• February 2025
    M T W T F S S
    « Jan    
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    2425262728  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KETELADANAN HAJAR ISTERI NABI IBRAHIM AS

KETELADANAN HAJAR ISTERI NABI IBRAHIM AS

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Kali ini saya ingin menuliskan ceramah Ustadz Dr. Kholil Umam, dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya. Ceramah ini dilakukan pada Hari Selasa, 11/02/2025 di Masjid Al Ihsan  Ketintang Surabaya. Ceramah ini diikuti oleh Jamaah Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) yang setiap Selasa ba’da Shubuh menyelenggarakan pengajian. Sebuah pengajian rutin.

Ustadz Kholil meminta saya untuk berdoa, karena saya barusan datang dari umrah. Biasalah tradisi kita memang seperti itu. Saya doakan agar semua peserta pengajian mendapatkan rezeki untuk datang di Mekkah Al Mukarromah dan Berziarah ke Makam Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Tentu saja mereka semua mengamininya.

Pak Kholil menyampaikan dua  hal yang mendasar di dalam ceramahnya, yaitu: Pertama, tentang kepasrahan Hajar sebagai isteri kedua Nabi Ibrahim AS. Sebagaimana dipahami dari sejarah Nabi-Nabi, maka Ibrahim memiliki dua istri, yaitu Sarah dan Hajar. Sarah sebagai istri pertama belum memiliki putra. Ditunggu sampai batas waktu yang diinginkan dan tetap belum memiliki putra. Maka atas kesadarannya, Sarah memohon kepada Ibrahim AS agar dapat memperistri Hajar, yang sesungguhnya juga orang terhormat, dikenal sebagai putri Fir’aun, dan permohonan tersebut dikabulkannya. Akhirnya Hajar hamil. Sebagai konsekuensinya, Nabi Ibrahim sangat menyayanginya. Tetapi justru membawa dampak Sarah menjadi cemburu. Oleh Allah diperintahkan agar Hajar ditempatkan di suatu tempat yang sangat jauh, yaitu di lembah yang akhirnya dikenal sebagai Mekkah. Sebuah lembah yang gersang, kering kerontang, tidak ada apapun yang bisa dimakan bahkan diminum. Di situlah Allah SWT menyuruh Ibrahim menempatkan istrinya yang sedang hamil. Setelah ditempatkan di situ, maka Nabi Ibrahim AS harus kembali ke istri pertamanya, Sarah. Sebagai istri seharusnya Hajar merasa disia-siakan. Merasa ditinggalkan. Merasa tidak ada tanggungjawab. Tetapi inilah bedanya Hajar, seorang Wanita shalihah, yang mempercayai atas ketentuan Tuhan dan kepercayaan sedemikian kuat akan kebenaran atas prilaku suaminya. Sama sekali tidak merasa bahwa yang dilakukan Ibrahim tersebut sebagai sebuah kekurangan, akan tetapi sebagai wujud dari pelaksanaan perintah Allah. Dia meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh suaminya adalah perintah Allah semata.

Hajar adalah cerita perempuan mandiri. Setelah kepergian suaminya dan bahan makanan habis, maka dia harus mencari air untuk minum diri dan anaknya, Ismail. Hajar berlari-lari di antara dua bukit Shafa dan Marwah. Dari  hentakan kaki hajar itu kemudian muncul air yang melimpah. Sumber air itulah yang kemudian dikenal sebagai Sumur Zamzam. Sebuah sumber air yang bahkan dinyatakan sebagai bagian dari air surga. Tidak ada air di dunia yang PH-nya melebihi air Zamzam.

Hajar kemudian mengajari anak semata wayangnya dengan ajaran agama yang diterimanya dari Nabi Ibrahim. Sebagai Wanita shalihah, Hajar mengajari Ismail dengan kebaikan ayahnya, dengan keagungan akhlak ayahnya, dengan kasih sayang ayahnya. Tidak ada sedikitpun ajaran negative tentang ayahnya. Semua yang terbaik yang diajarkannya. Itulah sebabnya, Ismail juga sangat menghormati dan menyayangi ayahnya. Kasih sayang yang tulus berkat ajaran ibunya. Islam mengajarkan bahwa madrasah pertama bagi seorang anak adalah ajaran ibunya. Seluruh pembuat sejarah kehidupan selalu dibuat oleh orang-orang hebat pada zamannya dan terus diteladani orang-orang sesudahnya. Berkat kesetiaan dan kepasrahan Hajar maka sejarah Islam itu bisa diukirnya. Sejarah Islam, terutama tentang ritual haji, berasal dari lelaku Hajar,  perempuan shalihah tiada tanding tersebut.

Kedua, kepasrahan Hajar juga teruji pada saat mendengar Nabi Ibrahim diminta oleh Allah untuk mengorbankan putra semata wayangnya. Ketika Ismail sudah mencapai usia 11 tahun, maka Allah menguji Nabi Ibrahim. Allah SWT menguji kepatuhannya dan kasih sayangnya. Mana yang lebih disayangi antara Allah dan anaknya. Pada saat genting seperti itu, maka Nabi Ibrahim AS menanyakan kepada anaknya tentang perintah Allah melalui mimpi. Dan jawaban yang tidak terduga bahwa Ismail justru meminta kepada ayahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT.

Seorang anak tidak akan mempercayai ayahnya, jika tidak diajarkan kepada anaknya untuk kebaikan ayahnya. Maka di kala dimintai pendapatnya, maka Ismail mempercayainya. Itulah buah dari pendidikan Ibunya yang mengajarkan bagaimana kepasrahan dan kepatuhan kepada Allah SWT melalui apa yang dilakukan oleh ayahnya. Relasi yang sedemikian baik antara anak, ibu dan ayah menjadi penanda bagi kebaikan akhlak anak. Meskipun terdapat godaan yang luar biasa dari syaitan, akan tetapi keyakinan, kepasrahan dan kepatuhan kepada Allah mengalahkan segalanya.

Allah sedemikian senang atas prestasi Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail, maka Allah memberikan kegembiraan yang luar biasa, yaitu digantinya upacara pengorbanan seorang putra untuk Tuhan dengan pengorbanan seekor domba yang datang dari Surga. Maka, pada hari itu ditetapkan sebagai hari Raya Korban, untuk menandai atas pengorbanan Ibrahim kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW kemudian menguatkan ibadah korban Nabi Ibrahim sebagai hari Raya Korban di dalam agama Islam.

Dari kisah ini sesungguhnya dapat dicari maknanya, bahwa perempuan shalihah itu ditandai dengan keimanannya, kepasrahannya dan kepatuhannya kepada Allah. Ketiganya diajarkan kepada keturunannya dengan tetap berpegang teguh bahwa suaminya adalah orang yang terbaik, sehingga tetap bisa menjadi teladan. Oleh karena itu, keluarga muslim dapat menjadikan peristiwa yang dialami Hajar sebagai ibrah untuk kebaikan bagi keluarga.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..