• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENCINTAI ALLAH DAN RASULNYA SEBAGAI SATU KESATUAN

MENCINTAI  ALLAH DAN RASULNYA SEBAGAI SATU KESATUAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sahabat ngaji bahagia yang tergabung di dalam Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) tentu memperoleh asupan ilmu terkait dengan mahabbah kepada Allah SWT dan Rasulnya, Muhammad SAW. Pada ngaji bahagia, 23/09/2025, secara sengaja saya menyampaikan satu materi yang sangat penting, dan sekarang sedang menjadi perbincangan di tingkat nasional, sebagai gagasan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Menag, yang dikonsepsikannya sebagai Beragama Berbasis Cinta (BBC) yang secara implementatif diwujudkan dalam dunia pendidikan dengan konsep Kurikulum Berbasis Cinta (KBC).

Saya mengawalinya dengan pertanyaan, kenapa mencintai Allah dan rasulnya itu merupakan satu kesatuan yang sistemik? Pertanyaan ini yang kemudian saya bahas dalam waktu 90 menit di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Perbincangan tentang cinta pastilah menarik. Makanya, ceramah ini mendapatkan respon yang memadai dari jamaah ngaji bahagia. Saya membahas hal ini dalam tiga hal, yaitu:

Pertama, Islam adalah agama cinta. Agama yang mengajarkan tentang Rahman dan Rahim atau Islam rahmatan lil alamin. Bukan hanya Rahmat bagi umat Islam tetapi seluruh umat manusia dan alam semesta. Menjadi umat Islam, sebagaimana pesan agama, maka seharusnya mengembangkan pemahaman, sikap dan perilaku yang mencintai sesama manusia sebagai representasi ajaran Islam yang mendasar.

Cinta kepada Allah sekaligus cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW. Tidak bisa dipisahkan. Bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Artinya mencintai Allah dan sekaligus mencintai rasul-Nya. Dikisahkan dalam suatu ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Aula Universitas KH. Abdullah Faqih (UNKAFA) oleh Habib Muhammad bin Abubakar, bahwa pada saat Nabi Ibrahim AS diturunkan ke bumi oleh Allah, sebagaimana desain untuk menciptakan manusia sebagai khalifah Allah, maka di arasy dilihatnya terdapat sebuah tulisan yang berbunyi “La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah”, yang artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah Muhammad Rasulullah”. Sambil berdoa dengan doa yang terbiasa kita baca: “Rabbana dhalamna ‘anfusana wain lam taghfirlana wa tarhamna la nakunanna minal khasirin”. (Surat Al A’raf, ayat 23).  Yang artinya: “Wahai Tuhan kami, alangkah dhalimnya diri kami  dan jika Engkau tidak mengampuni kami, maka sesungguhnya kami adalah orang yang sangat merugi”.

Nabi Allah Adam AS berdoa dan melafalkan kalimat tauhid “la ilaha illallah Muhammadur Rasulullah”. Sebuah kalimat yang mengesakan Allah dan sekaligus menyatakan Muhammad sebagai utusannya. Tentu ada pertanyaan, pada waktu Nabi Adam diciptakan Allah, Nabi Muhammad SAW belum lahir, lalu bagaimana ada Nama Allah dan Muhammad SAW? Maka jawabannya yang terlihat di dalam Arasy adalah Nur Muhammad yang sudah diciptakan oleh Allah jauh sebelum Allah menciptakan alam semesta. Nur Muhammad itulah yang kemudian secara fisikal menjadi Nabi Muhammad SAW pada masanya. Yaitu sebagai rasul terakhir yang menutup seluruh fungsi kenabian. La nabiyya ba’dahu.

Coba kita perhatikan, kalimat tauhid tersebut berbeda dengan syahadat. Di dalam kalimat persaksian kita, “Asyahadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, maka di dalam kalimat ini terdapat huruf “wawu” yang diterjemahkan menjadi “dan” yang maknanya adalah perbedaan antara khaliq dan makhluk. Maka kata “wawu” tersebut menjadi pembeda antara Allah sebagai Rab dan Ilah serta Muhammad sebagai ciptaan dan utusan.

Kemenyatuan antara Allah dan rasulnya tersebut bisa dipahami dari bacaan shalawat yang agung. Shalawat adalah medium untuk menghubungkan Allah SWT dan Muhammad SAW dan umat Islam. Dengan shalawat yang dibaca, maka akan menjadi  medium untuk meyakini keberadaan Allah SWT dan sekaligus keyakinan bahwa Muhammad SAW adalah rasulnya.

Allah SWT mengajarkan tentang shalawat dengan sedemikian indahnya. Ungkapan di dalam Alqur’an yang selalu menjadi bagian di dalam khutbah jum’at dan khutbah lainnya adalah: “innallaha wa malaikatahu yushalluna ‘alan nabiyyi ya ayyuhal ladzina amanu shallu alaihi wa sallimu taslima”. (Surat Al Ahzab, ayat 56).  Yang artinya: “sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, wahai orang yang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghomatan  kepadanya”.

Menilik atas pernyataan ini, betapa pentingnya membaca shalawat. Barang siapa yang shalawatnya banyak tentu akan mendapatkan pahala yang banyak. Jika umat Islam membaca shalawat sekali,  maka diberikan pahala 10 kali lipat. Oleh karena itu, bagi orang yang beragama dengan kalkulasi kuantitas, maka tentu akan sangat menyenangkan. Semakin banyak membaca shalawat semakin besar potensi pahalanya.

Trilogy Tuhan, Rasul dan Manusia dipertemukan di dalam bacaan shalawat. Tuhan yang menciptakan ajaran kebaikan, rasul yang menyampaikan dan manusia yang menjalankannya. Allah SWT yang sedemikian suci, yang sedemikian gaibnya, dan yang sedemikian transendennya harus berhubungan dengan manusia ciptaannya, maka Allah SWT menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai perantaranya. Muhammad SAW adalah washilah atau perantara antara Tuhan dan manusia. Melalui kehadiran Nabi Muhammad SAW, maka manusia dapat berhubungan dengan Allah SWT dengan cara-cara yang umum atau khusus.

Sungguh kita ini manusia yang beruntung sebab memiliki washilah agung dan bisa menjadi perantara yang dipastikan kehadirannya. Nabi Muhammad SAW adalah syafi’an li ashhabihi.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..