• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

ARTICIAL INTELIGENT DAN KEHIDUPAN MANUSIA

ARTICIAL INTELIGENT DAN KEHIDUPAN MANUSIA
Sungguh sekarang ini kita sedang berada di suatu era yang segalanya serba teknologi informasi. Melalui inovasi yang sedemikian cepat maka perkembangan teknologi informasi nyaris tidak bisa dibendung.
Para ahli melakukan pengelompokan berdasarkan generasi, yaitu: generasi Z (15-20 tahun), generasi Y (21-34 tahun), generasi X (35-49 Tahun), generasi Baby boomer (50-64 Tahun) dan generasi silent (65-ke atas). Untuk membedakan orientasi kehidupannya, maka dapat dinyatakan secara sederhana bahwa generasi baby boomer dan generasi silent, maka orientasi kehidupannya ialah lebih kepada kehidupan pertanian atau pra industry, generasi X pada orientasi industry, generasi Y pada era post industry dan generasi Z pada era cyber. Pembagian ini tentu sangat menyederhanakan, akan tetapi bisa dipahami bahwa generasi Y dan Z tentu audah memasuki era percepatan temuan teknologi informasi sehingga orientasi kedua generasi ini sebenarnya sudah pada tahapan yang sangat maju dalam bidang teknologi informasi.
Berdasarkan survey oleh Nielsen Company, diketahui bahwa generasi Z, ternyata lebih banyak menggunakan media sosial sebagai pilihan utama untuk mendapatkan informasi, lalu disusul dengan mesin pencari informasi dan berikutnya ialah televisi dengan prosentasi di atas 40 persen. Sumber informasi mengenai radio, majalah, koran dan lainnya memiliki prosentase yang kecil saja di bawah 20 persen.
Jika kita simak di Indonesia, maka pengguna internet juga sangat tinggi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Global Web Index 2017, bahwa Indonesia masuk peringkat keempat setelah Filipina, Brazil dan Tailand. Survey dilakukan untuk melihat berapa jam waktu yang digunakan untuk menggunakan internet antara usia 16-64 tahun. Lalu dilihat dari pengguna media sosial, pertumbuhan kita juga luar biasa sebesar 34 persen di atas rata-rata dunia sebesar 21 persen. Tertinggi ialah Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan India.
Perkembangan tentang pemanfaatan media sosial di Indonesia ini tentu menggambarkan tentang bagaimana respon masyarakat Indonesia tentang penggunaan media sosial dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat Indonesia. sebagaimana diketahui bahwa ada dampak positif dan negatifnya. Dari yang positif dapat dilihat dari tingkat melek teknologi informasi dan juga pemanfaatannya untuk kepentingan yang baik. Sementara itu juga terjadi dampak negatifnya misalnya semakin semaraknya hoax dan sebagainya.
Mengenai penggunaan kecerdasan artifisial juga sudah dilihat realitas empirisnya. Ada banyak misalnya usaha di bidang perdagangan yang sudah menggunakan media informasi terkini. Ada banyak perusahaan start up yang memang menggunakan piranti teknologi informasi. Misalnya perusahan anak Indonesia, GoJek yang diinsiasikan oleh Nabiel Makarim adalah perusahaan taksi yang tidak memiliki taksi satupun. Lalu juga munculnya perusahan online yang menjamur dewasa ini. misalnya, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Sophie, Shanaz Shop dan sebagainya. Melalui perubahan orientasi belanja dari direct selling ke non direct selling, maka kelihatan semakin banyak mall yang harus mengubah haluan kinerjanya.
Di dalam penggunaan chip, maka juga dapat dilhat perkembangan yang cukup besar. Misalnya dengan one card multi functions. Satu kartu digunakan untuk banyak keperluan. Untuk memasuki kawasan perumahan kluster, maka hanya bisa dilakukan dengan kepemilikan kartu identitas berbasis chip. Untuk memasuki apartemen juga harus menggunakan kartu identitas berbasis chip. Semua digunakan tidak hanya untuk kepentingan keamanan tetapi juga kenyamanan. Ada privasi yang terjaga dengan kartu multi fungsi ini.
Di Bandara juga sudah diginakan teknologi informasi untuk check in dan pelayanana jasa lainnya. Sudah tidak lagi berbasis tenaga kerja manusia sebagaimana di masa lalu. Semua ini sebenarnya memanfaatkan kecerdasan buatan yang berupa chip-chip yang bisa digunakan sesuai dengan pengguna dan kemanfaatannya.
Semakin lama penggunaan kecerdasan artifisal akan semakin besar selaras dengan keinginan manusia yang juga terus berkembang. Dalam buku –sebagaimana terdapat ringkasannya dalam Majalah Swa—yang ditulis oleh Max Tegmark, “Life 3.0: “Being Human in the Age of Artificial Intelligent” bahwa terdapat pengelompokan manusia didasarkan atas kaitannya dengan evolusinya, yaitu era kehidupan 1.0 (genarasi biologis), era kehidupan 2.0 (era industry), era kehidupan (3.0) era teknologi, dan era kehidupan 4.0 (era cyber). Masing-masing ditandai dengan eksistensi kehidupannya. Pada tahap pertama, manusia lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan biologisnya, pada tahap kedua, manusia sudah memiliki kebutuhan yang bertalian dengan kesejahteraan, lalu pada tahap ketiga manusia tidak hanya memerlukan kesejahteraan tetapi juga kecepatan dan kemudahan, dan pada tahap berikutnya, manusia membutuhkan efisiensi dan efektivitas kehidupan selain kebutuhan kesejahteraan.
Dunia industry semakin terotomasi dan karenanya akan dapat mengganggu zona nyaman manusia yang selama ini bekerja di dunia industry konvensional. Dengan masuknya kecerdasan buatan dalam dunia industry, maka manusia akan menghadapi hasil karya ciptaannya sendiri dan lebih lanjut akan “mengalienasi” manusia dari dunia kerjanya.
Manusia tentu memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekayasa kecerdasan buatan dalam hal membuat varian kecerdasan. Ke depan saya kira manusia juga akan bisa keluar dari jaring-jaring problematic dengan rekayasa teknologi ciptaannya. Yakinlah bahwa manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tidak kita kira sebelumnya. Saya tetap pada pendirian, bahwa manusia akan bisa “mengatasi” relasinya dengan kecerdasan buatan dan bahkan memanfaatkannya untuk kesejahteraan dan kebahagiannya.
Wallahu a’lam bi al sawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..