MAKNA PENTING BAGI PELAKU YASINAN
MAKNA PENTING BAGI PELAKU YASINAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Meskipun masih dalam nuansa duka karena ditinggal wafat oleh Emak Saya, Hj. Turmiatun, Senin, 10/11/2025, akan tetapi tidak berarti bahwa semuanya harus berhenti, dan hanya meratapi atas wafatnya orang yang sangat dicintai. Memang, saya sangat berduka, dan dalam situasi tertentu masih keluar air bening dari mata, akan tetapi kehidupan mesti harus tetap berlangsung.
Pada Kamis malam atau malam Jum’at, 13/11/2025, saya dapat membersamai para anggota Jam’iyah Tahlil Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban. Di saat itulah saya memberikan ceramah agama terkait dengan rasa syukur karena mereka semua merupakan orang yang terpilih untuk mampu beribadah kepada Allah SWT. Para anggota Jam’iyah tahlil merupakan sekelompok orang yang setiap malam Jum’at membaca tahlil dan Surat Yasin. Masyaallah betapa bahagianya.
Ada beberapa hal yang saya sampaikan dalam acara tahlilan di Mushalla Raudlatul Jannah di Dusun Semampir, Sembungrejo, Merakurak, Tuban, yaitu: pertama, kita semua tentu patut bersyukur bahwa kita semua ini orang yang melanggengkan membaca tahlil dan yasin setiap pekan. Tidak banyak orang yang seperti kita semua ini. Bahkan jika dikalkulasi dari tujuh milyard manusia di dunia, dan katakanlah yang beragama Islam sebanyak 1,5 milyar, maka kita termasuk dari angka 1,5 milyar yang aktif melakukan ibadah kepada Allah, yaitu selalu membaca tahlil dan yasin sepekan sekali.
Coba jika dikalkulasi, berapa banyak orang yang bisa melakukannya. Tidak banyak. Di dusun ini ratusan perempuan, tua dan muda. Tetapi yang setiap malam Jum’at membaca yasin dan tahlil hanya ibu-ibu dan mbak-mbak yang datang di Mushalla ini. Hal ini yang membuat kita itu yakin bahwa Allah SWT pasti mendengar apa saja yang kita lakukan atau kita lantunkan. Jika membaca surat Yasin dan tahlil pasti akan mendapatkan pahala karena membaca Surat Yasin dan yang membaca kalimat tauhid, atau tahlil juga mendapatkan pahala. Jika kita membacanya untuk keluarga atau handai taulan, maka yakinlah bahwa Allah SWT akan menyampaikannya kepada yang bersangkutan, jika sebelum membacanya didahului dengan membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka dipastikan shalawat tersebut akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW dan sampai kepada Allah SWT dan limpahan pahalanya akan didapatkan pada diri kita dan juga orang yang dibacakannya. Untuk ini pantaslah bahwa kita ini masuk orang yang insyaallah akan masuk surga-Nya Allah SWT.
Kedua, ada lagi yang menurut saya sangat penting adalah menjalankan shalat. Setelah syahadat itu shalat. Baru yang lain, puasa, zakat dan haji, sesuai dengan rukun Islam. Makanya menjalankan shalat itu sangat penting. Ibu-ibu upayakan untuk melakukan shalat, lima waktu. Bagaimana kalau pas shalat dhuhur masih di ladang atau di sawah dalam keadaan badan yang kotor, atau sedang bepergian yang tidak mungkin melaksanakan shalat. Perlu diketahui bahwa untuk menjalankan shalat itu harus suci. Kalau badan kena tanah dan bukan kena kotoran, atau baju kena tanah dan bukan kena kotoran, maka selama tidak kena sesuatu yang Najis, maka shalat dapat dilakukan. Ibu-ibu sedang menanam padi di sawah, pasti badannya kotor dan pakaiannya kotor, tetapi bukan karena kotoran, maka cukup wudlu, pakai mukena dan shalat. Jika masih memungkinkan maka pulang. Mandi dulu lalu shalat. Upayakan supaya shalat. Yang bepergian tunggu sampai tempatnya atau sampai rumah lalu shalat. Islam itu mudah. Jika tidak dapat melakukan shalat pada waktunya, maka bisa menjama’nya. Magrib dengan isya’ atau dhuhur dengan ashar. Waktunya bisa di depan atau di belakang. Jama’ taqdim atau ta’khir. Tidak sulit. Yang penting shalat. Kuncinya suwargo itu kalimat la ilaha illallah, isinya surga adalah orang yang melakukan shalat. Dinyatakan shalat itu tiangnya agama. Jadi kalau kita ingin mendirikan agama maka dirikanlah shalat. Kalau kita ingin mendirikan rumah maka bikin tiangnya atau temboknya dulu. Rumah itu akan menjadi rumah yang kokoh.
Ketiga, saya berpesan kepada diri saya, supaya saya tidak lupa, dan juga berpesan kepada anggota jam’iyah tahlil agar meneruskan tradisi yang baik ini. Tradisi setiap malam Jum’at membaca tahlil dan yasin. Sebuah kebahagiaan yang mungkin tidak kita dapatkan langsung, akan tetapi kebahagiaan yang insyaallah akan kita dapatkan di akherat. Allah SWT menyatakan “man amala shalihan fa linafsihi”, “siapa yang beramal kebaikan maka untuk dirinya sendiri”. Makanya jika ibu membaca tahlil atau yasin, maka pahalanya untuk ibu sendiri dan kemudian pahala itu bisa dikirimkan kepada orang yang dituju dengan bacaan yasin dan tahlil. Subhanallah.
Islam itu menjadi kuat karena jamaahnya kuat. Kala ibu terus terlibat di dalam jam’iyah tahlil dan yasin, maka ibu sedang memperkuat Islam, agama Allah SWT. Jika ibu terus terlibat di dalam kegiatan jam’iyah tahlil dengan aktivitas keagamaan rutin seperti ini, maka kekuatan Islam tidak akan tergoyahkan.
Yang penting jangan keliru niat. Niatnya tahlilan dan yasinan dan bukan niatnya arisan. Jika niatnya yasinan dan tahlilan, maka pasti dapat pahala dan arisan hanya menjadi bagian saja, bukan yang utama. Tetapi jika niatnya arisan, maka kita tidak dapat pahala membaca yasin dan tahlil. Jangan keliru niat.
Wallahu a’lam bi al shawab.
