• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGGAGAS PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN

MENGGAGAS PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN
Salah satu yang membanggakan akhir-akhir ini ialah semakin menjamurnya pembelajaran Al Qur’an di seluruh wilayah tanah air. Rasanya program pembelajaran al Qur’an, baik yang bercorak hafalan al Qur’an atau tahfidzul Qur’an maupun program pembelajaran ilmu-ilmu Al Qur’an semakin banyak jumlahnya. Banyak berdiri pesantren-pesantren yang khusus mempelajari Al Qur’an maupun rumah-rumah Al Qur’an. Semuanya memberikan bukti tentang semakin semaraknya program pembelajaran Al Qur’an atau pengkajian Al Qur’an.
Di Indonesia, program studi ilmu al Qur’an juga sudah berkembang sangat lama. Melalui PTKIN, maka program studi al Qur’an merupakan salah satu program studi unggulan di hampir semua PTKIN. Sekurang-kurangnya sebanyak 58 PTKIN memiliki program studi Tafsir dan hadits. Makanya, jumlah lulusan program studi ilmu Tafsir dan Hadits juga sudah cukup banyak.
Pada perkembangan berikutnya, lalu muncullah program tahfidz al Qur’an, misalnya yang dikembangkan oleh Syekh Ali Jaber, seorang ahli ilmu Al Qur’an dari Madinah Arab Saudi yang secara khusus datang ke Indonesia untuk mengembangkan program tahfidz al Qur’an. Bahkan Beliau sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI) dalam kepentingan pengembangan ilmu Al Qur’an. Kiprah Beliau di program tahfidz di televisi dan juga pesantren-pesantren tentu perlu diapresiasi.
Pesantren dari luar negeri yang secara sengaja mengembangkan tahfidz al Qur’an ialah Pesantren Sulaimaniyah dari Turki. Pesantren ini telah mengembangkan metode baru dalam hafalan Al Qur’an dan sangat spektakuler ialah program hafalan Al Qur’an yang hanya membutuhkan waktu 5 (lima) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun. Sebelum terjadi persoalan politik di Turki, maka setiap wisuda tahfidz Al Qur’an diselenggarakan di Aula HM. Rasyidi Kementerian Agama. Kemenag memang memiliki kerja sama dengan pesantren Sulaimaniyah untuk program pembelajaran Al Qur’an. Setiap tahun sebanyak 50 orang santri dari Indonesia yang dikirim ke Turki untuk belajar ilmu Al Qur’an.
Yang juga spektakuler ialah yang dikembangkan oleh seorang Kyai Muda, Ustadz M. Yusuf Mansur. Dengan Pesantren Darul Qur’an dan rumah Al Qur’an sudah tersebar di seluruh Indonesia, dan bahkan juga di luar negeri. Pesantrennya sudah berkembang di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Pesantren Darul Qur’an yang besar sudah berkembang di beberapa kota di Indonesia. Kita semua tentu mengapresiasi terhadap keberhasilan Beliau di dalam mengembangkan program tahfidz Qur’an dan juga studi ilmu Al Qur’an.
Beberapa hari yang lalu, 24/05/2018, saya bertemu dengan Ustadz Yusuf Mansur untuk membahas satu hal yang sangat penting ialah bagaimana mendirikan perguruan tinggi ilmu Al Qur’an. Sebenarnya gagasan ini sudah cukup lama, kira-kira setengah tahun yang lalu, saat saya dan beliau bertemu di pesawat dalam penerbangan Surabaya- Jakarta, telah kita bicarakan tentang pentingnya perguruan tinggi khusus yang terfokus pada studi Al Qur’an. Namun karena waktu dan kesibukan yang padat, sehingga baru beberapa saat yang lalu kami bisa membicarakan tentang pendirian perguruan tinggi ilmu Al Qur’an.
Di dalam pertemuan ini, saya ditemani oleh Dr. Suwendi, dan Ustadz Yusuf Mansur ditemani oleh tim Pesantren Darul Qur’an. Beberapa hal mendasar kita bicarakan di dalam pertemuan ini, yaitu: pertama, focus kajian. Saya mengusulkan agar PTKI yang akan didirikan ini haruslah terfokus pada pendidikan ilmu Al Qur’an. Jangan sampai tergoda oleh pasar lalu mengembangkan program studi yang tidak terkait langsung dengan ilmu al Qur’an. Saya berharap agar program studi yang dikembangkan oleh PTKI yang berada di bawah naungan Pesantren Darul Qur’an hanya yang terkait langsung dengan ilmu Al Qur’an. Misalnya Tafsir Al Qur’an, Studi Al Qur’an, teknologi dan informasi Al Qur’an, pendidikan ilmu Al Qur’an, dan lain-lain yang terkait dengan inovas di bidang pembelajaran Al Qur’an.
Kedua, Kita sudah memiliki Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ), Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ) dan dan Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ). Jika kemudian muncul PTKI Ilmu Al Qur’an, maka tentu menggenapi terhadap keberadaan PTKI tersebut. Hanya yang perlu dipikirkan ialah bagaimana membangun prodi ilmu Al Qur’an yang khas, yang memiliki distingsi. Ada banyak program studi Al Qur’an, tetapi harus ada yang menjadi ciri khasnya.
Di dalam konteks ini, maka yang diperlukan ialah agar kita bisa membangun suatu distingsi yang bisa membedakan antara satu program studi dengan lainnya. Saya berharap agar PTKI yang berada di bawah Pesantren Darul Qur’an membikin distingsi yang jelas dan menjadi ciri khas PTKI ini. Salah satu yang membedakan misalnya ialah tentang kewajiban tahfidz Al Qur’an 30 juz dari lulusan PTKI ini. Dengan demikian, jika yang bersangkutan lulus dari PTKI ini, maka dipastikan yang bersangkutan memiliki kemampuan yang sangat cukup di bidang ilmu Al Qur’an. Para lulusannya tidak lagi diragukan akan kemampuannya di bidang ilmu Al Qur’an.
Ketiga, para mahasiswa PTKI Ilmu Al Qur’an ini adalah pilihan-pilihan terbaik dari seluruh Indonesia. Untuk kepentingan ini, maka yang bisa memasuki PTKI ini hanyalah mereka yang sudah teruji dari masing-masing daerah di Indonesia. Jadi, PTKI ini tidak bercorak go public atau siapa saja bisa memasukinya. Ada persyaratan-persyaratan khas yang diterapkan secara ketat dan menjadi standard operation procedure (SOP) yang dijadikan sebagai norma untuk penerimaan mahasiswa baru.
Saya sungguh berharap agar pendirian PTKI ini menjadi prioritas Pesantren Darul Qur’an dan juga mendapatkan dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Saya memiliki keyakinan –sebagaimana keyakinan Ustadz Yusuf Mansur—bahwa PTKI ini harus menjadi PTKI unggulan dalam bidang Ilmu Al Qur’an.
Wallahu a’lam bi al shawab.
.

Categories: Opini
Comment form currently closed..