• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENENTUKAN TANGGAL SATU DZULHIJJAH 1438 H

MENENTUKAN TANGGAL SATU DZULHIJJAH 1438 H
Sungguh perputaran bulan terasa cepat sekali. Seingat saya, rasanya baru saja saya menjemput jamaah haji Indonesia untuk kloter terakhir di Madinah tahun 1437 Hijriyah atau tahun 2016 Masehi. Tetapi hari-hari ini jamaah haji Indonesia sudah berangkat lagi untuk melaksanakan haji tahun 1438 Hijriyah atau 2017 Masehi. Dunia berputar semakin cepat.
Tanggal 22 Agustus 2017 atau bertepatan tanggal 29 Dzulqo’dah 1438 Hijriyah yang baru lalu, saya diberi amanah oleh Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, untuk memimpin pelaksanaan Sidang Itsbat dalam rangka menentukan tanggal 1 Dzulhijjah 1438 H. Sebagaimana biasanya, maka sidang itsbat ini dihadiri oleh para Duta Besar dan Kepala Perwakilan Negara-Negara Sahabat. Datang antara lain, Duta Besar Bosnia Herzegovina, Duta Besar Lybia, Arab Saudi, Brunei, dan beberapa lainnya. Selain itu juga hadir para perwakilan organisasi Islam, seperti NU, Muhammadiyah, Perti, Jamiyatul Washiliyah, Persis dan lain sebagainya. Tentu saja juga Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, dan para pejabat eselon dua dan tiga, serta para pakar di bidang ilmu falaq dari seluruh Indonesia.
Sebagaimana tradisi yang selama ini sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari prosesi menentukan awal Dzulhijjah, awal Ramadlan dan awal Syawal, maka acara inti dimulai dengan pemaparan pandangan ilmiah tentang metodologi Hisab oleh Cecep Purwendaya, anggota Majelis Hisab dan Rukyat Kementerian Agama. Di dalam uraian yang sangat akademis, Pak Cecep menjelaskan tentang bagaimana metodologi hisab modern digunakan dan bagaimana hasilnya. Dari uraian panjang tersebut maka sesungguhnya terdapat 4 (empat) indicator yang digunakan untuk menentukan awal bulan, yaitu: tinggi hilal, jarak elongasi, lama hilal dan umur hilal. Empat hal ini yang dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan dan dijadikan sebagai referensi untuk melalukan rukyatul hilal. Berdasarkan perhitungan sains tentang hilal, maka dijelaskan bahwa tinggi hilal berada di dalam kisaran 6-8 derajat. Di Lembang ketinggian hilal sebesar 7,50 derajad, lama hilal 31,55 detik, umur hilal 16,22,22 detik, dan jarak elongasi 7,54 derajat. Dengan menggunakan referensi yang bervariasi, misalnya Odeh dan lain-lain, maka dipastikan bahwa hilal akan terlihat atau bisa dirukyat. Meskipun di beberapa daerah dalam keadaan hujan atau cerah berawan, maka dipastikan bahwa hilal akan terlihat dengan mata kepala, baik langsung atau menggunakan bantuan teknologi pengindraan atau teleskop.
Sidang itsbat menggunakan urutan, yaitu: pertama, pembukaan. Di dalam acara ini saya gambarkan kesimpulan dari pemaparan Pak Cecep dan kemudian membuka secara resmi acara sidang itsbat. Kedua, mendengarkan laporan dari Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Drs. Mohammad Thambrin, MAg., sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan rukyat yang dilakukan di 70 titik di seluruh Indonesia. Ternyata ada sebanyak 10 orang yang bersumpah melihat hilal, yaitu dua orang dari peneliti BOSCA, dua orang dari Lajnah Falaqiyah NU, dari pesantren, dari kementerian agama dan dari UIN Walisongo Semarang. Berdasarkan atas kesaksian tersebut, maka disimpulkan bahwa tanggal 1 Dzulhijjah sudah bisa ditetapkan malam ini.
Ketiga, berdasarkan Keputusan Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004, bahwa Kementerian Agama memiliki otoritas di dalam menentukan 1 (satu) Ramadlan, 1 (Satu) Syawal dan 1 (satu) Dzulhijjah. Atas fatwa ini, maka Kementerian Agama memiliki kewenangan secara syar’i untuk menentukan kapan awal bulan tersebut terjadi. Namun demikian, sebagaimana tradisi penentuan awal bulan di Kementerian Agama, maka segenap peserta sidang istbat tentu diperkenankan untuk memberikan tanggapan secukupnya. Lalu, KH. Ghazali Masruri, Ketua Lajnah Falaqiyah PBNU memberikan tanggapannya bahwa setiap tahun, NU sudah mengeluarkan kalender hijriyyah yang didadasrkan atas peritungan atau hisab dan juga dipadukan dengan rukyah. Dan hasilnya dapat diketahui oleh masyarakat umum.
Mendengarkan pemaparan para ahli, baik dari sisi hisab maupun rukyat, maka NU menentapkan bahwa tanggal 1 (satu) Dzulhijjah jatuh pada hari Rabu, 23 Agustus 2017. Dengan penetapan ini, maka NU berharap agar kerukunan, harmoni dan kebersamaan antar umat beragama akan menjadi semakin baik. Kemudian, Pak Yunahar Ilyas dari MUhammadiyah juga menyatakan agar segera ditetapkan tanggal 1 (satu) Dzulhijjah sebab sudah tidak ada lagi pertentangan di dalamnya.
Keempat, berdasarkan atas hasil rukyat dan hisab sebagaimana yang menjadi tradisi di dalam penentuan awal bulan, dan juga mendengarkan tanggapan dari tokoh organisasi Islam, maka dapat ditentukan bahwa tanggal 1 Dzulhijjah 438 Hijriyah akan jatuh pada Hari Rabo Kliwon tanggal tanggal 23 Agustus 2017. Tahun ini sebagaimana tradisi Indonesia untuk melakukan sidang itsbat yang menggunakan dua metode sekaligus, yaitu berpatokan pada prinsip imkanur rukyat, maka akhirnya dapat diketahui bahwa pelaksanaan Hari Raya Idul Adha akan dapat dilaksanakan secara bersama-sama.
Kita tentu merasa bersyukur bahwa penyelenggaraan hari raya idul adha dapat dilaksanakan serentak pada hari yang sama, meskipun perbedaan tentang penyelenggaraan hari raya bukanlah masalah prinsip, akan tetapi kebersamaan tentu akan memiliki makna yang lebih baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..