SYARRUL BARIYYAH: MANUSIA YANG TIDAK BERUNTUNG
SYARRUL BARIYYAH: MANUSIA YANG TIDAK BERUNTUNG
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sungguh selain ada manusia yang diharapkan atau beruntung atau khairul bariyyah atau manusia terbaik, juga ada manusia yang dinyatakan sebagai tidak diharapkan atau disebut syarrul bariyyah. Yaitu manusia yang tidak akan pernah memperoleh keuntungan di dalam kehidupan akherat karena mengingkari keberadaan Tuhan. Mereka dilabel sebagai orang yang akan masuk neraka kelak di akherat.
Inilah kata kunci di dalam ceramah saya di Mushallah Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban, Ahad, 06/07/2025. Masjid tersebut berada di depan rumah, masjid wakaf, yang menyelenggarakan shalat wajib berjamaah. Ceramah ini saya sampaikan pada waktu ba’da shubuh berjamaah kepada jamaah mushallah yang aktif melakukan shalat berjamaah di Mushallah Raudhatul Jannah. Mereka aktivis masjid.
Sebagaimana biasa, saya sampaikan tiga hal terkait dengan ceramah ini, yaitu: pertama, tidak bosan-bosannya saya menyampaikan dan mengajak agar para jamaah Mushallah Raudhatul Jannah untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan bahwa kesyukuran kita yang tertinggi adalah disebabkan karena Allah SWT sudah memberikan hidayah untuk beriman kepada-Nya. Nikmatul udzma. Nikmat terbesar, sebab tidak semua manusia di dunia ini memperoleh nikmat menjadi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Iman itu kunci beragama, jika imannya baik maka rumah agama akan menjadi baik, dan sebaliknya. Kita bisa melaksanakan shalat tentu karena ada iman di dalam pikiran dan hati kita. Ashshalatu ‘imaduddin. Shalat itu tiang agama. Jadi dengan mendirikan shalat berarti rumah agama akan menjadi kuat atau menjadi kokoh.
Kedua, di dalam Alqur’an dijelaskan selain ada khairul bariyyah juga ada syarrul bariyyah. Yang Khairul bariyyah adalah orang yang beruntung dan yang syarrul bariyyah adalah orang yang celaka. Tentu kita semua tidak ada yang berkeinginan untuk menjadi manusia yang celaka. Baik celaka di dunia maupun celaka di akherat. Semua di antara kita ingin menjadi manusia yang beruntung dan bahagia, baik di dunia maupun di akherat.
Alqur’an menjelaskan bahwa orang yang kafir yang terdiri dari ahli kitab dan kaum musyrik itu akan menjadi penghuni neraka selamanya. “Innal ladzina kafaru min ahli kitabi wal musyrikina fi nari jahannama khalidina fiha abada ulaika hum syarrul bariyyah”. Yang artinya: “sesungguhnya orang kafir dari golongan ahli kitab dan golongan musyrik ada di dalam neraka selama-lamanya, dan mereka adalah orang yang sengsara.” Yang disebut sebagai ahlu kitab adalah orang yang tidak mempercayai kebenaran Alqur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan mereka juga tidak mempercayai akan kenabian Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah orang Nasrani dan Yahudi. Termasuk tentu saja adalah orang beragama lain yang tidak mempercayai atas kesucian Kitab Suci Alqur’an. Jika manusia itu berjumlah enam milyar, maka yang satu milyar adalah umat Islam, dan yang lima milyar lainnya beragama selain Islam.
Orang musyrik adalah orang yang menyekutukan Tuhan. Yang menyatakan bahwa Allah bukan Tuhan Yang Maha Esa atau Maha Tunggal. Di kala orang menyembah selain kepada Allah, maka orang tersebut juga menyekutukan Allah. Misalnya orang yang bersesaji dengan harapan yang diberi sesaji adalah yang akan mengabulkan keinginan atau harapannya, maka yang bersangkutan itu dinyatakan sebagai musyrik. Dengan demikian, indicator orang yang disebut syarrul bariyyah adalah orang yang menjadi ahli kitab dan orang yang musyrik.
Ketiga, semua agama memiliki klaim kebenaran atau pernyataan kebenaran yang mutlak. yang tidak boleh ditawar. Kebenaran iman. Keyakinan akan ketuhanan itu sedemikian mendasar bagi semua agama. Seseorang tidak akan beribadah kepada Tuhan jika tidak memiliki iman yang kuat. Ada banyak orang yang menyatakan beriman kepada Allah tetapi tidak melakukan amal ibadah. Ada di semua agama. Di dalam Islam ada, di dalam Nasrani ada dan di dalam Yahudi juga ada.
Kita sungguh bersyukur mendapatkan hidayah dari Allah karena factor keturunan dan lingkungan. Orang tua dan seterusnya ke atas beragama Islam, dan lingkungan kita beragama Islam, maka kita menjadi beragama Islam. Ada banyak orang yang berusaha secara mati-matin untuk menjadi Islam. Misalnya Ustadz Waloni, yang baru saja wafat, maka dia menjadi Islam karena mempelajari semua kitab suci dan akhirnya menemukan kebenaran di dalam agama Islam. Ada juga orang Barat, Namanya Fritjof Schuon, yang menjadi muslim setelah mempelajari Alqur’an dan menemukan kebenaran di dalamnya. Bahkan menjadi pengikut tasawuf.
Sesungguhnya untuk menjadi muslim atau lainnya itu sudah ada takdirnya atau ketentuannya. Takdir tersebut sudah terekam di alam roh atau alam azali. Jadi sudah ada ketentuannya. Makanya, kita semua ini beruntung karena mendapatkan takdir yang baik, sebab menjadi muslim semenjak awal. Kita lahir sudah menjadi muslim, bahkan sudah dibacakan adzan dan iqamah. Hal ini yang harus menjadikan kita bersyukur kepada Allah SWT.
Dengan menambah kesyukuran kepada Allah, insyaallah kita akan mendapatkan semakin banyak kenikmatan yang tidak terhingga. Dan kita telah mendapatkannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.
