• April 2025
    M T W T F S S
    « Mar    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    282930  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HAKIKAT SYUKUR  PADA MANUSIA

HAKIKAT SYUKUR  PADA MANUSIA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Syukur dengan ungkapan alhamdulillah mungkin sudah menjadi kebiasaan kita. Nyaris setiap hari kita bersyukur kepada Allah, terutama dalam bentuk ungkapan atau bacaan alhamdulillah. Kita masuk rumah dari bepergian jauh atau dekat, maka kita mengucapkan syukur dengan ungkapan alhamdulillah. Selesai menyelesaikan tugas baik yang ringan maupun yang berat, maka mulut kita juga berucap alhamdulillah. Selesai makan atau minum juga mengucapkan alhamdulillah. Demikian pula selesai melakukan ritual, maka kita juga mengucapkan alhamdulillah. Pokoknya serba alhamdulillah.

Syukur memang kebanyakan diungkapkan dengan lesan. Dengan ucapan. Bahkan ada orang yang sedikit-sedikit alhamdulillah. Semua itu menggambarkan bahwa ucapan Syukur telah menjadi kelaziman di dalam kehidupan kita semua. Memang syukur kebanyakan diungkapkan di kala mendapatkan kesenangan atau mendapatkan kenikmatan, baik kenikmatan fisik atau kenikmatan jiwa. Kenikmatan fisik adalah kebaikan yang dirasakan secara fisikal sedangkan kenikmatan jiwa dirasakan dalam bentuk ketenangan, rasa damai, rasa senang dan sebagainya melalui instrument hati.

Kenikmatan atau ketenangan merupakan suatu system yang menyelimuti fisik dan jiwa. Senang adalah gabungan antara dunia fisikal dan dunia kejiwaan. Biasanya diawali dengan kenikmatan fisik dan kemudian menjalar ke dalam jiwa. Di dalam Islam terdapat sebuah ungkapan bahwa jiwa atau hati yang senang berada di dalam fisik yang senang, atau jiwa yang sehat berada di dalam tubuh yang sehat. Relasinya memang timbal balik. Di dalam jiwa yang senang terdapat fisik yang sehat dan di dalam fisik yang sehat juga terdapat mental yang sehat. Hati merupakan sumber mental  dan jiwa yang merupakan satu kesatuan.

Syukur sesungguhnya tidak hanya di dalam ucapan atau yang disebut sebagai syukur secara lesan. Tetapi juga harus terdapat juga syukur secara hati atau jiwa. Dan lebih dari itu syukur juga berupa kelakuan atau tindakan. Marilah kita bahas syukur tersebut, yaitu:

Pertama, Syukur secara lesan adalah wujud syukur yang bercorak individual. Atas nama capaian pribadi yang berhasil, maka kita menyatakan syukur secara lesan. Demikian pula syukur dengan jiwa, juga kebanyakan syukur yang dilakukan secara lesan karena prestasi individu atau capaian individu. Bisa juga kesenangan secara individual atau kenikmatan yang dirasakan secara individu. Ucapan-ucapan syukur berada di dalam kawasan dimaksud.

Kedua, Syukur yang dilakukan dengan amalan shalihan. Syukur dalam bentuk prilaku inilah yang merupakan syukur dalam kategori terbaik. Bersyukur tidak hanya dalam ungkapan dan batin atau hati atau jiwa akan tetapi dengan amalan nyata. Syukur dalam bentuk ini merupakan bentuk syukur yang ditujukan kepada orang lain, agar orang lain juga bisa bersyukur atas kenikmatan Allah. Memberi makan orang miskin, memberi makan kepada orang yang sedang berada di jalan Allah, memberikan minum kepada orang yang haus dan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan merupakan bentuk syukur yang tertinggi.

Di Gapura Makam Kanjeng Eyang Syekh Ibrahim Asmaraqandi terdapat ungkapan di dalam Bahasa Jawa yang bunyinya: “wenehono  mangan marang wong kang keluwen, wenehono klambi wong kang kawudan, wenehono payung wong kang kepanasan”, yang artinya: “berikan makan kepada orang yang kelaparan, berikan baju atas orang yang telanjang dan berikan payung kepada orang yang kepanasan”. Betapa mendalamnya ajaran Kanjeng Eyang Syekh Ibrahim Asmaraqandi ini. Inilah sesungguhnya perwujudan rasa syukur dengan cara memberi  kepada orang lain.

Ketiga, Di dalam ajaran Islam terdapat sebuah konsep yang patut menjadi perhatian kita semua. Dinyatakan di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, sebagai berikut: wa man lam yaskurin nas, lam yaskurillah, yang artinya: “barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka tidak bersyukur kepada Allah”. Mengapa kita harus bersyukur kepada manusia dan kenapa tidak cukup bersyukur kepada Allah? Inilah hakikat dari rasa syukur. Allah memang dipastikan akan memberi rezeki kepada semua hambanya. Apapun hambanya. Tetapi rezeki tersebut terkadang harus melalui perantara atau washilah orang lain. Ada orang yang mendirikan Perusahaan dan kita bekerja di dalamnya, kita mendapatkan gaji untuk menghidupi keluarga. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur kepada orang tersebut. Maksudnya berterima kasih, dan dari rasa terima kasih tersebut hakikatnya adalah bersyukur kepada Allah.

Ucapan terima kasih memiliki power yang luar biasa dalam relasi social. Seseorang akan merasa terhormat karena pekerjaannya atau usahanya lalu dihargai orang meskipun hanya dengan ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih secara psikhologis masuk dalam kebutuhan akan pengakuan atau rekognisi. Dengan memberikan ucapan terima kasih atas upaya atau pekerjaan orang yang terkait dengan diri kita, maka di situ akan terdapat rasa bahagia.

Di sinilah rahasia kenapa Allah melalui Nabi Muhammad SAW memberikan tekanan pada pentingnya bersyukur atau berterima kasih kepada sesama manusia. Bahkan dinyatakan jika kita tidak bisa berterima kasih kepada sesama manusia, maka hakikatnya kita tidak berterima kasih kepada Allah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..