM: TRADISI YANG MENYEJARAH (1)

PULKAM: TRADISI YANG MENYEJARAH (1)
Tahun lalu, 1 Syawal 1438 H/2017 M., saya melakukan shalat Id di Surabaya. Saya masih ingat, saya melakukan shalat di dekat rumah di Ketintang Selatan. Setelah shalat ‘id saya bergegas ke Tuban untuk sungkem kepada Emak saya, dan bersilaturahim dengan tetangga dan sahabat saya di masa lalu. Karena saya datang di hari pertama idul fithri, maka banyak anak-anak kecil yang datang ke rumah. Ingin berkah uang baru yang masih lurus. Belum lusuh sebagaimana uang yang biasa kita pegang.
Tahun ini, 1439 H/2018 M., saya secara sengaja melakukan shalat Id di Masjid Istiqlal setelah sore hari sebelumnya mengikuti acara Sidang Itsbat. Dan tahun ini pula saya menyelenggarakan acara open house, yang pada tahun-tahun sebelumnya tidak saya lakukan. Tahun ini adalah tahun terakhir pengabdian saya sebagai pejabat structural, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, dan akan kembali mengabdi sebagai professor pada UIN Sunan Ampel Surabaya.
Yang menjadi khatib pada shalat ‘id ialah AA. Gym. Meskipun Khutbah AA Gym hanya sekali saja, biasanya 2 (dua) kali khutbah, tetapi saya tentu mengapresiasi terhadap isi khutbah AA Gym yang saya rasa bisa memberikan spirit bagi kehidupan kita sebagai bangsa. Beliau bercerita tentang kejujuran, bahwa kejujuran adalah kata kunci di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diharapkan bahwa kejujuran menjadi focus dalam penyelenggaraan negara, sehingga korupsi, nepotisme, kolusi dan sebagainya akan bisa dihilangkan dari bumi Indonesia. Selain itu, Beliau juga berharap bahwa kerukunan dan harmoni di dalam kehidupan beragama juga terus diupayakan. Indonesia harus menjadi contoh di dalam kehidupan yang aman dan damai dan bisa memberikan kontribusi bagi peradaban dunia.
Hadir di dalam shalat Id tersebut ialah Pak HM. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Pak Zulkifli Hasan (Ketua MPR), Pak Rudiantara (Menkoinfo), Prof. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal), Pak Bahrul Hayat, Pak Muhammadiyah Amin, dan sejumlah pejabat lainnya. Sebagaimana biasanya, maka masjid Istiqlal ini penuh dengan jamaah Shalat Id. Bahkan meluber sampai di halaman. Di seputar Masjid Istiqlal juga penuh dengan kendaraan roda empat dan menimbulkan kemacetan di saat memasuki atau keluar dari Masjid Istiqlal.
Sebagaimana usulan para staf saya, maka saya tentu menyambut gembira usulan untuk open house ini. Bagi saya tidak ada baiknya menyelenggarakan acara kekeluargaan antar sesama ASN Kemenag, mulai dari para pejabat tinggi sampai para staf out sourcing. Dengan mengadakan acara open house ini, maka silaturrahim dengan mereka bisa terselenggara.
Saya juga menghadiri acara open house yang diselenggarakan oleh Pak Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, di rumah Dinas Menteri, di Widya Candra Jakarta. Saya datang agak lebih awal, sebab saya juga mempertimbangkan bahwa di rumah dipastikan juga akan hadir sejumlah pejabat dan staf yang memerlukan datang untuk acara di Rumah Dinas, Jl. Indramayu 14, Menteng, Jakarta Pusat.
Saya menyaksikan para tokoh agama sudah hadir di rumah Dinas Pak Menteri. Ada dari Katolik, Hindu, Budha, Khongkucu dan lainnya. Kaum agamawan ini, sebagaimana biasanya memang menyempatkan datang di acara open house yang diselenggarakan Pak Menteri.
Setelah saya dan keluarga berfoto bersama dengan Pak Lukman Hakim Saifuddin dan Ibu Tresna Willy Lukman Hakim, maka saya kembali ke rumah. Sebagaimana diketahui bahwa di rumah juga ada acara open house yang semestinya dimulai jam 13.00 WIB. Akan tetapi, setelah shalat Id, Pak Tarmidzi, Prof. Gunaryo dan Pak Amri sudah datang ke rumah. Pak Tarmidzi, yang sama-sama bertempat tinggal di Wisma Kemenag dengan Jemmy, lalu digoda: “ayo sarapan dulu”.
Saya bersyukur sebab banyak pejabat yang hadir di acara ini. Pak Thomas Fentury, Pak Binsasi, Pak Caliadi, Pak Nurkholis Setiawan, Pak Muhammadiyah Amin, Pak Sukoso, Pak Oman Fathurahman, Pak Janedri, Pak Syafrizal, Pak Mudhofier, Pak Choiruddin, Pak Buchori, Pak Mastuki, Pak Saiful Mujab, Pak Ahmadi, Pak Ali Irfan, Pak Abdurahman, Bu Aminah, Pak Mohsen, Pak Yan Kadang, Pak Pontus, dan Pak Juraidi. Selain itu juga banyak pejabat eselon III yang hadir di dalam acara ini. Yang juga menggembirakan karena ada beberapa tokoh agama lain yang hadir. Pak Uung dan pengurus Matakin juga hadir.
Salah satu makna yang bisa kita ambil di dalam acara halal bil halal atau open house ini ialah kehadiran berbagai penganut agama. Saya kira hal ini merupakan contoh yang sangat baik bagi dunia kerukunan umat beragama. Tradisi halal bil halal seperti ini merupakan teladan bagi dunia, bahwa Indonesia sesungguhnya merupakan miniature kerukunan umat beragama.
Di forum seperti ini, maka kita bisa bicara bersama, bisa bercanda bersama dan bahkan juga berfoto bersama. Tidak ada lagi sekat yang menghalangi relasi di antara kita. Saya sering menggoda kawan-kawan dari agama selain Islam: “saya di surga bertemu dengan Pak Binsasi, cuma saya lihat rambutnya berbeda. Rambutnya menjadi lurus”. Kita bisa tertawa lepas bersama-sama.
Jika kita ingin melihat bagaimana sesungguhnya membangun harmoni dan kerukunan beragama, maka lihatlah bagaimana relasi kita di Kemenag. Kita terbiasa untuk saling memahami tentang siapa kita. Saya kira relasi itu terbangun bukan hanya karena sesama pejabat, akan tetapi memang di dalam hati sudah tertanam perasaan ke-Kita-an dan bukan ke-Aku-an.
Jika apa yang tersaji di dalam relasi antar umat beragama ini bisa dilakukan juga di masyarakat luas, saya berkeyakinan bahwa kerukunan umat beragama akan sungguh menjadi realitas di dalam kehidupan kita. Dan kita sudah menyaksikannya juga di tengah kehidupan masyarakat kita.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..