• January 2025
    M T W T F S S
    « Dec    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HINDARKAN DIRI DARI SETAN INTERNAL, EKSTERNAL DAN GABUNGAN

HINDARKAN DIRI DARI SETAN INTERNAL, EKSTERNAL DAN GABUNGAN

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Sudah berulang kali saya sampaikan bahwa di dalam acara ngaji bareng pada Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) itu salah satu bumbu penyedapnya adalah tertawa sebanyak 17 kali minimum. Meskipun pesertanya tidak banyak tetapi konsisten untuk terlibat di dalamnya. Ngaji Selasanan, 22/01/2025, sebagaimana biasa, dilakukan ba’da shubuh di Masjid Al Ihsan, Perumahan Lotus Regency, Ketintang Surabaya.

Tema pengajian itu variative tergantung mood-nya. Tetapi secara umum, biasanya Ustadz Dr. Cholil Umam menyampaikan pandangan keagamaan, Ustadz Sahid Sumitro terkait dengan motivasi agama dan kehidupan, sementara saya memberikan pengantar ceramah tentang agama dan dimensi sosiologis kehidupan. Ceramah dilakukan secara interaktif dan selingan humor-humor segar apa saja, yang penting tertawa lepas. Bagi orang-orang yang serius menatap kehidupan rasanya harus beradaptasi diri.

Pada kali ini saya menyampaikan kaitan antara salah satu ayat di dalam Surat Al Hasyr dengan realitas kehidupan social. Ada tiga hal yang saya sampaikan. Pertama, ucapan syukur kepada Allah bahwa kita masih diberikan keimanan dan hidayah yang tiada terputus untuk menjalankan amal ibadah sesuai dengan ajaran Islam. Kita masih bisa mendawamkan membaca Alqur’an setiap pagi meskipun hanya satu surat, Al Waqi’ah dan sekali sepekan membaca Alqur’an Surat Al Kahfi, dan dilanjutkan dengan tahsinan. Meskipun juga hanya beberapa ayat tetapi saya yakin bahwa Allah meridhai atas kegiatan yang kita lakukan. Di dalam sebuah hadits dinyatakan hahwa Allah sangat menyukai orang di dalam sebuah majlis yang membaca Alqur’an dan membicarakan tentang ajaran Islam. Haditsnya Panjang, tetapi dapat kita baca di dalam Mushaf Alqur’an cetakan Al Sham tahun 2021.

Kedua,  ayat di dalam Surat Al Hasyr tersebut berbunyi: wa ma atakumur rasulu fakhudzuhu wa ma nahakum ‘anhu fantahu”, “dan apa-apa yang diperintahkan rasul kepadamu maka ikutilah atau jalankanlah dan apa-apa yang dilarang Rasul untukmu maka hindarilah”. Ayat ini menegaskan bahwa ada ajaran Islam yang harus dilakukan dan ada ajaran Islam yang dilarang melakukannya. Tetapi ayat ini bercorak perintah khusus atau al amar al khas. Ayat ini dikaitkan dengan peristiwa dalam perebutan harta fa’ia atau yang di dalam bahasa gampangnya disebut harta fi’. Yaitu harta rampasan di sebuah peperangan yang dimenangkan. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa dalam Perang Uhud, maka terdapat banyak harta rampasan, dan pasukan Islam kemudian sibuk memunguti harta rampasan, sehingga melupakan pertahanan. Di dalam sejarah disebutkan bahwa nyaris umat Islam kalah, sebab para musuh berhasil menaiki bukit dan menyerang dengan panah-panah. Untunglah terdapat kesadaran untuk membalikkan situasi dengan penguasaan atas Bukit Uhud sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dimaksud.

Selain itu juga terdapat perintah umum atau al amar al am. Misalnya amar ma’ruf nahi mungkar adalah amar dan larangan umum. Bisa digunakan untuk perintah apa saja dalam menjalankan ajaran Islam dan juga larangan apa saja di dalam ajaran Islam. Misalnya perintah shalat adalah perintah umum untuk semua umat Islam dengan cara sesuai dengan ajaran Islam. “Shallu kama raaitumuni ushall”i atau “shalatkan kamu sekalian sebagaimana shalatku”, begitulah kata Nabi Muhammad SAW. Para sahabat bisa melihat langsung shalatnya Nabi Muhammad SAW, para tabiin bisa mendengarkan cerita langsung dari sahabat Nabi dan para tabiit tabiit tabiin dapat mendengarkan cerita para tabiin dari sahabat Nabi, dan kita sekarang melakukan shalat sesuai dengan yang dilakukan Nabi tetapi melalui interpretasi para ulama yang memiliki  kapasitas untuk menafsirkan teks Suci, baik Alqur’an maupun Alhadits.

Ketiga,  peristiwa harta fi’  memberikan symbol kehidupan bahwa manusia memang memiliki syahwat atau nafsu yang sering diidentifikasi sebagai syahwat kepada harta, kekuasaan dan wanita. Di dalam tradisi Jawa disebut harta, tahta, wanita. Manusia memenuhi nafsu untuk memiliki  harta atau kekayaan. Manusia memiliki nafsu untuk memiliki kekuasaan  politik, dan manusia memiliki nafsu atas lawan jenis. Ini semua bisa dibahasakan dengan syahwat yang berbasis atas nafsu syetan. Ada orang yang bisa memanej yang satu atau dua lainnya dan tidak mampu memanej satunya lagi. Masing-masing orang bisa berbeda-beda.

Saya mengkonsepsikannya dengan ungkapan setan internal yaitu  nafsu atau syahwat yang berasal dari dalam diri manusia, ada setan eksternal atau nafsu atau syahwat yang berangkat dari factor eksternal dan bahkan ada yang bersumber dari keduanya atau setan gabungan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa kita berperang melawan nafsu atau syahwat tersebut. Ada kalanya menang dan adakalanya kalah. Tetapi sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW setelah Perang Badar, bahwa umat Islam selesai melakukan jihad kecil menuju jihad besar dan jihad besar tersebut adalah jihad melawan hawa nafsu.

Jika kita analisis, perang itu jihad melawan musuh yang berupa manusia. Siapa musuhnya jelas, dibunuh atau membunuh. Kalah atau menang. Dan semua peperangan menggunakan dalil ini. Sedangkan hawa nafsu yang berasal dari dalam diri sungguh sangat sulit diperangi karena terkait dengan keinginan yang terkadang maha dahsyat untuk memperoleh dan menguasainya. Bisikannya sangat halus, tetapi akibatnya dahsyat. Misalnya keinginan pada kekuasaan politik terkadang seseorang bisa menghalalkan segala cara. Orang bisa berpikir sebagaimana Machiavelli, bahwa tujuan menghalalkan segala cara. Kemudian yang lebih dahsyat adalah ketika dua nafsu atau syahwat menjadi satu kesatuan. Tentu pengaruhnya sangat besar di dalam kehidupan.

Itulah sebabnya Islam mengajarkan untuk berdoa: Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqna tiba’ah wa arinal bathila bathila warzuqna ijtinabah”. Ya Allah tunjukkan kepada kami yang benar adalah benar dan tunjukkan kepada kami jalan mengikutinya dan tunjukkan kepada kami yang salah itu salah dan tunjukkan kami jalan menghindarinya”.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..