KETAATAN MUTLAK KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
KETAATAN MUTLAK KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Saya diundang oleh Ketua Yayasan Pendidikan Nailun Najah, H. Moh. Fauzan, SH, SPdI, Desa Margomulyo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban yang menyelenggarakan acara “Pengembangan Moderasi Beragama Berbasis Digital Untuk Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Kecamatan Kerek Tuban” kerja sama antara Direktur Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama, Dr. A. Munir, MA, yang acaranya diselenggarakan di Front One King Hotel Tuban.
Di sela-sela waktu yang tersedia pada saat saya ke Tuban, maka Saya menyempatkan pulang ke rumah saya di Tuban, tepatnya di Desa Sembungrejo Kecamatan Merakurak, Tuban. Tentu merupakan kewajiban bagi saya untuk pulang ke rumah, sebab orang tua perempuan saya, Hj. Turmiatun, masih dalam keadaan sehat wal afiat. Rasa syukur yang luar biasa atas keadaan Emak saya tersebut.
Pada waktu subuh, Sabtu, 14/12/24, saya berkesempatan untuk shalat shubuh berjamaah di Mushallah Raudhatul Jannah. Saya bisa bertemu para sahabat saya di masa kecil. Ada di antara para sahabat tersebut yang sudah mendahului kita semua. Melihat para jamaah shalat subuh lelaki dan perempuan tersebut, maka saya tergerak untuk memberikan sekedar ceramah agama, yang saya kaitkan dengan salah satu ayat di dalam Surat Al Mujadalah. Ceramah tersebut bisa saya berikan tema “Ketaatan Mutlak Kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW”.
Ada tiga hal yang saya sampaikan, yaitu: Pertama, bersyukur atas nikmat Allah. Tidak bisa diingkari bahwa kita semua semakin merangkak menjadi tua. Bahkan sudah ada beberapa kawan kita yang sudah dipanggil Allah SWT. Mereka sudah berada di alam lain, alam barzakh, alam penantian antara kehidupan dunia dan akherat. Dan kita juga yakin bahwa suatu saat kita juga akan seperti itu. Kita masih diberikan usia yang panjang. Maka sudah saatnya kita bersyukur kepada Allah SWT. Kita mensyukuri atas nikmat usia panjang. Yang kita harapkan adalah usia yang panjang yang penuh dengan kesehatan, keberkahan dan keimanan kepada Allah SWT.
Kedua, di dalam surat Al Mujadalah, Allah memberikan peringatan kepada kita agar tidak melakukan perundingan dengan sesama sahabat atau kolega untuk melakukan perbuatan yang berdosa, berbuat jahat dan kemaksiatan kepada Rasulullah. Di dunia yang penuh dengan kepentingan politik, ekonomi, social dan budaya ini sangat dimungkinkan untuk melakukan apa saja, bahkan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keagamaan. Orang rela untuk melakukan pembunuhan fisik atau kehormatan, karena factor politik. Untuk mencapai tujuan politik tidak jarang orang bisa berbunuh-bunuhan. Kekejaman banyak terjadi karena kepentingan di bidang politik dan ekonomi.
Bahkan juga di dalam kepentingan agama dan social. Perang bisa terjadi karena tafsir agama. Lihatlah orang bisa melakukan bom bunuh diri karena tafsir agama yang merusak kemanusiaan. Kelompok teroris bisa melakukan bom bunuh diri dengan meledakkan dirinya untuk membela tafsir atas jihad yang bermakna kekerasan atau mati syahid. Di dunia Ini ada saatnya orang berperang untuk membela keyakinannya. Semua dilakukan dengan alasan membela agama Tuhan. Demikian pula terkait dengan masalah social. Ada kesalahpahaman yang menyebabkan konflik social, ada interaksi social yang tidak seimbang lalu melahirkan disharmoni social dan sebagainya.
Ketiga, Allah melarang umat Islam untuk merencanakan perbuatan dosa. Allah melarang umat Islam merencanakan tindakan yang bermuatan permusuhan. Allah melarang umat Islam untuk bermaksiat kepada Rasulullah SAW. Umat Islam dilarang untuk merencanakan perbuatan yang mengingkari kebenaran Rasulullah dan mengingkari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah seharusnya adalah apa yang dilakukan umat Islam. Apa yang disunnahkan oleh Rasulullah adalah apa yang seharusnya dilakukan umat Islam.
Jika Rasulullah meminta kepada umat Islam untuk melakukan dzikir untuk memuji Allah, maka umat Islam juga harus melakukannya. Jika Rasulullah mensunnahkan perbuatan seperti menyebarkan salam, memberi makan orang miskin dan membangun persahabatan melalui silaturrahmi kepada sesama umat Islam, maka itu pula yang harus dilakukan oleh umat Islam. Janganlah kita menjadi kelompok yang inkarus sunnah atau mengingkari sunnah Rasulullah SAW.
Kitab Suci Alqur’an itu memuat hal-hal yang mujmal atau umum, maka yang menjelaskannya adalah hadits Nabi Muhammad SAW. Aqur’an memerintahkan kita melakukan shalat dan tata cara shalat itu dijelaskan di dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Jadi antara Alqur’an dan Hadits adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan sumber ajaran Islam yang harus diyakini keberadaannya. Jika umat Islam mengingkari salah satunya, maka keislamannya menjadi salah. Yang bersangkutan akan menjadi kafir atau ingkar atas kebenaran ajaran Islam.
Kita bersyukur kepada Allah karena hingga hari ini masih menjalankan ajaran Islam dengan benar. Tidak ada di antara kita yang menjadi kelompok inkarus sunnah. Tidak ada di antara kita yang menolak ajaran Islam. Insyaallah kita telah menjadi bagian dari umat Muhammad SAW yang kelak akan mendapatkan syafaatnya karena kita telah melakukan amalan-amalan wajib dan sunnahnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.