• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PROGRAM PENGUATAN AKADEMIK DI PTKIN

PROGRAM PENGUATAN AKADEMIK DI PTKIN
Tanggal 8/9/2017, saya bergegas pergi ke Palopo untuk menghadiri acara Program Kuliah Perdana pada Program Pascasarjana di IAIN Palopo. Program Pascasarjana di IAIN Palopo ini dibuka kira-kira lima tahun yang lalu, dan saya yang menyerahkan SK Izin Operasionalnya. Kalau tidak salah pada bulan Nopember 2012. Waktu itu belum ada penerbangan ke Palopo, sehingga harus menempuh perjalanan darat, Makasar-Palopo selama 7 (tujuh) jam. Dan pulangnya sengaja lewat jalur lain, agar bisa mengunjungi wisata rohani di Pemakaman Orang Toraja dan juga mampir ke STAKN Palopo.
Acara ini diselenggarakan di ruang theater pada IAIN Palopo, yang dibangun dengan dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun 2016 yang lalu. Ruang ini memang cocok untuk penyelenggaraan stadium general atau seminar-seminar berskala sedang. Kiranya, dengan skema SBSN, maka percepatan pengembangan PTKIN kelihatan sangat signifikan. Memang harus diakui bahwa pengembangan fisik PTKIN yang hanya dengan rupiah murni akan mengurangi percepatan pembangunan dimaksud.
Acara ini dihadiri oleh Dr. Abdul Piroll (Rektor IAIN Palopo), para Wakil Rektor, Direktur Pascasarjana, Dr. Abbas Langaji, para dosen, para mahasiswa Program Pascasarjana dan juga para peminat kajian lainnya. Turut bersama saya ialah Dr. Ali Rohmat, Kepala Biro Perencanaan Kemenag, Abdul Wahid, Kakanwil Kemenag Sulsel dan beberapa kakankemenag kabupaten di Sulsel, Kabag TU Kakanwil Sulsel dan lain-lain. Tema yang disodorkan kepada saya untuk membahasnya ialah “Dinamika Pengembangan Studi Islam di Era Kontemporer”. Sebuah tema yang sangat menarik tentu saja. Saya tentu sangat menyukai tema ini, karena saya berharap bahwa PTKIN di bawah Kementerian Agama memiliki kesepahaman tentang bagaimana mengembangkan Studi-Studi Keislaman.
Saya sampaikan tiga hal terkait dengan acara kita hari ini, yaitu: Pertama, kedatangan saya ke sini, hanya ingin memastikan bahwa IAIN Palopo bukan terasa STAIN Palopo, akan tetapi sudah terasa sebagai IAIN. Jadi IAIN rasa IAIN. Saya merasa senang bahwa ternyata memang sudah ada perubahan yang signifikan pasca perubahan status tersebut.
Jika saya datang ke PTKIN, maka saya pasti merasakan bahwa ada permintaan yang harus saya catat. Tetapi, meskipun tadi Pak Piroll tidak meminta secara langsung, akan tetapi beliau menyatakan bahwa ruang kita terbatas, sehingga tidak bisa menerima mahasiswa lebih banyak, masjid kita juga kecil belum bisa menampung mahasiswa untuk pembinaan keagamaan, bahkan untuk kepentingan tersebut harus menggunakan gedung pascasarjana, dan ma’had kita juga hanya menampung sebanyak 180 orang mahasiswa. Sangat kurang. Beliau tidak meminta hanya mengungkap kekurangan. Jadi saya harus memahami begitulah cara Pak Piroll meminta. Memang harus dianggarkan untuk pembangunan ruang kelas untuk tahun 2018 dan kiranya juga harus dirancang untuk pengadaan tanah bagi perluasan areal kampus. Seharusnya bisa sejumlah 50 hektar. Mumpung harga tanah permeter masih murah, mestinya diprioritaskan untuk pembelian lahan kampus.
Kedua, PTKIN kita ini harus memperkuat pengembangan akademik dengan memprioritaskan pengembangan integrasi ilmu. Sudah ada banyak jalan yang ditempuh oleh beberapa PTKIN, misalnya UIN Malang dengan pohon ilmu, UIN Jogyakarta dengan model integrasi dan interkoneksi, UIN Jakarta dengan model integrasi ilmu, UIN Surabaya dengan pola twin towers dan sebagainya. Tujuannya satu saja yaitu untuk mengembangkan program integrasi ilmu, yaitu mendialogkan atau mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Yang satu menjadi substansi dan lainnya menjadi metodologi.
Saya pernah terlibat di dalam pengembangan ilmu pengetahuan di PTKIN, melalui program integrasi ilmu berpola Twin Towers. Lalu di antara hasilnya ialah beberapa buku misalnya Islam Pesisir, yang menggunakan pendekatan konstruksi sosial, sebuah pendekatan yang saya pinjam dari dunia barat untuk mendekati substansi pengalaman ajaran Islam, lalu buku Agama Pelacur dengan meminjam pendekatan dramaturgi dari literature Barat, lalu saya kembangkan menjadi dramaturgi transcendental, kemudian buku Tarekat Petani, yang meminjam metodologi Fenomenologi, sehingga menghasilkan fenomenologi transcendental untuk mendeskripsikan tentang pengalaman beragama kaum tarekat, dan seterusnya.
Oleh karena itu, harapan saya bahwa program Pascasarjana harus memiliki ciri khas pengembangan keilmuan, yang di dalam UU No 12 Tahun 2012 sudah benar-benar diyakinkan bahwa ilmu agama merupakan ilmu tersendiri, yang memiliki otoritas sebagai bidang keilmuan, sehingga akan bisa didialogkan atau bahkan diintegrasikan dengan bidang-bidang ilmu lainnya. Dan salah satu ciri khas itu ialah berkembangnya integrasi ilmu atau bisa juga dinyatakan sebagai ilmu keislaman multidisipliner.
Ketiga, Saya berpesan kepada seluruh mahasiswa strata 2 (dua) agar jangan pernah melakukan plagiasi sebab plagiasi adalah dosa besar dalam dunia akademik. Jangan sampai kita menodai ilmu pengetahuan disebabkan oleh kelalaian atau bahkan kesengajaan untuk melakukan plagiasi. Sudah banyak akademisi yang hancur berantakan gara-gara melakukan plagiasi itu. Jaga moralitas akademik dengan melakukan penelitian yang orisinal dan teruji secara memadai.
Lalu, jadikan tesis atau disertasi sebagai karya yang hebat, yang outstanding, yang menjadi bahan pembicaraan akademik. Jadilah sebagai Max Weber, Clifford Geertz, Bryan S. Turner, Emile Durkheim, Imam Ghazali, ibu Rusyd, Ibnu Shina dan sebagainya yang karya-karyanya menjadi abadi dan banyak mendoktorkan orang. Saya yakin ilmu akan bisa menjadi wakaf terbaik di dalam kehidupan ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..