MENCINTAI DIRI DAN KEMANUSIAAN
MENCINTAI DIRI DAN KEMANUSIAAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Akhirnya saya bisa kembali untuk memberikan asupan pengetahuan agama setelah sepekan lebih harus berada di Tuban karena harus menyelenggarakan acara untuk tahlilan dan yasinan bagi Emak yang wafat, Senin, 10/11/2025. Saya harus ke Surabaya karena ada acara di UNISMA Malang. Hari Selasa pagi, 18/11/2025, saya memberikan pengajian pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu:
Pertama, cinta diri dan kemanusiaan merupakan bagian dari Panca Cinta sebagaimana tercantum di dalam pemikiran Menag, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. Tiga di antaranya sudah saya tuliskan di website ini. Dan kali ini saya menjelaskan tentang cinta diri dan kemanusiaan. Pertanyannya mengapa kita harus mencintai diri dan kemanusiaan. Ada dua alasan bahwa manusia diciptakan sebagai sebaik-baik ciptaan. Artinya manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling lengkap dalam struktur kecerdasan.
Binatang hanya memiliki insting tetapi manusia memiliki sekurang-kurangnya empat kecerdasan ialah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual. Dengan empat kecerdasan ini, manusia dapat memilah dan memilih yang bermanfaat bagi dirinya dan juga masyarakat di sekitarnya. Di dalam diri manusia terdapat roh, jiwa dan raga. Maka ketiganya harus dirawat dengan kasih sayang.
Terhadap manusia kita juga harus berhubungan dengan kasih sayang. Jangan bedakan warna kulit, suku, etnis, agama atau apapun, sebab Allah memang menciptakan manusia dalam keanekaragaman. Allah tentu bisa menciptakan manusia dalam satu ras atau satu suku dan agama, akan tetapi Allah justru menjadikan manusia dalam keanekaragamannya. Justru indahnya dunia ini karena adanya keanekaragaman tersebut. Allah menjelaskan bahwa dengan keanekaragaman tersebut maka di antara mereka akan terjadi saling mengenal, memahami dan menimbulkan kasih sayang di antaranya.
Kedua, Islam memiliki konsep yang sangat bagus terkait dengan cinta dan kasih sayang sesama manusia. Di dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa “barang siapa yang tidak menyayangi yang di bumi, maka tidak akan disayangi yang di langit”. “Irhamu man fil ard, yarhumukum ma fis sama”. Konsep ardl itu berarti bukan hanya manusia, akan tetapi seluruh penghuni bumi sebagai ciptaan Allah. Jadi di atas bumi dan di dalam laut terdapat ciptaan Allah yang harus dikasih sayangi. Binatang dan tetumbuhan harus dikasih sayangi. Jangan semena-mena prilaku kita terhadap binatang dan tumbuh-tumbuhan. Jangan menebang hutan sembarangan, nanti hutan akan marah. Akhirnya terjadi banjir, longsor dan sebagainya. Hutan yang gundul akan menyebabkan air tidak mampu meresap ke bawahnya, sehingga menjadi banjir. Karena pohoh-pohonan di atasnya ditebang sembarangan, maka tanah menjadi longsor. Ingat terjadinya banjir besar yang merendam perumahan di Bekasi karena hutan di Bogor ditebang untuk dijadikan vila-vila oleh orang kaya. Deforestasi di seluruh dunia itu luar biasa. Indonesia juga terjadi perusakan ekologi hutan yang disebabkan oleh para pengusaha. Pengambilan batubara di hutan yang dilakukan secara sengaja oleh oknum yang diberikan regulasi pemanfatan SDA, maka menyebabkan kerusakan lingkungan yang luar biasa. Atas nama pemanfaatan hutan untuk pembangunan ekonomi yang tidak didasari oleh pikiran yang terkait dengan kerusakan lingkungan, maka sungguh akan berakibat terhadap perubahan iklim. Moral hazard seperti ini yang kerap kali membuat kerusakan di bumi. Termasuk juga kerusakan di lautan karena ulah manusia untuk membuang sampah sembarangan.
Kasih sayang di langit. Kasih sayang di langit akan terjadi kalau manusia melakukan kasih sayang terhadap yang di bumi. Yang di langit adalah Allah, Malaikat dan Rasulullah. Jika kita menyayangi yang di bumi maka dipastikan Allah, Malaikat dan Rasulullah akan menyayangi kita. Selain itu juga ada hadits Nabi yang menyatakan: “man la yarham la yurham, artinya siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi”. Jika ingin disayang istri, maka harus menyayangi istri dan sebaliknya. Jika kita ingin disayang oleh orang lain, maka berlakulah dengan kasih sayang. Jangan melakukan tindakan yang menyebabkan kemarahan dan kebencian. Siapa yang membenci akan dibenci. Ada lagi hadits Nabi “man lam yaskurin nas lam yaskurillah” artinya “siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia maka tidak akan dikasih sayangi Allah”. Inilah bukti bahwa secara teologis, kasih sayang itu menjadi sangat sentral di dalam Islam.
Ketiga, kita bersyukur bahwa sekurang-kurangnya kita semua ini sudah bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain. Kita sudah saling bertegur sapa, saling bersalaman, dan bahkan saling berbagi kepada orang lain. Jangan tanya besarannya, tetapi yang penting kita sudah memiliki kesadaran dan kemudian melakukannya.
Kebersamaan kita selama ini, misalnya dalam pengajian dan dalam tahsinan di masjid ini akan dapat menjadi bukti adanya kasih sayang kepada kita semua. Kita bisa saling mengingatkan akan kebaikan, dan kita bisa saling berkasih sayang di dalamnya. Saya berkeyakinan bahwa Allah dan Malaikatnya serta Rasulnya akan mencatat hal ini sebagai kasih sayang di antara kita.
Wallahu a’lam bi al shawab.
