• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERKATALAH YANG BAIK AGAR SELAMAT

BERKATALAH YANG BAIK AGAR SELAMAT

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kali ini, Jum’at ba’da magrib, 03/07/2025, saya menyempatkan untuk memberikan taushiyah keagamaan sesuai dengan audience di Mushallah Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Tuban. Saya sengaja menyampaikan ceramah ini sebab jamaah shalat maghrib jauh lebih banyak dibandingkan jamaah shalat Shubuh. Ibaratnya, orang yang menjadi jamaah Shalat Shubuh adalah orang khusus, sebab berjamaah shalat Shubuh itu lebih sulit.

Jamaah shalat maghrib tersebut bervariasi dalam usianya. Ada yang anak-anak, pemuda dan orang tua. Berbeda dengan jamaah shalat shubuh yang kebanyakan adalah usia di atas 40 tahunan. Relative homogin. Tetapi sebagaimana ceramah saya lainnya, maka saya tetap menekankan tentang kabar gembira kepada para jamaah, ataupun jika harus menyampaikan sesuatu contoh  yang sehari-hari banyak dilakukan,  maka dengan menggunakan bahasa humor. Tidak menghakimi tetapi memberikan pencerahan. Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu:

Pertama, kita semua harus meyakini bahwa apa yang kita lakukan dengan shalat berjamaah maghrib ini adalah kebenaran sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi melakukan shalat  berjamaah, dan kita mengikuti sunnah atau contoh yang dilakukan-Nya. Rasulullah pasti senang dengan yang kita lakukan ini. Jangan ada keraguan sedikitpun. Shalat berjamaah itu pahalanya sebanyak 27 derajat. Jadi jika kita dapat shalat berjamaah tiga kali saja, shalat maghrib, shalat Isya’ dan Shalat Subuh, maka pahalanya jauh lebih banyak dibandingkan dengan shalat sendirian lima kali sehari. Kebanyakan shalat dhuhur dan ashar dilakukan di rumah karena jika siang hari kita masing-masing bekerja.

Keuntungan melakukan shalat berjamaah selain pahalanya yang banyak juga dapat saling bertemu dan bersalaman. Dengan sering kita bersalaman, maka jarak atau sekat di antara para jamaah tidak ada. Kita dapat saling mendoakan dan bahkan bersedakah. Bukankah dengan kita saling tertawa dan menyenangkan merupakan sebuah shadaqah. Jadi jangan berpikir bahwa yang bisa bersedekah hanyalah orang yang kaya, sebab shadaqah dapat dilakukan dengan saling membahagiakan. Momentum begini yang tidak didapatkan di dalam kehidupan bertetangga, dan berkawan. Alhamdulillah.

Kedua, tetapi ada satu hal yang bisa merusak perhabatan dan perkawanan atau ukhuwah sesama umat Islam, yaitu kita melakukan ghibah atau ngerasani sesama kawan atau tetangga. Saya yakin pada jamaah shalat maghrib ini tidak ada yang melakukannya. Dipastikan bahwa yang melakukannya adalah orang-orang di sebelah desa. Orang sini dipastikan baik-baik. “Ada tidak yang suka menggibah?”,  Maka secara spontan mereka menyatakan: “ada”. Disertai tertawa lepas. Menggunjing itu terkadang tidak kita sadari. Ada lawan bicara kita, baik berdua, bertiga atau banyak, tiba-tiba ada kawan kita yang memulai melakukan pergunjingan. Tanpa sadar kita menyatakan sependapat. Iya, iya. Begitulah seterusnya dan semakin seru. Lalu, semakin asyik, sehingga apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat menjadi bahan untuk menggunjing. Jika sudah begini, maka sulit berhenti. Semua dibicarakan dan semua digunjingkan.

Ada yang lebih parah, yaitu mendoakan jelek atau di dalam bahasa Jawa disebut nyosotne. Yaitu sebuah ungkapan misalnya dengan menyatakan: “biar mati ketabrak mobil, atau biar disambar petir, semoga cepat mati, atau biar makin miskin, dan sebagainya”. Banyak sekali ungkapannya. Terkadang melalui ungkapan begini lalu menjadi pertengkaran. Akibatnya dalam beberapa bulan mereka tidak saling menyapa atau meneng-menengan. Padahal Nabi Muhammad SAW, memberikan toleransi untuk tidak saling berbicara itu hanya tiga hari. Jika lebih, maka dosanya semakin banyak. “Suka atau tidak jika jamaah memperoleh dosa?”. Serentak mereka menjawab: “tidak suka”. Jika kita melakukan hal ini berarti kita telah merusak persahabatan atau pertetanggaan.

Usahakan jangan melakukan umpatan atau mendoakan jelek. Sebab bisa jadi nanti pernyataan itu akan Kembali kepada diri kita sendiri. Doanya atau umpatannya akan kembali kepada dirinya sendiri. harus dihindari. Hadits Nabi Menyatakan: “falyaqul khairan auw liyasmut”, yang artinya “berkatalah yang baik atau lebih baik diam”. Mari kita teladani apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad agar kita memperoleh kebaikan.

Ketiga, memang tidak mudah untuk melakukan kebaikan itu. Ada banyak tantangannya dan godaannya. Dan Allah terkadang menguji kita di dalam kesabaran. Orang ini sabar betul, maka kemudian didatangkan orang yang akan menguji. Oleh karena disadari betul bahwa jika ada orang yang melakukannya berarti kita sedang diuji mengenai kesabaran tersebut. Kesabaran itu mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan.

Ada cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan  mendoakannya. Ini juga berat dilakukan. Tetapi sekali lagi bukan tidak bisa. Jika ada orang yang mengatai kita dengan kejelekan, maka doakan kepada Allah supaya disadarkan. Kita pasti bisa. “Ya Allah berikan kesadaran atas orang yang seperti itu”. Kita yakin dan benar-benar percaya, bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa yang kita bacakan.

Jika kita dapat melakukannya, maka kita sudah setapak lebih baik, membalas umpatan dengan doa. Alangkah indahnya jika umat Islam, kita semua, bisa melakukannya.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..