• March 2025
    M T W T F S S
    « Feb    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PUASA DAN PERASAAN KEMANUSIAAN (10)

PUASA DAN PERASAAN KEMANUSIAAN (10)
Kasus Satpol PP merazia warung saat bulan puasa rasanya memang mengusik kemanusiaan banyak orang. Apakah dengan atas nama agama lalu kita mengusik kehidupan orang lain dengan cara-cara yang berbeda dengan pesan agama yang sungguh mulia. Adakah bahwa beragama itu harus mengabaikan rasa kasih sayang dan kemanusiaan kita yang terdalam.
Rasanya ada sejumlah pertanyaan yang patut kita ajukan terkait dengan keberagamaan kita ini. Bagaimana mungkin kita beragama lalu mengabaikan kemanusiaan yang seharusnya kita pupuk dengan basis agama. Sungguh terkadang kita tidak memahami sesungguhnya kita ini ada apa.
Ada banyak pedagang makanan yang beragama Islam. Mereka memakai jilbab dan berpakaian layaknya umat Islam lain. Mereka kebanyakan pastilah orang desa dahulunya yang kemudian sebagaimana sekelompok orang lainnya yang terpaksa harus mengais rizki di wilayah perkotaan. Nasib tentu bisa mengantarkannya untuk memperoleh rizki sebagai pedagang yang menjual nasi di warungnya yang kecil. Itulah pekerjaan yang dilakoninya semenjak dia migrasi dari desanya.
Orang seperti Saeni tentu sangat banyak di negeri ini, terutama di kota-kota besar. Mereka adalah orang yang mengadu peruntungan di kota dan kemudian mengantarkannya sebagai pedagang kaki lima. Jutaan orang yang seperti ini. Jika orang seperti Saeni ini ditanya, maka keinginannya adalah menjadi pengusaha restoran yang berhasil. Sayang nasibnya tidak mengantarkannya untuk bisa seperti itu.
Ada banyak pedagang kaki lima yang penghasilannya tentu pas-pasan saja. Tidak berkelebihan bahkan mungkin sekali waktu juga tidak mencukupi. Apalagi jika anak-anaknya sedang sekolah. Dapat dipastikan bahwa kehidupannya tergolong sekelompok orang ekonomi lemah.
Pada saat musim hujan seperti ini, tentu akan dipastikan bahwa penghasilannya tentu berkurang. Banyak orang yang tidak suka makan di luar sebab hujan tiba-tiba bisa turun dengan lebatnya, apalagi di kota juga sangat macet. Orang cenderung untuk makan di rumah saja. Apa adanya. Itulah sebabnya jika musim hujan akan dapat dipastikan penghasilnnya mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Sebagai penjual makanan, Saeni tentulah mengalami kesulitan di bulan puasa seperti ini. Mau berhenti tidak membuka warungnya berarti rizkinya juga akan susut. Akan tetapi dengan tetap membuka warungnya tentu merasakan bahwa sekarang saatnya puasa. Saya berkeyakinan bahwa ada pertentangan batin terkait dengan usahanya ini.
Akan tetapi kehidupan tentulah tidak boleh berhenti. Maka diputuskan untuk tetap membuka warungnya dengan harapan tetap ada orang yang tidak puasa untuk makan di warungnya. Bagi Saeni dan lainnya, maka rizki yang diberikan Allah memang melalui warung nasi itu. Maka kala warungnya tutup maka berarti rizkinya juga tertutup pula. Itulah sebabnya orang seperti Saeni tetap saja berjualan meskipun berada di bulan puasa.
Mereka dirazia dengan alasan untuk menghormati orang yang berpuasa. Jadi dalilnya hanyalah dalil penghormatan saja. Tetapi persoalannya adalah apakah penghormatan kepada orang yang berpuasa harus dengan cara untuk menutup pintu rizki seseorang yang memang diberikan melalui pintu itu. Inilah yang saya maksudkan bahwa beragama tentu harus menggunakan rasio dan hati sekaligus. Rasio akan membimbing kita agar beragama kita itu menggunakan logika kemanfaatan dan dengan hati maka akan membimbing kita ke arah kemanusiaan yang agung.
Dengan demikian, tidak ada alasan secara kemanusiaan untuk melakukan kekerasan terhadap orang dengan profile seperti ini. Mereka hanya bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Mereka harus menghidupi keluarganya. Karena yang bisa dilakukan hanyalah menjual makanan atau nasi, maka itulah yang dilakukannya.
Jika kemudian atas nama agama lalu mereka dirazia, dasar apa yang digunakannya. Tidak ada dasar kemanusiaan yang kemudian melarang mereka berjualan. Basis pemikiran menghormati orang berpuasa juga tidak bisa dikenakan untuk melakukan razia terhadap mereka. Berpuasa adalah urusan pribadi seseorang dengan Allah. Bagi yang berpuasa tidak perlu dihormati secara berlebihan seakan-akan dirinya orang paling baik yang harus dihormati atau diperlakukan secara istimewa. Makanya memperlakukan orang seperti Saeni dan lainnya secara kasar tentu bukanlah inti ajaran agama yang mewajibkan orang melakukan puasa.
Beragama semestinya berpegang pada prinsip saling menghargai dan menghormati dan bukan saling memaksakan. Islam mengajarkan bahwa “tidak boleh ada paksaan di dalam beragama”. Bahkan secara tegas juga dinyatakan “bagimu agamamu dan bagiku agamaku” artinya bahwa di dalam beragama itu unsur yang paling dominan adalah kesadaran, kepahaman, keselamatan dan penyerahan diri total kepada Allah.
Dalam hal melakukan puasa, maka puasa itu adalah urusan manusia dengan Allah. Tidak ada kaitannya dengan penghormatan yang harus diberikan oleh orang lain. Tidak ada kaitannya dengan membuka atau menutup warung, restoran atau rumah makan lainnya. Yang mau puasa tentu harus puasa dengan kepasrahan dirinya. Mereka yang puasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan pastilah tidak akan tergoda dengan apapun yang ada dihadapannya. Semuanya bisa ditanggulanginya dengan meminimalkan hawa nafsu yang tidak linear dengan ajaran agama.
Jadi, tindakan yang memaksakan agar orang menghormati orang puasa merupakan tidakan yang bertentangan dengan prinsip ajaran agama yang berisi dimensi kemanusiaan yang sedemikian luhur. Oleh karena itu sebelum bertindak mari lakukan analisis terlebih dahulu secara cermat agar apa yang kita lakukan mengandung tindakan religious yang luar biasa baiknya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..