• February 2025
    M T W T F S S
    « Jan    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    2425262728  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TRILOGI IMAN, TAWAKKAL DAN DOA (BAGIAN PERTAMA)

TRILOGI IMAN, TAWAKKAL DAN DOA (BAGIAN PERTAMA)

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Selasa, 18/02/2025, adalah waktu saya untuk memberikan ceramah pada Jamaah Masjid Al Ihsan yang selama ini terkait dengan Komunitas Ngaji Bahagia (KNB). Mereka adalah para jamaah shalat Shubuh yang kemudian terlibat di dalam ngaji rutin, yang dilakukan kurang lebih 1,5 jam. Biasanya selesai jam 05.30 WIB. Mereka benar-benar disebut aktivis karena mereka merupakan jamaah yang istiqamah mengikuti Ngaji Bahagia. Disebut begitu karena persyaratannya, harus tertawa sebanyk 17 kali. Tertawa lepas.

Iman atau keyakinan merupakan satu persoalan di dalam semua agama. Artinya bahwa semua agama memiliki dimensi keimanan atau keyakinan yang absolut. Orang harus yakin sebagai persyaratan dasar di dalam kepemelukan agama. Jika tidak yakin akan kebenaran agamanya, khususnya keberadaan Tuhan, maka batallah dia sebagai penganut agama. Jika tidak beragama maka akan disebut sebagai atheis, atau tidak berketuhanan. Alhamdulillah kita semua yang hadir di dalam pengajian ini adalah orang yang meyakini akan keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan seru sekalian alam. Saya menyampaikan secara ringkas atas ceramah ini, yang saya sebut sebagai trilogy Iman, Tawakkal dan Doa.

Pertama, iman atau yakin, beriman artinya berkeyakinan. Di dalam agama, maka yang menjadi fondasi keyakinan adalah yakin akan eksistensi Tuhan. Di dalam Islam dikemas dalam suatu pernyataan: la ilaha ilallah, tidak ada Tuhan selain Allah. Perihal iman kepada Allah saya mencoba untuk menganalisisnya dengan tiga kategori atau tiga tipologi, yaitu:

1. Tuhan hasil konstruksi manusia.

Tuhan itu hasil rekayasa manusia. Manusia yang menentukan tentang Tuhan. Misalnya di kala Fir’aun menyatakan dirinya Tuhan dan memaksakan atas keyakinan orang untuk ditinggalkan. Bahkan terhadap istrinya sendiri, Sayyidati Masithah, yang dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya tentang kalimat tauhid yang diyakininya. Tetapi takdir berkata lain, Masithah tetap pada keyakinannya meskipun dia dimasukkan dalam kuali yang besar dengan panas yang membara. Sengatan panas di dalam kuali tidak menyurutkan imannya kepada Allah. Maka di kala Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Mi’raj, maka Nabi Muhammad merasakan ada bau wangi yang luar biasa, dan bau wangi itu datang dari tubuh Masithah. Sayyidati Masithah adalah penghuni surga yang sudah ditunjukkan posisinya kepada Nabi Muhammad SAW. Fir’aun menyatakan la ilaha illa fir’aun. Sebuah ajaran yang berseberangan dengan keyakinan di dalam ajaran agama Nabi Musa, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah: La ilaha ilallah.

Kemudian Raja Namrud yang juga menyatakan hal yang sama, tidak ada Tuhan illa Namrud. Di  kala Nabi Ibrahim mengajarkan kalimat tauhid:  la ilaha illallah, maka Nabi Ibrahim dimintanya untuk mencabut ajaran tersebut. Tetapi Nabi Ibrahim sudah menyatakan akan kebenaran kalimat Tauhid sehingga dengan keyakinannya, Nabi Ibrahim merelakan tubuhnya dilemparkan ke dalam api yang membara. Selama tujuh hari dibakar hidup-hidup  dan api tidak membakarnya. Api mengikuti perintah Allah menjadi dingin dan menyelamatkan.

Lalu Raja Nebukadnezar juga melakukan hal yang sama. Setelah kekuasaannya menjadi gigantic and powerfull, maka dia menyatakan dirinya Tuhan. La ilaha illah Nebukadnezar. Dia  hukum orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu dia menikahi ibu kandungnya dengan alasan untuk melanggengkan kekuasaannya. Dipastikan pada masanya, ada banyak orang yang menikahi ibunya karena mengikuti perintah raja. Akibatnya, dia disengat oleh binatang atau telinganya dimasuki binatang dan menyebabkan sakit kepala berkepanjangan, sekarang bisa disebut vertigo atau migrain, dan menyebabkan kematiannya.

2. Tuhan berbasis tradisi

Di masa lalu terdapat tradisi untuk melanggengkan akan adanya Tuhan. Misalnya dalam ajaran Nabi Ibrahim yang dipegang teguh oleh nenek moyang Nabi Muhammad SAW. Tradisi menyembah Tuhan itu ditradisikan oleh keluarga Nabi Muhammad ke atas. Abdullah, Abdul Muhalib, Ka’ab, Luay, Galib  seterusnya sampai Adnan dan seluruh wangsa Quraisy. Mereka percaya akan adanya Tuhan yang Esa, akan tetapi dipadukan dengan gambaran patung-patung yang tersebar di sekitar Ka’bah. Ada yang kecil dan ada  yang besar. Semakin besar patung akan semakin besar kekuasaannya. Ada tiga patung besar yaitu Al Lata, Al Manata dan Al Uzza.

Yang tidak dipercayai oleh sebagian petinggi Quraisy adalah tentang Kenabian Muhammad dan seluruh ajaran yang dikembangkannya. Mereka tidak menerima rekonstruksi atas ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW.  Mereka tolak sebab dianggap menyalahi tradisi yang sudah dipegang teguh. Dianggapnya bahwa yang dibawakan Nabi Muhammad SAW bukanlah ajaran agama yang benar. Dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim, nenek moyangnya. Mereka bersikukuh bahwa apa yang dipahami dan dilakukannya adalah kebenaran yang sesuai dengan millah Nabi Ibrahim. Truth claimed ini yang menyebabkan ketidakmauan menerima kebenaran yang datangnya belakangan.

3. Kebenaran Iman yang bersumber dari ajaran agama

Kedatangan Nabi Muhammad SAW menjadi moment penting di dalam merumuskan ulang tentang kebenaran agama yang pernah diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya. Islam membawa misi untuk membenarkan yang benar dari agama-agama sebelumnya dan menyalahkan yang tidak sesuai dengan agama yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya. Ajaran ketauhidan yang ortodoks telah mengalami heterodoksi. Mengalami perubahan yang sungguh tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT.

Islam datang untuk membenarkan kalimat tauhid la ilaha illallah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan membenarkan atas kerasulan Muhammad SAW. Muhammadur Rasulullah. Inilah yang kemudian dikenal sebagai syahadat atau persaksian manusia atas Tuhan dan utusan Tuhan. Muhammad SAW mengajarkan ketauhidan murni sebagaimana diajarkan oleh Nabi Ibrahim dan terus kepada nabi-nabi sesudahnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Kita semua bersyukur bahwa Islam telah melampaui waktu 1446 tahun, dan ajaran ketauhidan di dalam Islam sama sekali tidak berubah. Tidak ada syahadat kita yang mengingkari ketuhanan Allah dan kenabian Muhammad SAW. Kita insyaallah dapat menjadi umat Islam yang konsisten untuk mengucapkan kalimat tauhid la ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..