MELANJUTKAN TRADISI ULAMA MELALUI RITUAL DZIKIR
MELANJUTKAN TRADISI ULAMA MELALUI RITUAL DZIKIR
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Sebagai konsekuensi atas kehadiran saya di desa tempat kelahiran saya, maka satu hal yang tidak boleh saya lupakan adalah sekadar memberikan ceramah agama pada jamaah Mushalla Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Sebuah desa yang merangkak menapaki kemajuan perkembangan fisik, di mana rumah-rumah sudah mulai menjadi rumah permanen dengan design yang beraneka ragam.
Pada tahun 1990-an hanya rumah saya yang sudah berbentuk permanen dengan bangunan yang modern, akan tetapi sekarang rumah saya sudah ketinggalan zaman sebab banyak rumah-rumah baru yang lebih modis. Desain rumah-rumah perkotaan sudah menjadi tradisi di desa saya tersebut. Rupanya hukum perubahan tidak bisa ditolak dan terjadilah perubahan meskipun lambat tetapi nyata terjadi.
Kamis, 26/12/2024, ba’da Shalat Magrib saya memberikan ceramah agama terkait dengan perkembangan pemahaman beragama yang sedang simpang siur di masyarakat Indonesia. Dewasa ini sedang terjadi perkembangan baru dalam pemahaman dan praktik keagamaan. Ada yang lama dan ada yang baru. Yang lama adalah paham beragama yang mengedepankan tradisi seperti membaca tahlil, membaca wirid, membaca surah Yasin yang dibaca bersama-sama dalam satu kegiatan di rumah-rumah atau di masjid-masjid serta di mushalla-mushalla.
Ada tiga hal yang saya sampaikan kepada jamaah shalat maghrib di Mushalla Raudhatul Jannah, yaitu: pertama, bersyukur atas kenikmatan Allah yang berupa kesehatan, sehingga kita dapat melaksanakan shalat jamaah maghrib. Tanpa kesehatan yang baik, maka kita tidak akan sempurna untuk menjalankan syariat Islam, misalnya shalat berjamaah. Kita sehat sesuai dengan kapasitas kesehatan yang kita dapatkan dari Allah SWT. Kalau yang berusia seperti saya, maka pastilah ada linu-linu sedikit tetapi secara umum masih memenuhi kriteria sehat. Alhamdulillah.
Kedua, sampai hari ini kita masih termasuk orang yang rajin menjalankan sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Kita shalat berjamaah yang dipastikan pahalanya berlipat-lipat. 27 derajad dibandingkan dengan shalat sendirian. Kita bisa shalat sunnah rawatib. Kita termasuk orang yang patuh atas ajaran Islam atas dasar pemahaman para alim ulama di Indonesia. Mereka para ulama yang menjadi leluhur kita dan terus kita laksanakan apa yang menjadi ajarannya. Yang dilakukan oleh para ulama adalah penerjemahan atas ajaran Islam sebagaimana dilakukan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan diteruskan oleh para ulama sesudahnya hingga sampai kepada kita.
Kita tidak akan pernah ragu atas kebenaran ajaran Islam sebagaimana dipahami dan dipraktekkan oleh para ulama. Mereka para ulama Islam ahli sunnah wal jamaah merupakan ulama yang sudah teruji akan paham dan praktek keagamaannya. Siapa yang meragukan atas keulamaan Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki dan Imam Hanafi. Mereka adalah ahli ilmu Islam, terutama ilmu fiqih yang kemudian menjadi madzhab atau aliran fiqih di dalam Islam yang memuat tentang cara melakukan ajaran Islam sesuai dengan keyakinannya.
Di antara ajaran agama yang tetap kita yakini adalah tentang membaca tahlil, membaca Surah Yasin, membaca Surat Al Waqi’ah, Barzanjenan, Maulid Nabi, Peringatan Isra’ dan Mi’raj, shadaqah ahli kubur dan sebagainya. Kita hingga hari ini masih melakukannya dengan sepenuh keyakinan bahwa hal tersebut merupakan ajaran Islam yang baik. Kita tidak pernah meragukan bahwa amalan bacaan tahlil dan bacaan surat Yasin yang kita tujukan kepada ahli kubur pasti ditolak dan tidak sampai kepada yang bersangkutan. Kita tetap meyakini bahwa dengan Rahman dan Rahim Tuhan Allah SWT maka setiap amalan yang kita lakukan akan diterimanya. Kita akan tetap husnudz dzan kepada Allah. Bukankah Allah sendiri yang menyatakan bahwa “Ana ‘inda dzanni abdi bi”. Yang artinya kurang lebih “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hambaku”. Jadi kita harus husnudz dzan bahwa Allah akan menerima amalan kita yang baik-baik, dan yang kita inginkan akan dikabulkan oleh Allah untuk apa yang dituju. Prinsip melakukan amalan Islam seperti ini yang tetap menjadi rujukan kita di dalam beribadah kepada Allah SWT.
Ketiga, sekarang kita sedang menghadapi gelombang paham baru keagamaan, yang serba menyalahkan atas prilaku beragama sebagaimana yang kita lakukan. Semua salah dan tidak ada kebenaran sedikitpun. Mereka ini ingin mengganti paham dan prilaku beragama sebagaimana yang kita lakukan dan menggantinya seperti yang dipahami dan dilakukannya. Membaca tahlil, membaca surat Yasin, wirid ba’da shalat dan bersedekah untuk ahli kubur semuanya salah. Dan yang salah pasti masuk neraka. Dianggapnya semua bidh’ah dan setiap yang bidh’ah itu dhalalah. Dianggapnya bahwa membaca tahlil dalam acara tahililan, membaca wirid bersama-sama ba’da shalat sebagai dhalalah dan semuanya salah.
Kelompok ini dilabel sebagai kaum Salafi Wahabi. Kelompok yang hanya membenarkan paham keagamaannya dan yang lain semua salah. Yang dilakukan oleh orang NU dan lain-lain semuanya salah atau dhalalah. Jadi yang dapat masuk surga hanya kelompoknya sedangkan yang lainnya dipastikan masuk neraka. Seakan-akan surga dan neraka itu kewenangannya sendiri. Mereka lupa bahwa yang memiliki kewenangan memasukkan orang ke dalam surga dan neraka adalah Allah SWT. Mereka lupa bahwa ada rahmat Allah yang akan menolong seseorang masuk surga.
Mereka ini menjadikan media social sebagai tempat untuk menyiarkan ajaran agamanya tersebut. Makanya banyak orang yang kemudian menjadi pengikutnya. Banyak generasi muda yang terpikat dengan ajarannya yang didengarnya di media social. Oleh karena itu kita harus membentengi anak-anak dan cucu-cucu dan kerabat kita agar tidak menjadi bagian dari paham keagamaannya. Jangan sampai mereka menjadi orang yang selalu menyalahkan saudaranya, bahkan orang tuanya sebagai kaum pemuja bidh’ah.
Saya merasa bergembira bahwa masjid-masjid di Tuban masih mengikuti dan mempertahankan bahkan mengembangkan paham dan prilaku Islam ala ahli sunnah wal Jamaah. Mari kita yakini ajaran agama sebagaimana paham keagamaan para pendahulu itu agar kehidupan harmonis bagi kita semua akan terus terjaga. Marilah kita selalu mengamalkan ajaran agama yang sesuai dengan paham keagamaan para leluhur kita yang ahlu sunnah wal jamaah.
Wallahu a’lam bi al shawab.