MEMBANGUN INSTITUSI BERBASIS MORAL
Dalam banyak kesempatan saya melakukan kritik terhadap visi pendidikan nasional yang berbunyi “mencetak manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif”. Kemudian visi ini diterjemahkan dalam rencana strategis (renstra) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang disebut sebagai Higher Education Long Term Strategy (HELT) yaitu: 1) Meningkatkan Nations’s competitiveness, 2) meningkatkan auotnomy dan 3) meningkatkan organizational Helts.
Mengapa visi tersebut harus dikritik, sebab jika pendidikan hanya diarahkan untuk mencetak manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif, maka hanya dihasilkan manusia Indonesia yang pintar secara kognitif dan memiliki keahlian atau profesi yang andal atau dengan kata lain mampu bersaing dengan lainnya, akan tetapi kering dari semangat religiositas dan etika kehidupan yang berbasis agama.
Pendidikan tentunya diharapkan menghasilkan manusia Indonesia yang memiliki spirit kejujuran, keadilan, bertanggungjawab, ikhlas dan tawakkal dalam menghadapi kehidupan. Spirit seperti itu tidak akan dicapai jika pendidikan hanya mengarahkan anak didik untuk menjadi pintar dan berkemampuan kompetitif. Spirit tersebut hanya dapat dicapai jika pendidikan diarahkan juga kepada pembekalan dan praksis moralitas yang memadai. Jadi pendidikan Indonesia harus juga diarahkan untuk membekali anak didik dengan pendidikan budi pekerti sebagai basis spiritualitas Indonesia masa depan.
Memang sungguh-sungguh dirasakan betapa rendahnya kualitas kompetisi manusia Indonesia dalam relasinya dengan bangsa-bangsa lain. Indeks Pengembangan Manusia (IPM) Indonesia masih jauh dari harapan, yaitu berada dalam kisaran di atas 100 yang berarti di Asia Tenggara tergolong rendah jika dibandingkan dengan Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Rendahnya IPM ini tentunya disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan manusia Indonesia. Jadi tidak salah jika pemerintah melalui Departemen Pendidikan memerlukan pendidikan yang bersearah dengan meningkatkan kecerdasan dan kompetisi bangsa.
Namun demikian, yang juga diperlukan berseiring dengan peningkatan kecerdasan dan kompetisi bangsa adalah peningkatan spirit etika atau moralitas dalam mengelola kecerdasan dan kompetisi. Pintar saja tidak cukup. Kemampuan kompetisi saja juga tidak cukup. Maka selain cerdas, kompetitif juga harus bermental yang berbasis pada spirit keagamaan.
Basis moralitas kiranya akan menghindarkan manusia Indonesia dari moralitas permissiveness yang sedang melanda negeri ini. Maraknya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kekerasan, dan tindakan yang merugikan orang lain, masyarakat dan negara dewasa ini salah satu diantaranya ialah lemahnya pengendalian diri yang yang berbasis spirit agama yang kuat. Makanya, agar Indonesia ke depan akan lebih baik maka tidak ada jalan lain kecuali pendidikan harus diarahkan untuk mendulang tiga domain sekaligus: cerdas, kompetitif dan spirit moralitas.
IAIN Sunan Ampel memiliki visi sebagai pusat pengembangan Ilmu Keislaman multidispiliner yang unggul dan kompetitif, artinya yang akan dihasilkan oleh IAIN Sunan Ampel adalah orang yang memiliki kemampuan di dalam ilmu keislaman multidisipliner yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif dan juga manusia yang memiliki spirit moralitas dalam menghadap berbagai perubahan sosial yang terus terjadi.
Oleh karena itu salah satu unggulan IAIN Sunan Ampel adalah akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan profesional plus. Dan plusnya itu tidak lain adalah keunggulan dalam spirit moral yang sungguh-sungguh diharapkan di era yang semakin mengglobal dewasa ini.
Wallahu a’lam bi al-shawab.
