• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

JANGAN MENJADI PEMIMPIN TANPA KEPEMIMPINAN (2)

JANGAN MENJADI PEMIMPIN TANPA KEPEMIMPINAN (2)
Saya telah menulis 2 (dua) syarat yang harus dimiliki pemimpin dalam tulisan sebelumnya dengan judul yang sama. Saya akan mengungkapkan beberapa persyaratan lainnya yang akan dapat menjadi “jaminan” akan hadirnya pemimpin yang memimpin bawahannya.
Ketiga, pemimpin itu memiliki kemampuan untuk menggerakkan semua komponen organisasi agar menuju pencapaian visi yang sudah dicanangkan. Rasanya tidak banyak orang yang memiliki kemampuan menggeraklkan orang lain. Kemampuan untuk menggerakkan orang lain merupakan salah satu bagian dari sisi manejemen yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin. Meskipun ini merupakan sesuatu tindakan manajerial yang lebih teknis, akan tetapi tentu harus didasari oleh kemampuan visioner dari seorang pemimpin.
Bagaimanapun hebatnya seorang pemimpin jika tidak mendapatkan dukungan yang optimal dari bawahannya tentu dipastikan bahwa tujuan organisasi atau institusi tidak akan tercapai. Kerja sama yang baik di antara pemimpin dan staf tentu akan menjamin keberlangsungan pencapaian target yang sudah ditentukan. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung kepada bagaimana dia dapat menggerakkan stafnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Jika di masa lalu, manajemen itu bertumpu pada empat aspek, yaitu: planning, organizing, actuating dan controlling, maka sekarang sudah menggunakan pola lain, yaitu: plan, do, check and action. Jika di masa lalu, actuating itu merupakan satu fase sendiri, maka dengan perubahan baru tersebut, maka actuating itu melazimi paa semua aspek di dalam dunia manajemen. Actuating ada di plan, do, check and action. Makanya, seorang manajer dan juga seorang pemimpin, selayaknya memiliki kemampuan untuk meggerakkan stafnya untuk mencapai tujuan utama organisasi atau institusi. Menggerakkan roda organisasi tidak cukup dengan perintah, akan tetapi yang justru penting ialah bagaimana menggerakkan bawahan dengan kekuatan logika dan juga emosi dan hati. Menggerakkan orang bukan persoalan mudah dan sederhana, akan tetapi harus dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki pemimpin. Jadi harus ada pemahaman yang sama antara yang memberi perintah dan yang diperintah. Harus sama gelombangnya. Ibarat kita akan menggunakan channel tertentu di media televise, jika gelombangnya sama, maka channel itu akan dapat memberikan warna, suara dan kualitas siaran yang bagus dan sebaliknya jika tidak sama gelombangnya, pastilah akan dihasilkan gambar yang kurang kualitasnya.
Keempat, kualitas pengetahuan dan keahlian yang cukup. Seorang pemimpin adalah seorang nakhoda yang akan menggerakkan jalannya kapal di tengah badai bahkan gelombang yang bisa saja menghempaskan kapal itu. Maka seorang pemimpin tentu harus memiliki seperangkat pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan anak buahnya atau awak kapalnya. Lalu dengan pengetahuan dan kemampuannya itu dia secara pasti akan menuju pantai idaman yang menjadi tujuannya. Dia harus pandai membaca terhadap pertanda-pertanda alam, singnal-signal yang mengelilinginya, dan juga symbol-simbol zaman yang akan terus menjadi tantangannya. Makanya, dengan kemampuannya itu, maka dia akan dapat mengarahkan institusinya menuju jalan yang benar. Di dalam filsafat Jawa dikenal istilah “Jalmo Limpad” atau manusia lebih, maka seorang pemimpin harus menjadi “jalmo limpad” itu agar dia bisa membaca terhadap berbagai signal-signal di sekelilingnya.
Sebagai seorang nakhoda bagi perjalanan panjang, maka yang sangat diperlukan ialah bagaimana dia dapat menjaga agar perjalanan kapal tersebut bisa mengarah ke tujuan yang benar. Di dalam berbagai fakta mengenai “perusahaan” yang bisa memasuki perjalanannya melebihi 100 tahun –centenial—ternyata bahwa salah satu yang mendasar ialah mengenai konsistensi dan inovasi. Dengan konsistensi, maka perusahaan itu akan memiliki branding yang jelas, dan dengan inovasi yang memadai maka perusahaan itu tidak akan tertinggal oleh perubahan. Bayangkan sebuah perusahaan potlot atau pensil di Perancis, bisa bertahan selama lebih 100 tahun, tentu hal ini disebabkan oleh kemampuan “penerus” pimpinan perusahaan tersebut untuk terus bertahan di tengah badai teknologi mesin yang terus berkembang.
Kelima, kualitas pengendalian diri. Yang tidak kalah penting bagi pemimpin ialah bagaimana pemimpin itu bisa mengendalikan diri. Harus disadari bahwa bawahannya tidak memiliki “kesamaan” kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, maka pemimpin harus bijak menerapkan cara yang tepat agar bawahannya bisa menyelesaikan pekerjaannya. Jangan pernah menyamakan kemampuan kita dengan kemampuan orang-orang di sekeliling kita. Maka tempatkanlah mereka dalam kerangka kemampuannya. Lakukan pelatihan atau pendidikan agar mereka bisa bekerja lebih baik.
Untuk hal ini, maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri di dalam memberikan tugas dan pekerjaan. Mungkin istilah yang tepat ialah memiliki “rasa emphatic” dengan potensi dan kemampuan bawahannya, sehingga dia akan bisa memberikan perintah yang dapat diterjemahkan dan dilakukan oleh bawahannya.
Saya yakin, jika seorang pemimpin bisa menerapkan lima hal ini, rasanya keberhasilan dia sebagai pemimpin akan terjadi. Dan rasanya, dia juga akan menjadi pemimpin yang bisa memimpin dan bukan pemimpin yang tidak bisa memimpin. Jadi, jangan menjadi pemimpin yang tidak memiliki kepemimpinan atau leader without leading.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..