• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

INOVASI TIADA HENTI: KISAH SEPATU DAN KAOS KAKI (2)

INOVASI TIADA HENTI: KISAH SEPATU DAN KAOS KAKI (2)
Pertemuan di Lembang sungguh sangat bermakna dalam kerangka menciptakan suasana keakraban kita semua. Sudah saya paparkan bahwa secara structural-jabatan tampaknya tidak ada lagi jarak antara satu dengan lainnya. Melalui joke-joke yang hangat kita bisa merasakan betapa keakraban itu terbentuk. Sungguh menjadi acara yang sangat menarik bagi kita semua.
Acara (12/01/18) malam hari di tempat terbuka dengan pemanasan api unggun juga sangat khas. Mengingatkan ketika kita di Sekolah Menengah Atas yang sering mengikuti camping di tempat terbuka dan juga pelatihan-pelatihan organisasi kemahasiswaaan yang juga selalu ada api unggunnya. Terasa kita berada di nuansa yang sangat berbeda dengan rapat-rapat yang biasa kita lakukan.
Para eselon I dan beberapa eselon II duduk di kursi dalam posisi setengah lingkaran. Saya tentu saja duduk bersebelahan dengan Pak Menteri. Saya di sebelah kiri dan Pak Menteri berada di sebelah kanan saya. Sekali-kali saya berdiri saat memandu acara. Saya berusaha untuk menjadikan acara malam itu sebagai acara yang tidak resmi yang berbeda dengan rapat pada umumnya. Meskipun tentu saja tetap harus didesain agar para peserta dapat menyatakan pendapat dan pandangannya secara akademis. Saya rasa tidak mudah memang untuk mengatur acara dalam paduan, santai tetapi serius. Guyonan tetapi tetap menjaga tradisi akademis dan birokratis.
Seperti biasanya, maka saya membawakan acara ini dengan celetukan. “Saya terkesan dengan nyanyinya Pak Sukoso. Lagu “Jatuh Bangun” yang biasa didendangkan oleh Kristina itu menggambarkan bagaimana BPJPH terasa jatuh bangun juga. Bagaimana dalam setahun hanya ada anggaran 17 milyard yang untuk membayar gaji saja tidak cukup. Padahal tahun depan sertifikasi halal sudah menjadi mandatory”.
Satu persatu seluruh eselon I memberikan pandangan dan pendapatnya tentang tugas pokok dan fungsinya. Dengan gayanya masing-masing mereka menampilkan dirinya di hadapan peserta rakerpim. Setiap kali mengantarkan seorang pejabat eselon I untuk bicara, maka saya selingi dengan humor.
Pak Rahman, Kabalitbangdiklat pun terkena goda tatkala akan memberikan penjelasan tentang program-programnya. Saya nyatakan sambil tertawa. “Pak Rahman baru saja melansir hasil survey tentang kerukunan umat beragama di Indonesia, tapi bagi saya ada yang perlu dikoreksi. Masak score toleransi dan kesetaraannya lebih rendah dibanding kerja samanya. Gak apa-apa, cuma lucu saja”. Serentak semua tertawa. Dari sebanyak 12 unit eselon I semua sudah mengutarakan maksud dan keinginannya di dalam pelaksanaan anggaran 2018 dan juga sudah melaporkan tentang pelaksanaan anggaran tahun 2017.
Giliran Pak Menteri yang memberikan paparannya. Sebagaimana diketahui bahwa Pak Lukman adalah sosok yang memiliki tipikal detailed dalam berpikir. Kata Pak Huda, Sekretaris Menteri, “kalau mau menghadap Pak Menteri, minimal harus disiapkan lima jawaban, sebab jika tidak disiapkan, bisa kedodoran”. Pengalaman Beliau selama 17 tahun di parlemen memberikan pelajaran tentang berpikir detailed. Maklumlah di legislative tentu saja harus berdebat untuk merumuskan regulasi. Makanya, berpikir teknis tentu sudah menjadi kebiasaannya.
Di dalam uraiannya, Pak Menteri mengajak kita semua, para Eselon I, untuk terlibat dan memahami semua program dan kegiatan secara mendalam. Jangan hanya bermain pada level yang aman saja, tetapi harus bermain dengan mendasar tentang program dan kegiatan. Jangan serahkan program dan kegiatan pada eselon di bawahnya dan tanpa control yang berarti. Era sekarang ialah zamannya pejabat harus menguasai hal-hal yang detailed agar kita tidak dimainkan oleh pejabat di bawah kita.
Pak Menteri meminta kepada kita semua untuk bekerja lebih keras agar kepuasan pelanggan dapat dihasilkan. Sekarang ini sudah generasi teknologi informasi, maka layanan berbasis electronic government harus menjadi sasaran tugas ke depan. “saya meminta kepada segenap jajaran eselon I agar melek teknolgi informasi sehingga kita bisa terlibat di dalam global game, media sosial.”
Begitu mendasarnya, Pak Menteri bahkan juga memberikan arahan tentang cara berpakaian. Beliau menyatakan: “Jika kita memakai full dressed, maka janganlah kemejanya garis-garis atau kotak-kotak dan dasinya bermotif bunga-bunga. Gunakan kemeja warna putih sebab warna putih bisa dikaitkan dengan dasi warna apa saja asal serasi dengan kemeja dan jasnya. Jangan memakai jas casual pada acara-acara resmi.
Gilirannya, beliau melirik sepatu saya. Ketepatan malam itu saya tidak memakai kaos kaki, sebab acaranya memang didesain tidak resmi. Saya termasuk yang agak cuek malam itu tentang sepatu dan kaos kaki. Padahal dalam acara-acara resmi saya termasuk yang sangat memperhatikan perkara kaos kaki itu. Tetapi malam itu, sungguh saya lagi bernasib kurang baik. Tidak memakai kaos kaki dan duduk di sebelah Pak Menteri. Saya ingat betul pernyataan beliau. “Jangan pernah tidak memakai kaos kaki jika kita bersepatu”. Sambil Beliau melirik saya. Makanya saya juga lalu berkata: “waduh kena saya. Sekarang ini saya tidak memakai kaos kaki”. Semua lalu menjadi tertawa. Tentu bukan mentertawakan saya, tetapi mentertawakan bahwa setelah saya menggojlok Pak Menteri, giliran saya yang kena gojlok oleh Pak Menteri. Dalam hati saya berkata: “score 1:1”.
Saya rasa ini merupakan takdir Tuhan dan cara Tuhan untuk mengajari agar saya selalu ingat Pak Menteri. Mengapa? Semenjak saat itu, setiap kali saya memakai sepatu, maka setiap itu pula saya ingat kepada Pak Menteri dan saya menjadi tertawa sendiri. Jika orang lain tidak diberi cara oleh Allah untuk mengingat Pak Menteri, maka saya diberi caranya, yaitu kisah “sepatu dan kaos kaki”.
Pak Lukman memang seorang pemimpin yang selalu berpikir kesempurnaan atau berpikir perfectionist dan mendasar atau detailed. Saya yang biasanya berpikir serba konsep dan general juga harus berpikir mendasar juga. Sebab sebagai birokrat, tentu saya harus berpikir tidak hanya kebijakan saja, tetapi juga bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan dan bagaimana pula proses dan produknya bahkan pengaruhnya terhadap masyarakat luas.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..