• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KEKERASAN TERHADAP MASYARAKAT ISLAM ROHINGYA (3)

KEKERASAN TERHADAP MASYARAKAT ISLAM ROHINGYA (3)
Dunia berharap agar Indonesia menjadi mediator untuk terlibat secara proaktif terhadap masalah kekerasan sosial dan politik di Myanmar. Begitu kuatnya desakan itu, tentu lalu Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, untuk terbang ke Myanmar dan juga Bangladesh untuk membicarakan secara khusus penyelesaian masalah Rohingya.
Indonesia oleh dunia dianggap yang paling layak untuk menjadi mediator tentu karena Indonesia dan Myanmar adalah sesama anggota Asean, di mana Indonesia dan Myanmar merupakan bagian penting dalam hubungan multilateral antar negara. Lalu, Indonesia adalah negara yang memiliki kapasitas sebagai negara dengan multiagama, di mana Islam menjadi agama mayoritas penduduknya, dan Buddha menjadi minoritas. Tentu berkesebalikan dengan Myanmar dengan umat Buddha sebagai mayoritas dan Islam sebagai minoritas. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kerukunan umat beragama yang sudah teruji. Konflik Islam dan Buddhis nyaris tidak dijumpai di Indonesia.
Sebagai bangsa yang plural dan multicultural, Indonesia memang berhasil memanej dengan cerdas terhadap kebinekaan tersebut. Nyaris tidak dijumpai kekerasan agama yang berskala luas. Sejauh ini konflik antar umat beragama tersebut dapat dimanej dengan sangat baik. Kemampuan untuk melokalisasi konflik inilah yang saya kira menjadi modal dasar yang kuat mengapa Indonesia diminta oleh banyak kalangan untuk memprakarsai rekonsiliasi antar umat beragama di Myanmar.
Selain itu, sebagai bentuk solidaritas umat Buddha Indonesia terhadap tragedy kemanusiaan di Myanmar adalah dengan dikeluarkannya seruan Majelis-Majelis Agama Buddha di Indonesia agar pertikaian atau konflik horizontal di Myanmar segera diselesaikan. Seruan damai itu memberikan arti bahwa umat Buddha di Indonesia secara moral tidak mendukung dan bahkan “mengecam” terhadap tragedy kemanusiaan yang sungguh sangat fatal. Jadi, pada dasarnya, bahwa agama Buddha di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam aliran dan dalam majelis-majelis yang bervariasi tentu tidak menghendaki terjadinya tragedy kemanusiaan tersebut dan lalu dikaitkan dengan ajaran agama Buddha. Prinsip yang selalu saya dengar di dalam setiap pertemuan formal atau informal di kalangan masyarakat Buddha selalu menyatakan ”semoga semua makhluk di dunia mencapai bahagia”. Ajaran inilah yang menjadi inti dari agama Buddha yaitu ingin agar semua makhluk di dunia tidak berada di dalam suasana konfliktual.
Memang harus diakui bahwa umat beragama di Indonesia berada di dalam nuansa saling mengormati dan mengakui eksistensi dan bahkan melakukan kerja sama yang sangat baik. Hal inilah yang menyebabkan adanya kerukunan umat beragama yang harmonis di Indonesia. Tidak hanya co-eksistensi tetapi juga pro-eksistensi. Sebuah cara pergaulan antar umat beragama yang sangat baik dan bahkan bisa menjadi laboratorium kerukunan umat beragama. Indonesia adalah the best example for religious harmony in all of the world.
Dunia tentu sangat membutuhkan terhadap peran Indonesia di dalam keterlibatan proaktif dalam penyelesaian kasus atau konflik di Rohingya. Berbekal pengalaman mengelola perbedaan atau kebinekaan dimaksud, maka Indonesia diharapkan dapat mentransfer pengalaman empiriknya guna memberikan solusi permanen terhadap konflik sosial politik berbalut agama. Posisi Indonesia tentu sangat penting bahkan urgen di dalam kerangka membangun perdamaian berbasis kesetaraan dan keadilan.
Berbagai macam kecaman, pernyataan keprihatinan dan juga tindakan unjuk rasa terhadap ketidakadilan perilaku pemerintahan Myanmar tentu sudah sangat nyaring terdengar. Organisasi sosial politik, keagamaan, kepemudaan, kemahasiswaan sudah memberikan “warning” kepada pemerintah Myanmar. MUI, NU, Muhammadiyah, Anshor, IKAPMII, KAHMI dan sebagainya sudah memberikan ungkapan keprihatinan dan sekaligus permintaan agar pemerintah Myanmar tidak mendiamkan masalah konflik di Rakhine tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah Myanmar sudah sepatutnya merespon berbagai ungkapan kelompok masyarakat Islam di belahan negara lain untuk selanjutnya merespon dengan tindakan nyata. Hentikan kekerasan di Rohingya dan selamatkan Rohingya dari genosida dan pembantaian. Saya kira pesan itu sudah sangat keras, yang jika pemerintah Myanmar tidak menggubrisnya tentu akan menimbulkan dampak negative bagi relasi antar umat beragama, khususnya Islam dan Buddha.
Pernyataan Presiden Joko Widodo agar jangan hanya bersimpati dengan pernyataan-pernyataan saya kira patut untuk diapresiasi. Perlu tindakan nyata, begitulah kira-kira ajakan Presiden RI itu. Dengan mengirimkan Menteri Luar Negeri untuk menggunakan kekuatan diplomatic dalam kerangka menyelesaikan konflik di Myanmar ini memberikan bukti bahwa Indonesia bertindak proaktif dalam penyelesaian masalah di negara anggota Asean ini.
Kita tentu berharap agar langkah diplomatic yang dimainkan oleh Pemerintah Indonesia akan menjadi instrument untuk membangun jalan damai yang sesungguhnya menjadi keinginan semua makhluk di dunia.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..