• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PANCASILAKU PANCASILA KITA (1)

PANCASILAKU PANCASILA KITA (1)
Tanggal 1 Juni secara historis dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Kandungan dalam Pancasila memang digali dari tumpukan nilai budaya dalam sejarah bangsa Indonesia. Meskipun nilai budaya dalam Pancasila itu sudah berada di dalam darah dan daging bangsa, namun kata Pancasila itu memang dideklarasikan oleh Ir. Soekarno dalam rapat BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945.
Kandungan dalam 5 (lima) sila itu, memang sudah tertanam jauh ke dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia, akan tetapi memang belum terakumulasi menjadi satu kesatuan sebagaimana yang diungkapkan oleh para pelaku sejarah Pancasila, seperti Mohammad Yamin, Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim dan sebagainya. Itulah sebabnya, Ir. Soekarno menyebutkan bahwa dirinya adalah penggali Pancasila dan bukan yang mengadakannya. Pancasila yang kita kenal dalam rumusan 5 (lima) dasar itu sudah mengakar kuat dalam tradisi masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka.
Masyarakat Indonesia semenjak dahulu dikenal sebagai masyarakat yang religious. Masyarakat yang sedemikian kuat memegang tradisi agama-agama yang dipeluknya. Kita memiliki tradisi-tradisi kerajaan yang sangat kuat, misalnya Kerajaan Sriwijaya dengan agama Buddhanya, Kerajaan Majapahit dengan Hindunya. Dan jauh sebelum itu juga sudah berdiri Candi Borobudur sebagai tempat pemujaan agama Buddha.
Ketika agama Islam dan Nasrani datang ke Indonesia, maka dengan tangan terbuka masyarakat Indonesia menerimanya. Nyaris tidak dijumpai konflik besar dalam konversi masyarakat beragama Hindu dan Buddha dalam agama baru, Islam dan Nasrani. Semuanya berjalan dengan damai dan penuh keterbukaan.
Sejarah Islamisasi di Nusantara sangat terkenal, bagaimana para penyebar Islam dapat menggunakan idiom-idiom yang dipergunakan oleh masyarakat menjadi idiom-idiom yang bercorak Islam. Tradisi-tradisi masyarakat tidak dinihilkan akan tetapi dikolaborasikan dengan tradisi baru dalam agama. Lalu, membentuk corak masyarakat Islam, yang saya konsepsikan sebagai “Islam Kolaboratif”. Yaitu Islam yang berpadu dalam tradisi local tetapi dengan substansi yang jelas-jelas Islam. Di masa lalu ada “Tradisi Tayuban” di daerah pesisiran, lalu oleh umat Islam tradisi Tayuban itu diubah menjadi “Tradisi Thoyiban”. Cultural sphere yang semula tradisi local diubah menjadi cultural sphere yang bercorak Islam.
Indonesia ini dikenal sebagai negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia, namun demikian icon-icon budaya yang religious justru Candi-Candi dalam agama Buddha dan Hindu. Hal ini berkesebalikan dengan India yang penduduknya mayoritas beragama Hindu, namun demikian icon budaya-religiusnya ialah Taj Mahal yang merupakan kreasi kerajaan Islam di masa lalu.
Kita juga dikenal sebagai bangsa yang santun, yang mengedepankan kemanusiaan. Salah satu ciri dari bangsa ini ialah kharakternya yang suka menolong, suka membantu, suka melakukan kebaikan kepada sesama manusia. Nyaris di setiap wilayah di Indonesia dikenal budaya saling menolong, saling menghargai dan saling menghormati. Marilah kita lihat perasaan bersaudara yang demikian kuat di antara warga bangsa meskipun berbeda etnis, suku dan agama.
Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat yang menyenangi musyawarah. Jauh sebelum masuknya negara modern dengan konsep demokrasi, maka masyarakat Indonesia sudah menerapkan tradisi bermusyawarah untuk kebersamaan. Nyaris di seluruh Indonesia terdapat budaya musyawarah untuk menyelesaikan persoalan bersama dan melakukan kebaikan bersama.
Tentu yang masih menjadi problem bangsa ini adalah keadilan, khususnya keadilan ekonomi. Gap antara yang miskin dan kaya masih cukup renggang. Angka Gini Rasio kita masih 3,9 artinya bahwa jurang kesenjangan masih relative tinggi. Makanya, pekerjaan rumah pemerintah yang sangat penting ke depan ialah bagaimana mengurangi kemiskinan dan menyejahterakannya. Namun demikian, pengurangan kemiskinan juga terus terjadi seirama dengan program pembangunan yang terus dikelola secara memadai oleh pemerintah.
Kita sungguh bersyukur memiliki common platform, yang bisa menyatukan segala perbedaan di tengah kita. Negara-negara Timur Tengah memiliki tradisi yang nyaris homogeen, akan tetapi mereka menjadi negara-negara kecil dengan perbedaan yang mencolok. Mereka terus berada di dalam arena konfliktual yang tiada henti. Perang di Timur Tengah adalah perang yang sangat lama dalam sejarah kemanusiaan. Terlepas dari siapa yang berada di belakang semua bentuk konflik ini, tetapi bacaan kita tentu bahwa negara-negara di Timur tengah rentan terjadi konflik.
Indonesia saya kira adalah cerita lain. Negeri ini terbentuk dari gugusan kepulauan dengan jumlah yang sangat banyak. 17.000 pulau. Terdiri dari 500 lebih bahasa dan suku. Dan juga agama yang bervariasi. Semua menggambarkan keanekaragaman yang sangat tinggi. Namun negeri ini bisa dipersatukan dengan satu kata: Pancasila. Alangkah indahnya negeri ini, sebuah negara dengan prinsip “Ketuhanan”, negara dengan prinsip “kesatuan dan Persatuan”, negeri dengan prinsip musyawarah dan kemanusiaan, dan negara dengan prinsip keadilan bagi semua.
Pancasila yang digali oleh founding fathers negeri dari dalam khasanah tradisi dan budaya bangsa sendiri ternyata memang memiliki ketahanan yang luar biasa. Meskipun berkali-kali digerogoti dengan isme-isme lain, ternyata bahwa bangsa ini, tetap beranggapan bahwa Pancasila adalah pilihan terbaik bagi bangsa ini.
Pancasila dengan lima dasarnya itu memang momot dengan seluruh prinsip dasar bagi bangsa ini untuk bersatu. Dan menyatakan bahwa Pancasila adalah harga mati bagi bangsa Indonesia.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..