• February 2025
    M T W T F S S
    « Jan    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    2425262728  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

NABI IBRAHIM DALAM  DOA MUSTAJABAHNYA

NABI IBRAHIM DALAM  DOA MUSTAJABAHNYA

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Ngaji Tahsinan yang dilakukan oleh Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) sudah sampai pada Surat Al Mumtahanah, ayat 4-5, terkait dengan doa Nabi Ibrahim AS. Doa itu terekam di dalam teks Suci Alqur’an, sebagai berikut: “Ya Tuhan Kami, hanya kepada Engkau kami bertawakkal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami,  Ya Tuhan kami. Sesungguhnya  Engkau Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.

Ngaji Tahsinan tersebut diselenggarakan di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency, 17/02/2025, dan diikuti oleh jamaah Masjid Al Ihsan Ketintang Surabaya. Meskipun jamaahnya tidak banyak akan tetapi mereka adalah orang-orang yang konsisten untuk memperlajari Alqur’an secara lebih mendasar. Mereka mendapatkan dua pahala sekaligus, yaitu pahala belajar Alqur’an dan belajar pemahaman tentang Alqur’an. Tugas saya adalah memberikan penjelasan secara rasional dan transcendental dan kemudian menuliskannya.

Doa Nabi Ibrahim ini terucap setelah mengetahui bahwa orang yang dinyatakan sebagai bapaknya, Azar sang pembuat patung berhala, ternyata tidak mau mendengarkan penjelasannya tentang kebenaran ajarannya. Azar tetap menjadi orang musyrik, dan ganjarannya tidak ada lain adalah nerakanya Allah SWT. Pada ayat sebelumnya dijelaskan akan kepastian Tuhan bahwa orang musyrik pasti masuk neraka. Termasuk juga Azar yang dinyatakan sebagai bapaknya.

Tentang Azar memang ada dua pendapat di kalangan ahli Alqur’an. Ada yang menyatakan bahwa Azar adalah bapak kandungnya dan ada yang menyatakan bahwa Azar adalah bapak angkatnya. Yang menyatakan sebagai bapaknya karena disebutkan sebagai Bapak Nabi Ibrahim dan penafsiran lainnya menyatakan bahwa di dalam tradisi Timur Tengah, ada orang yang dinyatakan sebagai bapak angkat. Kemudian juga pandangan bahwa Nabi tidak akan dilahirkan oleh bapak orang musyrik. Nabi dipastikan memiliki leluhur orang yang tidak  musyrik. Jadi memang ada dualitas tafsir atas ayah Ibrahim yang sebenarnya.

Di dalam konteks ini,  maka Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah yang intinya adalah permohonan agar diselamatkan dari orang musyrik, selalu di dalam kepatuhan atau ketawakkalan kepada Allah, selalu bertobat kepada Allah dan diselamatkan dari sasaran orang musyrik akan fitnahnya yang kejam. Sebagaimana diketahui bahwa orang musyrik memiliki kecakapan untuk menyebarkan fitnah atas personal umat Islam. Bahkan para Nabi juga sering dijadikan sebagai sasaran fitnahnya.

Jika kita perhatikan, maka ada tiga hal  yang dapat dipahami mengenai doa Nabi Ibrahim, yaitu: Pertama, permohonan agar selalu menjadi orang yang tawakkal kepada Allah SWT. Orang yang tawakkal diindikatori dengan kepasrahan atas kepastian Tuhan. Di kala Nabi Ibrahim berkeinginan agar Azar yang telah membesarkannya, agar diampuni dosa-dosanya, dan kemudian mendapatkan jawaban  pasti bahwa Allah menolak keinginan tersebut karena dosa kemusyrikan yang tak terampuni, maka Ibrahim berpasrah kepada Allah SWT.

Nabi Ibrahim memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Penyesalan atas sikap keras kepala orang tuanya tentu membuatnya sedih dan kecewa, akan tetapi kepasrahannya atas kepastian Tuhan mengalahkan segala keinginan pribadinya. Allahlah yang menentukannya dan Allahlah yang akan memastkan segalanya. Nasehat sudah diampaikan, peringatan juga sudah diberikan, akan tetapi segalanya kembali kepada pilihannya masing-masing. Ada yang menganggap benar seruannya dan ada yang menganggap kebohongan atas dakwahnya.

Kedua, pertobatan atas kelakuannya. Seorang Nabi itu dijamin masuk surga. Seorang rasul itu mendapatkan kepastiannya akan mendapatkan kenikmatan surga. Jadi meskipun tidak berdoa kepada Allah, akan tetapi dipastikan dirinya akan masuk surga. Tetapi apa yang kita lihat bahwa semua Nabi selalu melakukan pertobatan kepada Allah. Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Yusuf, Nabi Ismail, Nabi Nuh, Nabi Muhammad dan lain-lain semua memiliki doa khusus yang dilantunkannya. Semua doa tersebut terekam di dalam Kitab Suci Alqur’an.

Kala Nabi Yunus di dalam perut Ikan, maka Nabi Yunus memiliki doa khusus. Kala Nabi Nuh terombang-ambing dalam lautan banjir besar pada masanya, maka Nabi Nuh memiliki doanya yang khusus. Di saat Nabi Yusuf dalam godaan setan, maka Nabi Yusuf memiliki doa yang khas, kala Nabi Ibrahim di dalam pembakaran api, maka Nabi Ibrahim juga memiliki doa khusus. Jadi semua Nabi berada  di dalam doa-doa yang jelas.

Doa Nabi Ibrahim di dalam ayat ini memberikan indikasi agar beliau dapat menjadi orang yang selalu bertaqwa kepada Allah dan selalu memohon pertobatan kepada Allah. Taqwa dan tobat adalah dua kata penting di dalam kehidupan. Ketakwaan menjadi kata kunci kehidupan dan bertaubat menjadi kata kunci karena manusia memiliki sifat lupa dan lalai. Nabi Ibrahim memberikan percontohan atas penggunaan dua kata kunci dimaksud.

Ketiga, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar dihindarkan dari fitnah. Nabi itu orang yang baik, keteladanan dalam kebaikan, contoh dalam doa dan kepasrahan akan tetapi tidak bisa melepaskan diri dari fitnah yang dilakukan atas rival-rivalnya. Di dunia ini selalu ada dua kelompok, yang pro dan kontra. Dan orang yang kontra, yang tidak menyetujui atas ajarannya, tidak menyukai atas perilakunya yang berbeda, dan yang menganggap semua ajarannya adalah kebohongan, maka akan menyebarkan fitnah.

Para Nabi bisa difitnah sebagai pembohong. Nabi Musa difitnah sebagai tukang sihir, Nabi Muhammad SAW difitnah sebagai pembuat kabar bohong dan tukang jiplak. Nabi Ibrahim  dianggap sebagai bagian dari kelompok yang melawan negara, dan sebagainya. Kala difitnah itulah maka Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dijadikan  sebagai sasaran fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan.

Oleh itu marilah kita jadikan Nabi Ibrahim dan Nabi lainnya sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari dengan tiga hal penting yaitu: selalu bertawakkal, selalu bertaubat dan selalu memohon agar dihindarkan dari fitnah.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..