• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENCERMATI PARA MUNAFIQIN

MENCERMATI PARA MUNAFIQIN

Prof. Dr. Nur Syam, Msi

Acara Ngaji Bahagia tentu selalu menghadirkan kebahagiaan. Kalau tidak mengapa namanya seperti itu. Pada pagi, Selasa, 27 Mei 2025, ketepatan ngaji Bahagia ini diikuti oleh banyak sahabat yang selama ini terlibat di dalam kegiatan ngaji bareng. Tema pagi ini juga menarik sebab mengkaji tentang munafiq sebagai fenomena social dan keagamaan. Tema ini dipicu oleh acara tahsinan yang sudah sampai kepada pembahasan tentang Surat Al Munafiqun, maka tentu terkait dengan siapa dan apa saja yang disebut sebagai munafiqun dimaksud.

Ada beberapa penjelasan terkait dengan munafiq, yaitu:

Pertama, tanda-tanda kaum munafiq sebagaimana diungkapkan di dalam hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori sebagai berikut: “idza haddatsa  kadzdzaba, wa idza wa’ada   akhlafa, wa idza’tumina khana”, artinya: “jika berkata bohong, dan jika berjanji ingkar dan jika diberi amanah berdusta”. Melalui hadits ini dapat dipahami bahwa ada pertanda sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa orang munafik itu sedemikian mudah untuk dikenali. Suka berbohong, suka ingkar janji dan suka berdusta.

Melalui hadits ini tentu kita dapat  mencoba untuk memahami diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang yang diindikatori sebagai munafik. Sekaligus juga menjadi bahan berhati-hati, agar jangan mudah kita berkata bohong, jangan mudah kita ingkar janji,  dan jangan berdusta jika diberi amanah. Ada di antara umat Islam  yang sedemikian mudah untuk mengucapkan sesuatu yang tidak tepat dan benar. Contoh yang sangat sederhana, misalnya kita berjanji di suatu tempat untuk bertemu, ada sahabat yang belum datang, kala ditanya sampai mana, maka dengan enteng menjawab sudah dekat 10 menit lagi,  padahal masih jauh jarak yang harus ditempuhnya. Jika hal seperti ini secara terus menerus dilakukan, bukan tidak mungkin suatu ketika akan  menjadi kebiasaan. Atau akan menjadi tabiat atau perilaku yang bersumber dari kebiasaan secara kontinu dan kemudian menjadi kebiasaan sehari-hari.

Di sini, Islam mengajarkan agar kita bicara apa adanya. Qaulan sadidan. Berkata yang jujur dan  yang benar, dan jangan menutupi atas sesuatu yang sesungguhnya salah. Nyatakan yang benar itu benar dan nyatakan yang salah itu salah. Jika harus terlambat di dalam suatu pertemuan, maka ungkapkan apa adanya agar dipahami secara benar oleh orang lain. Oleh karena itu kita harus benar-benar menjaga agar sesuatu yang jelek tidak menjadi kebiasaan. Ada pepatah Jawa yang menyatakan: “esuk tempe sore dele” atau pagi bicara tempe, sore bicara kedelei. Atau di dalam bahasa Jawa disebut sebagai: “mencla, mencle”. Atau orang yang tidak konsisten antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Ini baru munafiq secara insaniyah atau munafiq ‘indan nas. Di dalam bahasa yang  ilmiah bisa disebut sebagai munafiq sosiologis atau munafiq antar manusia.

Yang paling berat, sebagaimana diceritakan di dalam Surat Al Munafiqun adalah terkait dengan munafiq di hadapan Allah dan Rasulnya. Dari mulutnya menyatakan mempercayai Allah dan apa yang diajarkan oleh Rasulnya, akan tetapi di dalam batin mengingkarinya atau bahkan memusuhinya. Pada zaman Rasulullah sudah banyak orang yang seperti ini, artinya banyak kaum Makkah dan Madinah yang seakan-akan percaya kepada ajaran Nabi Muhammad SAW akan tetapi secara empiris mereka melakukan gerakan untuk melawan Nabi Muhammad SAW. Misalnya kabilah yang sudah menyetujui perjanjian damai di dalam Perjanjian Madinah atau Piagam Madinah, tetapi secara diam-diam mereka melakukan konspirasi dengan musuh-musuh Islam, maka Nabi Muhammad berperang terhadap kabilah  yang semacam ini.

Jadi tidak benar, jika Nabi Muhammad SAW itu mengembangkan Islam dengan pedang, sebagaimana tuduhan para ahli orientalis, yang menyatakan bahwa Islam disiarkan dengan peperangan. Peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW hakikatnya adalah untuk mempertahankan umat Islam dari rongrongan dan fitnah yang dilakukan oleh kabilah-kabilah yang ingin menghancurkan Islam.  Nabi Muhammad SAW sudah menduga akan banyak manusia yang mengingkari janjinya sendiri. Janji hanya sebagai pemanis hubungan social. Memuji padahal menggebuki, menyanjung tetapi sesungguhnya menelikung. Zaman Nabi Muhammad SAW sudah banyak orang yang seperti ini.

Yang tidak kalah menarik juga banyaknya orang yang diberikan amanah atau kepercayaan, akan tetapi kemudian berkhianat. Ada banyak contoh kehidupan yang secara transparan menggambarkan kenyataan seperti ini. Banyak para pemimpin yang kemudian menyalahgunakan kewenangannya. Abuse of power. Sewenang-wenang di dalam menggunakan kekuasaannya. Di kala belum menjadi pemimpin berperilaku baik dan memohon dukungan, akan tetapi setelah menjadi pemimpin berlaku mengingkarinya. Begitu transparan realitas social yang terbentang di hadapan kita tentang kenyataan ini, betapa mudah kita menemukan orang yang diberi amanah tetapi menyelewengkannya.

Dalam Sejarah kita dapat  membaca  orang minafiqun dalam skala besar, misalnya Musailamah al Kadzdzab, seorang munafiq besar yang semula mengakui Allah dan Nabi Muhammad tetapi itu hanya pura-pura. Bahkan dia menyatakan bahwa wahyu kepada Muhammad itu salah alamat, mestinya kepada Ali. Dia mencoba untuk menyaingi kesusastraan tinggi Alqur’an dengan puisi hasil ciptaannya. Lalu terdapat juga Ibnu Ziyad yang memerintahkan Umar bin Saad, seorang pemimpin  bala tantara Muawiyah untuk membunuh Sayidina Husein RA. Kemudian juga terdapat sekelompok orang Khawarij yang membunuh Sayyidina Ali karena perbedaan pendapat. Ibnu Muljam yang membunuh Sayyidina Ali RA., adalah orang yang beranggapan bahwa hanya pendapatnya sendiri yang benar dan selain itu salah. Dianggapnya bahwa Sayyidina Ali RA sudah keluar dari Islam karena tidak menggunakan hukum Allah dalam menyelesaikan konflik antar umat Islam kala itu.

Dengan demikian, orang munafik itu ada di mana-mana, ada di masa lalu dan ada pada masa sekarang. Dan bahkan juga ada di sekitar kita.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..