• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TAHUN BARU HIJRIYAH DAN TANTANGAN UMAT ISLAM (1)

TAHUN BARU HIJRIYAH DAN TANTANGAN UMAT ISLAM (1)
Seingat saya, saya telah menulis tentang sambutan atas tahun baru Hijriyah, sebagai penghormatan atas datangnya tahun baru Islam, yang memang memiliki nuansa historis yang sangat tinggi. Orang Islam tentu banyak berharap bahwa tahun baru Hijriyah akan bisa menjadi momentum “kebangkitan” umat Islam di tengah kehidupan masyarakat yang semakin cepat berubah ini.
Saya tentu masih teringat di kala saya menjadi mahasiswa di IAIN Sunan Ampel, maka saya pernah terlibat di dalam acara Pawai Umat Islam untuk menyambut datangnya tahun baru, 1400 H., karena dianggapnya bahwa tahun 1400 Hijriyah adalah momentum tahun kebangkitan umat Islam di dunia. Penetapan tahun 1400 Hijriyah sebagai momentum kebangkitan umat didasari oleh hukum sejarah 700 tahunan up and down posisi umat Islam dalam percaturan sejarah. 700 tahun pertama sebagai era kemajuan umat Islam sampai hancurnya kerajaan Turki Ustmani, dan kemudian setelah itu 700 tahun kedua, umat Islam terpinggirkan di dalam sejarah kemajuan masyarakat, dan 700 tahun ketiga dianggap sebagai tahun kebangkitan umat Islam.
Makanya, saat masuknya tahun baru 1400 H yang lalu, maka seluruh energy ditumpahkan untuk meramaikan dan merayakan tahun baru hijriyah agar bisa menjadi momentum untuk membangun kebangkitan umat Islam di seluruh dunia. Tidak hanya di kota besar di dunia sambutan tahun baru tersebut dilakukan tetapi juga di pelosok negeri ikut meramaikan atau merayakannya.
Sekarang sudah memasuki tahun 1439 Hijriyah, artinya peristiwa penyambutan besar-besaran atas tahun baru hijriyah tersebut berlangsung. Lalu pertanyaannya, apakah sudah ada perubahan yang signifikan terhadap keinginan untuk meendapatkan atau mencapai keinginan kebesaran umat Islam, ataukah masih sama saja situasinya dengan tahun-tahun sebelum 1400 Hijiriyah?. Pandangan yang saya kemukakan tentu saja adalah pandangan yang bersifat simplifistis atau menyederhanakan terhadap capaian kualitatif tentang “kemajuan” umat Islam. Saya justru akan menggambarkan tentang kenyataan tantangan yang justru dihadapi oleh umat Islam dewasa ini. Ada tiga tantangan yang saya kira menjadi beban umat Islam di dunia internasional, yaitu: Pertama, konflik antar negara yang menyelimuti kehidupan umat Islam. Konflik antara Israel dengan Negara-Negara Teluk tentu menjadi agenda tantangan umat Islam yang tidak ada selesainya. Umat Islam di tepian Gaza terus berada di dalam bayang-bayang ketidakamanan karena tindakan Israel yang selalu berkeinginan menghancurkannya. Terakhir adalah peristiwa Masjid al Aqsha, yang selalu berada di dalam kungkungan konflik yang tiada hentinya.
Kekejaman Israel sebagai State Terorism tiada terkira. Banyak sekali warga sipil di jalur Gaza yang merasakan kekejaman itu, dan nyaris tidak ada negara Islam yang memberikan dukungan kepada warga Palestina yang selalu dirundung duka. Nyawa mereka banyak yang melayang, sementara negara-negara Islam tidak memberikan perhatian yang luar biasa. Badan-Badan Dunia yang diharapkan bisa memberikan support bagi perdamaian dunia juga tidak memberikan dukungan secara optimal. Sejauh-jauhnya adalah “mengutuk” tindakan biadab yang dilakukan oleh Israel.
Kedua, tantangan internal negara-negara Islam, khususnya di Timur Tengah yang selalu di dalam kubangan konflik tiada henti. Konflik kekuasaan di Iraq dan Syria yang tiada hentinya. Peperangan antara pemerintah Syria dengan Islamic State of Iraq anad Syria yang terus berkecamuk. Perang yang mengahasilkan kesulitan dan kehancuran bagi kemanusiaan. Tidak hanya situs-situs kebanggan umat Islam sebagai warisan wisata spiritualitas yang hancur berantakan, akan tetapi juga hancurnya kemanusiaan. Kota-kota di Syria yang menjadi kota Nabi-Nabi menjadi hancur berantakan. Warisan sejarah kemanusiaan dan kebaikan dihancurkan. Semua ini memberikan gambaran bahwa perebutan kekuasaan ternyata akan membawa kehancuran pada semua aspek kehidupan.
Berapa lama waktu yang digunakan untuk membangun peradaban Islam itu, yang kemudian luluh lantak karena tindakan manusia yang haus kekuasaan dan sering kali menjadikan dalil agama sebagai basis gerakannya. Adakah yang dilakukan ISIS itu gerakan agama ataukah gerakan politik kekuasaan. Dan pengaruhnya terhadap umat Islam di seluruh dunia juga tidak sedikit. Orang-orang menjadi terpengaruh karena dianggapnya ISIS itu gerakan agama, padahal sebenarnya adalah gerakan politik kekuasaan yang menjadikan agama sebagai instrumennya. Itulah sebabnya, banyak umat Islam yang terpengaruh dan berperang bersama mereka.
Konflik itu juga dipicu oleh penggolongan agama, Sunni dan Syiah. Mereka terbagi dalam kelompok yang saling berebut kekuasaan. Jika Syiah yang berkuasan, maka kaum Sunni dipinggirkan dan dinihilkan dan sebaliknya jika kaum Sunni yang berkuasa juga kaum Syiah dipinggirkan dan dihancurkan. Nyaris tidak ada kesadaran untuk membangun kebersamaan. Penggolongan politik dan kekuasaan menjadi penghalang untuk melakukan rekonsiliasi untuk membangun kebersamaan.
Mereka saling menghancurkan dan saling menihilkan. Dan yang menjadi aneh juga salah satunya memperoleh dukungan kekuatan politik, misalnya kaum Syiah mendapatkan dukungan dari “pemerintah Iran” dan kemudian kaum Sunni memperoleh dukungan dari “pemerintah Arab Saudi”. Semuanya sesungguhnya bermuara pada urusan kekuasaan politik yang menjadikan instrument agama sebagai penguatnya.
Ketiga, masalah minoritas umat Islam di negara mayoritas agama lainnya. Kasus Thailand Selatan, kasus Filipina Selatan, Kasus Rohingya dan di beberapa negara lain tentu menjadi bukti bahwa tantangan umat Islam sesungguhnya sangatlah berat. Masalah Rohingya yang menjadi topic pembicaraan akhir-akhir ini tentu menjadi perhatian kita semua, bahwa umat Islam belum menikmati kue kehidupan yang cukup. Mereka dipinggirkan dan dinihilkan, bahkan di Rohingya disebut sebagai genosida, sebab terjadi pembunuhan massal yang dilakukan oleh militer dengan “dukungan” pemerintah. Disebabkan oleh yang mayoritas ialah kaum Buddha, maka ada yang berpendapat bahwa Kaum Buddha terlibat di dalam tindakan kekuasaan yang lalim tersebut. Kita tentu berpendapat berbeda, bahwa konflik itu bukan diakibatkan oleh agama tetapi oleh penguasaan akses dan sumber ekonomi politik yang terjadi.
Dengan demikian, impian 38 tahun yang lalu yaitu keinginan untuk menjadikan tahun 1400 hijriyah sebagai tahun kebangkitan umat Islam masih berada di dalam tanda petik. Jadi, umat Islam masih harus menyelesaikan tantangannya sendiri agar kita bisa menjadikan 700 tahun ketiga itu sebagai tahun kejayaan umat Islam.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..