• November 2024
    M T W T F S S
    « Oct    
     123
    45678910
    11121314151617
    18192021222324
    252627282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

IDEOLOGISASI AGAMA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarlito Wirawan Sarwono terhadap para teroris yang sudah dihukum, maka dinyatakan bahwa mengubah ideology fundamentalis ternyata akan mengalami kesulitan. Mereka yang sudah menjadikan agama sebagai ideology ternyata tidak mudah berubah. Ada semacam kekuatan lahir dan batin yang sangat tinggi untuk mempertahankan ideologinya tersebut. Agama yang di dalamnya sudah mengandung dimensi keyakinan akan kebenaran mutlak, dan ketika diideologikan maka akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat dahsyat.

Sebagaimana yang sudah saya ungkapkan kemarin bahwa ideology adalah seperangkat keyakinan akan suatu sistem kebenaran yang mendalam dan akan dipertahankan sekuat pikiran, tenaga dan kemampuan. Itulah sebabnya, semua ideology akan memiliki ketahanan di dalam suatu masyarakat. Ideology komunisme, misalnya juga dapat bertahan lama. Ideology kapitalisme bahkan bertahan sangat lama. Meskipun ideology tersebut bisa saja diubah atau tetap dipertahankan melalui berbagai revisi, akan tetapi hakikatnya akan terus dilestarikan.

Agama di dalam dirinya sudah mengandung religion’s way of knowing. Ia mengandung kebenaran mutlak dalam konstruksi pelakunya. Misalnya yang Islam juga akan menyatakan bahwa yang paling benar adalah Islam dan yang lain salah. Demikian pula yang Protestan juga akan menyatakan hal yang sama. Katolik, Hindu Budha dan Konghucu juga sama. Semuanya memiliki truth claimed akan dirinya masing-masing. Bahkan ada banyak konflik sosial yang bernuansa agama yang disebabkan oleh truth claimed ini.

Di dalam sejarah pemikiran Islam, tentu sangat dikenal beberapa tokoh yang berpikiran menjadikan agama sebagai ideology, misalnya Hasan al Banna dengan Ikhwan al Muslimin, Sayyid Qutb dan Al Maududi dengan Gerakan Jama’aty Islamy, Taqiyuddin Nabhani yang mendirikan Hizbut Tahrir, dan sebagainya.  Sebagai sebuah gerakan, maka pemikiran tokoh-tokoh Islam ini kemudian banyak menginspirasikan gerakan-gerakan Islam sekarang. Di antara ciri yang sangat mendasar adalah tidak ada hukum selain hukum Allah, pelaksanaan syariah secara kaffah, khilafah Islamiyah dan juga takfiriyah. Maka di mana-mana selalu dikumandangkan bahwa hukum selain hukum Allah adalah hukum yang tidak berdasarkan atas keadilan, Negara atau masyarakat yang tidak menerapkan syariah Islam pasti akan selalu dimurkai Allah dan Negara atau masyarakat yang tidak Islami adalah kafir.

Disebabkan oleh kerasnya mereka ini di dalam memperjuangkan ajarannya, maka dalam banyak hal mereka lalu berhadapan dengan kekuatan Negara.  Gerakan-gerakan ini lalu dibungkam di Negara asalnya. Misalnya Ikhwan al Muslimin dilarang di Mesir, Hizbut Tahrir dilarang di Lebanon dan sebagainya. Akan tetapi karena dilarang di Negara asalnya tersebut, maka kemudian terjadilah mutasi ke Negara-negara lain termasuk ke Indonesia. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berkembang di kalangan kampus, Jamaah Islamiyah Qutbiyah yang juga berkembang di dunia kampus dan juga ikhwanul Muslimin. Gerakan ini sekarang sudah memiliki kekuatan baik politik maupun pendidikan. Dua aspek ini dianggap penting, sebab melalui keduanya maka menerapkan prinsip-prinsip ajarannya akan bisa dengan cepat ditunaikan.

Melalui gerakan politik, maka akan dapat mewarnai kebijakan Negara. Makanya, sudah ada hasil yang kurang lebih signifikan misalnya melalui perda-perda syariah yang masih menuai konroversi di kalangan masyarakat. Demikian pula melalui pendidikan, maka akan bisa disiapkan suatu generasi yang bersesuaian dengan tafsir keagamaan yang diinginkan. Makanya, di mana-mana dua hal inilah yang diusahakan dengan berbagai cara dan kesempatan.

Hanya saja sayangnya, di antara sekian banyak problem ideologisasi agama adalah dalam bentuknya yang supra keras. Seperti hasil penelitian Sarlito Wirawan Sarwono tersebut, maka ketika agama dijadikan sebagai ideology kekerasan, maka tentunya akan menghasilkan “kengerian” yang luar biasa. Seseorang dengan rela untuk melakukan tindakan bom bunuh diri untuk tujuan dan kepentingan agama. Jika seperti ini, maka agama yang sesungguhnya dapat menjadi kerahmatan bagi umat manusia lalu bisa menjadi malapetaka bagi manusia.

Oleh karena itu ke depan penting untuk mengembalikan domain keberagamaan itu ke dalam jalur yang tetap mengedepankan Islam kerahmatan, sambil terus berupaya agar Islam secara substantive menjadi bagian integral di dalam kehidupan masyarakat.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Categories: Opini