• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRANS-NASIONALISASI PENDIDIKAN

 Sabtu, 6 Pebruari 2010, warga IAIN Sunan Ampel memperoleh tambahan pengetahuan yang sangat bermanfaat, yaitu kuliah umum yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Bahrul Hayat, PhD. Kuliah umum yang dipadukan dengan acara resmi penyerahan SK BLU untuk IAIN Sunan Ampel tersebut ternyata sangat menarik. Di antaranya adalah gagasan tentang tantangan Trans-nasionalisme pendidikan. Menurut Pak Bahrul Hayat, bahwa tantangan pendidikan bukan hanya nasionalisasi pendidikan akan tetapi juga trans-nasionalisasi pendidikan.

Seirama dengan perkembangan menuju ke arah globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan, maka dunia pendidikan juga terkena dampaknya. Di antara dampak yang terjadi adalah semakin kuatnya trans-nasionalisasi pendidikan. Yang dimaksud dengan trans-nasionalisasi pendidikan adalah cakupan pendidikan yang tidak hanya terbatas pada jangkauan wilayah saja, akan tetapi sudah melampaui kewilayahan dan bahkan kenegaraan. Oleh karena itu, dunia pendidikan juga harus menghadapi tantangan ke arah memenuhi kebutuhan  trans-nasional tersebut.

Tantangan pendidikan memang menjadi sangat banyak pada  akhir-akhir ini. Di antara tantangan yang tidak boleh dianggap enteng adalah mengenai semakin terbukanya dunia dalam sistem dunia global. Makanya,  globalisasi pendidikan juga tidak dapat dielakkan. Di antara globalisasi pendidikan tersebut yang menonjol misalnya dapat dilihat dengan  semakin penetratifnya lembaga-lembaga pendidikan luar negeri untuk beroperasi di berbagai belahan dunia lain. Sepuluh tahun yang lalu tidak banyak dijumpai iklan-iklan pendidikan yang mengumbar maksud untuk menarik minat calon mahasiswa dari  negara lain. Akan tetapi, sekarang ini hampir setiap hari dijumpai iklan dari suatu lembaga pendidikan luar negeri yang sengaja untuk menarik mahasiswa di negara lain, termasuk di Indonesia.

Bukan hanya itu saja, bahkan melalui model kerjasama, maka lembaga pendidikan di Indonesia bisa melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan luar negeri untuk memperoleh kesetaraan ijazah. Misalnya dalam bentuk dual degree. Banyak lembaga pendidikan yang sudah menyelenggarakan model pendidikan seperti ini. Tentu saja seseorang akan merasa sangat beruntung dengan pola pendidikan dual degree. Satu kali kesempatan kuliah, maka akan diperoleh dua gelar sekaligus.

Dunia global memang memiliki tantangannya tersendiri. Salah satu  tantangannya adalah keharusan out put pendidikan yang memiliki kemampuan untuk bersaing di tingkat internasional.  Dewasa ini, kita tidak hanya bersaing di dalam negeri melalui standart kualifikasi dalam negeri, akan tetapi juga harus bersaing dengan dunia internasional melalui standart internasional.

Dunia pendidikan harus berubah dari input driven policy ke arah output and outcome driven policy. Kebijakan ini mengarah kepada pentingnya memenuhi expectasi output dan outcome lulusan pendidikan. Makanya, di dalam hal ini harus dibangun standart kurikulum yang memenuhi kualifikasi standart internasional. Di dalam hal ini, maka kurikulum harus dibangun di atas content flexibility curriculum, yaitu kurikulum yang fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus dibangun di dalam kerangka menjawab expectasi masyarakat akan output pendidikan.

Misalnya, standart kompetensi dasar yang jarus dibangun melalui lembaga pendidikan adalah penguasaan bahasa Arab dan Inggris, maka membangun pesantren mahasiswa atau ma’had al-jamiah adalah suatu tuntutan. Institusi ini tidak hanya menjadi tempat pemondokan mahasiswa akan tetapi harus didesain agar bisa menjadi tempat untuk menggembleng mahasiswa dalam kemampuan bahasa. Jadi selama setahun mereka akan diasah secara memadai agar memiliki kemampuan berbahasa.

Bahasa menjadi penting, sebab di era global seperti ini, maka tidak ada pilihan lain kecuali membekali para mahasiswa agar memiliki kemampuan berbahasa asing. Jadi jika tidak dilakukan pembinaan kebahasaan di masa standing recidency, maka akan sangat sulit untuk meraih kemampuan dan kualifikasi kebahasaan tersebut. Standart kemampuan bahasa inilah yang menjadi kompetensi dasar yang akan dapat dijadikan sebagai persyaratan memasuki dunia global.

Itulah sebabnya di tengah era trans-nasionalisasi pendidikan, maka yang diharuskan dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan adalah national and international recognitions. Mengapa hal ini menjadi penting, sebab tanpa pengakuan nasional maupun internasional, maka sangat sulit bagi perguruan tinggi untuk bersaing di dunia global.

Makanya, menjadi tanggung jawab bagi seluruh komponen Perguruan  tinggi untuk mengembangkan kompetensi dan kompetensi di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..