MENGAPA TERORISME MASIH DILINDUNGI
Islam sesungguhnya merupakan agama yang mengajarkan toleransi. Ada banyak ayat yang mengungkapkan tentang pentingnya melakukan relasi dengan sesama umat manusia tanpa memandang etnis, ras, suku dan agama. Allah memang menciptakan manusia dalam etnisitas dan kesukuan yang berbeda-beda. Allah tidak membedakan antara satu dengan lainnya kecuali taqwanya.
Akan tetapi bagi sebagian kecil umat Islam, ada tafsiran lain tentang Islam yang sesungguhnya rahmat bagi sekalian alam tersebut. Ada yang menafsirkan bahwa Islam itu agama yang mengajarkan jihad yang berarti memerangi orang di luar Islam, seperti orang kafir atau orang musyrik. Selain yang beragama Islam harus diperangi. Maka jihad berarti perang. Meskipun demikian ada juga yang menafsirkan bahwa jihad itu menolong orang yang membutuhkan pertolongan atau bekerja secara maksimal untuk tujuan kebaikan.
Agama memang multi tafsir. Tidak ada tafsir tunggal. Namun demikian setiap tafsir pastilah ada dimensi kemanusiaan yang dijadikan sebagai ukurannya. Sebab dunia tafsir adalah dunia kemanusiaan dan sarat dengan urusan kemanusiaan. Ada dimensi kemanusiaan yang sesungguhnya harus tetap dikedepankan berkaitan dengan tafsir agama dimaksud.
Sayangnya bahwa tafsiran jihad ofensif yang terkait dengan kekerasan masih mendominasi pikiran pelaku Islam dan kemudian dengan keyakinan itu, mereka melakukan kekerasan terhadap lainnya. Hingga akhir-akhir ini masih banyak dijumpai dunia teror yang terus terjadi. Bahkan di Indonesia yang masyarakatnya beragama secara moderat ternyata justru yang paling rawan dalam hal teror.
Dan sesuai dengan tafsiran agama tersebut, ternyata juga masih ada yang melakukan pembelaan terhadap mereka. Mereka yang dilabel oleh kelompok lain sebagai Islam garis keras ternyata juga masih melakukan pembelaan dengan caranya sendiri. Mereka ini kemudian menyatakan di media atau lainnya bahwa tindakan mereka melakukan pengeboman tersebut dilakukan untuk melawan terhadap kedloliman yang dilakukan oleh orang Barat atau yang membela kepentingan Barat. Memang harus diakui bahwa di dalam dunia politik macam apapun pasti ada dominasi dan penguasaan. Dan kenyataannya bahwa dunia Barat memang sedang mendominasi dan menguasai dunia ini. Logika kekuasaan adalah power. Namun jika melawan kekuasaan tersebut dengan melakukan pengeboman terhadap masyarakat yang tidak tahu atau tidak terkait langsung dengan kekuasaan tersebut tentunya adalah tindakan yang salah alamat. Bagaimanapun juga melakukan pengeboman terhadap wilayah Indonesia yang beragamanya sangat moderat akan merusak citra Islam sendiri di dalam relasinya dengan dunia lain. Ada kerugian ganda: merusak citra Islam dan menghancurkan reputasi negara.
Kita sungguh-sungguh tidak memahami jalan pikiran mereka bahwa melakukan pengeboman dan menghilangkan nyawa manusia lain yang sesungguhnya tidak terkait dengan kepentingan Barat adalah sebuah jihad fi sabilillah. Pertanyaannya, apakah membunuh orang yang tidak berdosa itu merupakan jihad fi sabilillah. Apakah masih ada dalih lain untuk membenarkan pikiran ini. Tentunya tidak.
Rasanya, dengan menggunakan dalil ”kemanusiaan” melakukan teror dengan bom bunuh diri dan kemudian melukai dan bahkan membunuh orang lain tentunya bukan untuk kepentingan agama, akan tetapi untuk kepentingan diri atau kelompoknya sendiri.
Wallahu ’alm bi al-shawab.
