• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMPERJUANGKAN IMAJE IAIN SA

Tulisan ini sesungguhnya sudah saya siapkan pada hari Sabtu, 27 Maret 2010. Akan tetapi ternyata ada kekhilafan bahwa tulisan ini belum saya upload di blog saya, dan baru saya ketahui hari ini, 29 April 2010.

Seorang sosiolog Italia yang paling saya suka pendapatnya adalah George Lukacs. Dia menyatakan bahwa dunia ini dibangun oleh imaje. Mengapa imaje? Mengapa bukan idea atau materi atau lebih spesifik ekonomi? Baginya sederhana saja, bahwa melalui imaje maka akan terbentuk opini dan kemudian akan mempengaruhi sikap dan tindakan orang tentang apa yang diimejkan itu. Dan salah satu lembaga yang digdaya untuk membangun imaje adalah media massa.

Sebenarnya, seberapa kuatkah pengaruh imaje terhadap tindakan manusia? Meskipun tidak didapati angka kuantitatif yang sangat rigit, akan tetap melalui asumsi kualitatif dapat dinyatakan bahwa dampaknya memang relative besar. Pencitraan terhadap sesuatu akan dapat membangun opini dan mengarahkan kepada tindakan atau perilaku masyarakat. Meskipun pengaruhnya tidak langsung kepada tindakan, akan tetapi imaje akan dapat mempengaruhi opini yang dibangun oleh lembaga produksi imaje tersebut.

Makanya, banyak institusi yang melakukan pencitraan melalui media massa. Coba sekali waktu kita lakukan analisis kasar terhadap media massa. Makanya akan didapati sejumlah pemberitaan atau tulisan yang mengarah kepada pembuatan citra tersebut. Jika di masa lalu yang melakukannya hanyalah lembaga pemerintah atau birokrasi yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat banyak, misalnya partai politik, birokrasi pemerintahan, dan sebagainya, maka sekarang juga sudah merambah ke dunia pendidikan.

Lihatlah di media yang sangat bergengsi, seperti Majalah Garuda, maka banyak PT yang memberitakan tentang profilnya. Beberapa bulan yang lalu, saya membaca di Majalah Garuda tentang profil ITS dan bahkan untuk memperkuatnya harus juga ditampilkan Prof. Dr. Mohammad Nuh, mantan rector ITS yang sekarang menjabat Mendiknas. Beberapa  minggu yang lalu saya membaca Universitas Negeri Surakarta (UNS) yang menampangkan profilnya dengan mengusung ranking Webometrics dan peringkat Asia melalui Times Higher Education Suplements (THES). Semua ini tentu dilakukan untuk membangun imaje yang memang sangat diperlukan dewasa ini.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga melakukan hal yang sama. Di Koran Jawa Pos, maka pada hari tertentu juga diberitakan tentang  program dan pencapaiannya. Hal ini tentu dilakukan bukan hanya untuk membangun imaje tentang keberhasilan pemprov Jatim, tetapi juga menjadi sarana untuk memberitahukan kepada public tentang pencapaian pemprov Jatim dalam pembangunan masyarakat. Jadi, ada dua sisi yang dibidik di dalam pemberitaan itu, yakni pemberitaan tentang keberhasilan pembangunan di Jatim dan sekaligus mengembangkan citra pemprov Jatim di mata public.

Akhir-akhir ini, saya sangat merasa bangga sebab IAIN SA sudah mulai menampakkan jati dirinya sebagai kampus yang layak diperhitungkan, terutama dari sisi tulisan opini atau komentar yang dibangun melalui media massa, baik radio maupun surat kabar. Setiap minggu ada sekurang-kurang dua tulisan opini di media massa. Ada sekurang-kurang satu opini atau komentar di Koran atau radio. Semua ini menandakan bahwa warga IAIN SA sudah memiliki kemampuan yang bisa disejajarkan dengan perguruan tinggi lain.

Bahkan meskipun peringkatnya belum memuaskan, akan tetapi IAIN Sunan Ampel sudah masuk dalam peringkat World Class University (WCU) melalui Webometrics. Peringkat ke 57 Indonesia dan 7717 dunia. Dan tentu yang membuat kita merasa surprise karena IAIN SA menjadi PTAIN pertama yang masuk ranking WCU tersebut. Di dalam tulisan saya sebelumnya saya nyatakan bahwa melalui 3 K: Komitmen, Konsisten dan Kerja keras, ternyata peringkat WCU pun bisa kita raih.

Beberapa saat yang lalu, citra IAIN SA berada di dalam ambang batas terendah karena pemberitaan bertubi-tubi tentang frontage. Pemberitaan itu tentu berasal dari kesalahpahaman tentang tanah di depan IAIN SA yang akan dijadikan sebagai lahan frontage oleh Pemkot. Tanah yang sesungguhnya sudah disediakan sebagai lahan frontage itu, ternyata tidak mudah diselesaikan. Sebab ada aturan-aturan yang tidak bisa dilanggar. Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2006, maka hanya ada tiga opsi untuk pembebasan asset Negara: ruislag, ganti rugi ke kas Negara atau hibah. Nah tiga pilihan itu yang harus dinegosiasikan. Sayangnya hingga kini, penyelesaian di tingkat pusat belum klar. Saya tidak tahu lagi apa pemberitaannya, jika masalah ini tetap berlarut-larut.

Membangun imaje ternyata menjadi sangat penting di era sekarang. Makanya saya juga sangat merindukan bagaimana IAIN SA bisa melakukan pencitraan yang memadai di mata masyarakat. Citra itu dibangun dari kualitas IAIN SA, baik dari sisi fisik, akademis maupun pemberdayaan masyarakatnya.

Semua tentu tergantung kepada civitas akademika yang memang seharusnya menjadi agen pelaku atau agen imaje  baik di masa sekarang atau masa dating.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini