• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

JADIKAN NABI MUHAMMAD SAW BERADA DI TENGAH KEHIDUPAN

JADIKAN NABI MUHAMMAD SAW BERADA DI TENGAH KEHIDUPAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Di dalam Komunitas Ngaji Bahagia (KNB), selalu ada hal-hal yang membuat semua peserta pengajian tertawa. Bagi jamaah Ngaji Bahagia bahwa ngaji merupakan medium untuk membuat hati gembira atau happy dan bahagia. Tidak ada salahnya kalau komunitas ini menyebutnya sebagai Komunitas Ngaji Bahagia. Itu juga yang didapati pada saat melaksanakan pengajian pada Selasa, 09/09/2025.

Saya sebagaimana biasanya diminta untuk menjadi pengantar diskusi. Pengajian ini benar-benar pengajian interaktif, sebab semua peserta pengajian mendapatkan peluang untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan bahasan atas ceramah yang dilakukan ba’da shubuh tersebut. Kali ini saya memberikan pengantar tentang betapa hebatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW sehingga di kala Beliau di suatu tempat, maka tidak akan pernah Allah SWT memberikan bencana kepada manusia di tempat tersebut. Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu:

Pertama, ada di dalam Alqur’an, Surat Al Anfal, ayat 33 yang menyatakan: “wa ma kanallahu liyu’adzdzibahum wa anta fihim, wa ma kanallahu mu’adzdzibahum wa hum yastaghfirun”. Yang artinya: “tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan”.

Ayat ini mengandung makna fisikal artinya di kala Nabi Muhammad SAW bersama orang-orang Quraisy di masa lalu, atau saat masa kenabian, maka di kala Nabi Muhammad secara fisikal hadir di tengah-tengah umatnya, maka Allah tidak akan memberikan adzab (hukuman) kepada masyarakat di tempat tersebut. Maknanya, kehadiran Nabi Muhammad SAW menjadi jaminan bahwa Allah tidak akan menghukum umat yang sedang bersama Nabi Muhammad SAW. Demikian pula di kala umat tersebut masih menggemakan permohonan ampunan, maka Allah juga tidak akan mengadzabnya atau menghukumnya. Yang demikian ini tentu saja menggambarkan betapa Allah itu memberikan kepada Nabi Muhammad SAW itu suatu kelebihan dibandingkan dengan manusia lainnya. Allah menjamin bahwa siapapun yang berada di sekitar Nabi Muhamad SAW maka akan memperoleh keselamatan.

Kedua, lalu bagaimana dengan manusia yang hidup di masa sekarang, 1447 setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW? Secara fisik Nabi Muhammad SAW sudah wafat, dan secara rohani bahwa Nabi Muhammad SAW sudah berada di alam lain atau alam barzakh, bukan alam dunia.  Nabi Muhammad SAW memang hidup pada tanggal 12 Rabiul Awal  tahun Gajah atau tanggal 29 Agustus 581 M dan ada yang menyatakan tahun 571 M, wafat pada tanggal 8 Juni 632 M atau 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Artinya, bahwa orang Quraisy dan umat Islam bersama Beliau secara fisikal, kejiwaan da rohaniyah. Nabi Muhammad hadir secara utuh.

Namun demikian, pada saat sekarang yang ada adalah ajarannya sesuai dengan Kitab Suci Alqur’an dan sunnahnya.

Di dalam konteks ini, maka yang bisa menyambungkan umat Islam dengan Nabi Muhammad SAW adalah pengamalan ajaran Islam sebagaimana ajarannya. Dan di antara yang dapat menjadi washilah adalah bacaan shalawat yang ditujukan kepadanya. Sebagaimana diketahui bahwa Allah SWT mengajarkan kepada umat manusia agar membaca shalawat, sebab Allah dan para Malaikat juga membacanya. “Innallaha wa malaikatahu yushalluna ‘alan Nabi, ya ayyuhal ladzina amanu shallu ‘alaihi wa sallimu Taslima”. Begita kecintaan dan kasih sayangnya Allah kepada Nabi Muhammad SAW, maka Allah sendiri dan para Malaikat juga membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Tentu seharusnya umat Islam membaca shalawat ini. Ini ajaran fundamental di dalam Islam. Nabi Muhammad SAW diberikan oleh Allah SWT otoritas untuk memberikan syafaat dan berkah. Jadi, kalau kita memerlukan syafaat dan berkahnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, maka salah satu kata kuncinya adalah membaca shalawat. Syafaat dan berkah bisa diberikan oleh Nabi Muhammad, sedangkan Rahman dan Rahim adalah haknya Allah SWT.

Di dalam tradisi membaca shalawatan, maka ada satu moment yang disebut sebagai mahalul qiyam, yang isinya membaca shalawat sebuah doa. Bunyi doa tersebut adalah “Rabbi Faghfirli dzunubi Ya Allah, bibarkati Hadi Muhammad Ya Allah”. Yang artinya: “Ya Allah ampuni dosa kami, dengan berkah petunjuk Nabi Muhammad Ya Allah”. Jika seseorang yang dapat membacanya dengan sepenuh jiwa dan raga, maka orang tersebut akan bisa meneteskan air mata, bisa menangis.

Ketiga, kita, para jamaah Ngaji Bahagia ini insyaallah sudah melakukannya. Kita sudah bersama Rasulullah karena kita sudah mengamalkan ajaran Islam, dan juga sudah membaca suratul Fatihah, membaca ayat kursi dan membaca shalawat. Dan kita juga sudah membaca dan melafalkan kalimat tauhid, kunci surga, miftahul Jannah, la ilaha illallah. Jika kita merenungkan hal ini, maka kita bisa optimis bahwa kita akan bisa bersama Nabi Muhammad SAW.

Meskipun kita belum optimal di dalam mengamalkan ajaran Islam atau beragama kita masih minimalis, akan tetapi rasanya masih pantas untuk optimis bahwa surga insyallah ada di dalam kehidupan kita kelak.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..