• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMBANGUN AKSI MELAWAN NARASI RADIKALISME

MEMBANGUN AKSI MELAWAN NARASI RADIKALISME
Saya diberi kesempatan oleh Pak Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, untuk mewakili Beliau dalam acara yang digelar oleh Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP) yang acaranya digelar di Hotel Bidakara, 26 April 2018. Acara ini dihadiri oleh Narasumber: saya, Irjen Pol. Dr. Gatot Eddy Pramono, MSi, Staf Ahli Kepolisian Repubik Indonesia, Prof. Ahmad Syafii Mufid, dan sejumlah narasumber lainnya.
Acara ini merupakan kerjasama antara IISEP dengan Kepala Badan Diklat Kementerian Agama DKI Jakarta dan Department of Foreign Affairs and Trade, Australia. Hadir mewakili Embassy of Australia, ialah Mrs. Keara Shaw, First Secretary (Political) dan juga para penyuluh agama, para khotib, para guru agama dan dosen serta utusan dari Poso, Solo dan sebagainya.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan beberapa hal. Pertama, ialah apresiasi atas kegiatan yang dilakukan oleh IISEP dalam kerangka untuk memberikan pemahaman kepada para penyuluh agama, pengurus masjid, khotib, guru agama dan dosen mengenai problem akut kita ialah radikalisme dan lebih khusus ialah ekstrimisme dan terorisme. Saya juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Australia tentang penanggulangan radikalisme yang tentu harus tetap diwaspadai oleh kita semua. Kita ke depan tentu berharap agar penanganan radikalisme akan lebih sistematik dan mendasar di tengah keinginan kita semua untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang aman dan damai, rukun dan harmonis serta berkeselamatan.
Kedua, saya sampaikan bahwa kita sedang menghadapi tahun-tahun penting, yaitu tahun pilkada 2018 dan tahun pilihan Presiden/Wakil Presiden, serta pemilihan legislative. Oleh sementara kalangan disebut sebagai tahun politik, namun berdasarkan pertemuan antar menteri yang dipimpin oleh Menko Polhukam, Bapak Dr. Wiranto, dianjurkan agar kita tidak menggunakan tahun politik, sebab terkesan “anggegirisi” atau “menakutkan”. Sebaiknya disebut sebagai tahun pilkada 2018 dan tahun Pilpres dan pileg saja.
Tantangan pilkada, pilpres dan pileg tentu merupakan tantangan dalam upacara liminal 5 (lima) tahunan yang terus menerus kita lakukan. Dan sebagaimana diketahui bahwa di setiap upacara liminal tersebut dipastikan akan terdapat berbagai issue, diantaranya ialah issu kesenjangan sosial, issu SARA, issu politisasi agama dan politik identitas. Di dalam konteks ini, maka kehadiran para penyuluh agama, khotib, pengurus masjid, guru dan dosen menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran agar masyarakat kita tidak terjebak ke dalam issu yang tidak menguntungkan sebagai warga negara dan bangsa. Memang masih terdapat sejumlah warga kita yang dalam kondisi miskin. Akan tetapi upaya pemerintah untuk menghilangkan gap antara yang kaya dan miskin, serta mengurangi dampak kemiskinan juga terus dilakukan. Kita semua juga harus mengerem agar issu SARA tidak berkembang semakin kuat. Kita memiliki modal yang sangat kuat, berupa kerukunan dan harmoni antar suku, ras dan agama. Inilah yang harus kita perkuat sekarang dan masa depan.
Lalu tantangan radikalisme yang juga terus memperlihatkan eksistensinya. Kita tentu bersyukur bahwa keberagamaan kita semakin kuat, namun sayangnya bahwa radikalisme beragama di antara masyarakat Indonesia juga semakin menguat pula. Ada sesuatu yang paradoksal. Pemahaman beragama di masyarakat Indonesia semakin menunjukkan arah yang “mengkhawatirkan”. Yaitu semakin menguatnya keberagamaan yang bergaris keras, yang diilhami oleh pemahaman agama kelompok Salafi Jihadi dan kelompok Salafi Takfiri. Keduanya memiliki jejaring dengan Islam di berbagai wilayah yang memiliki kesamaan untuk mengusung ideology tersebut. Forum ini tentu dimaksudkan agar kita memiliki “kesadaran” untuk melakukan tindakan preventif dalam rangka menanggulangi bahaya radikalisme ini.
Kedua, hakikatnya para penyuluh agama, khotib, pengurus masjid, guru agama dan dosen adalah wajah depan agama Islam di Indonesia. Mereka semua adalah wajah kemenag yang terdepan. Di tangan mereka semua, Islam yang rahmatan lil alamin atau Islam wasathiyah tersebut terdapat profilnya. Mereka adalah juru penerang agama yang seharusnya memiliki mind set untuk terus membangun Islam yang wasathiyah ini. Mereka harus mengembalikan yang terpapar atau akan terpapar ke dalam pelukan Islam yang wasathiyah. Islam yang tidak hanya memberikan keselamatan dan kedamaian kepada umat Islam saja akan tetapi juga kepada umat agama lain. Mereka yang akan mengembangkan hablum minallah, hablum minan nas dan hablum minal alam jauh lebih baik di masa sekarang dan akan datang.
Di tangan mereka ini Islam yang kita cita-citakan bersama akan mengeksis di dalam kehidupan masyarakat. Makanya, kita sungguh berharap agar para juru penerang agama dalam berbagai fungsinya itu dapat menjadi detector dini terhadap masalah-masalah keagamaan. Kita berharap agar jika ada masalah-masalah keagamaan maka merekalah yang harus tahu terlebuh dahulu. Jika ada orang asing datang di masjid, maka kita lakukan pengecekan dan identifikasi secara mendalam siapa sesungguhnya mereka ini. Jika kita tidak bisa mendeteksi agar dapat mengirim signal kepada para pejabat, para ulama, para habaib yang senada dengan kita tentang paham keagamaannya.
Kitalah yang akan mewariskan Islam Indonesia, yang luar biasa ini kepada generasi muda dan akan cucu kita. Makanya, kita sungguh memiliki ketergantungan terhadap para juru penerang atau penyuluh, pengurus masjid dan para guru agama atau dosen.
Ketiga, Kemenag sudah mengembangkan gerakan Islam moderat dalam paket program Moderasi Agama. Pak Menteri Agama di dalam banyak kesempatan menyampaikan tentang tema-tema moderasi agama yang ke depan akan menjadi tema utama keberagamaan bangsa Indonesia. Makanya yang kita harapkan ialah Islam yang moderat, Hindu yang moderat, Buddha yang moderat, Kristen yang moderat dan Katolik yang moderat serta Khonghucu yang moderat.
Jika kita bisa melakukan aksi dalam konteks seperti ini, dari halaqah ke harakah, maka semua berkeyakinan bahwa radikalisme tidak semakin tumbuh subur di negeri ini. Saya kira semua sepaham dengan hal ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..