• December 2024
    M T W T F S S
    « Nov    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HINDARI KAUM INKARUS SUNNAH

HINDARI KAUM INKARUS SUNNAH

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Salah satu di antara kelebihan dari Komunitas Ngaji Bahagia (KNB) Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya adalah mengedepankan diskusi yang lebih dominan dibanding ceramah atau penjelasan narasumber. Bahkan di dalam acara tahsinan pun juga dilakukan upaya untuk mendalami atas ayat-ayat yang ditahsinkan. Pada hari Kamis, 28/11/24, acara tahsinan sampai pada Surat Al Mujadilah ayat ke 9, yang intinya memberikan pencerahan kepada umat beriman agar tidak merencanakan untuk melakukan  perbuatan dosa, perlawanan dan durhaka kepada Rasulullah. Arti di dalam ayat 9 tersebut adalah: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan kembali”.

Menilik atas ayat ini, maka ternyata Alqur’an itu sangat mendalam dalam menceritakan fenomena yang memang lazim terjadi di kalangan masyarakat. Ada pembicaraan rahasia yang kemudian mengandung dimensi kemadharatan. Allah menegaskan agar jika ada pembicaraan yang dianggap sebagai rahasia, maka diperkenankan dengan materi pembicaraan yang mengarah kepada kebaikan fid dini wad dunya wal akhirah. Ada tiga hal yang kita bicarakan;

Pertama, di antara kelompok yang bisa dinyatakan durhaka kepada Rasulullah SAW adalah kaum inkarus sunnah. Orang yang ingkar kepada Rasulullah. Mereka adalah orang yang menolak atas apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Mereka tidak mau menjalankan sunah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Mereka berkeyakinan hanya akan mengamalkan yang menjadi keyakinannya saja dan tidak mengamalkan atas apa yang disunnahkan oleh Rasulullah. Kelompok ini memang berkeyakinan atas keberadaan Allah SWT dan mempercayai atas firman Allah yang berupa Alqur’an akan tetapi tidak percaya tentang hadits-hadits yang menjadi basis bagi tindakan melakukan sunnah rasul.

Kaum inkarus sunnah menjadi fenomena di masa pemerintahan Islam Bani Umayyah dan terus berlanjut pada masa Bani Abbasiyah. Pada zaman imam-imam madzhab, aliran inkarus sunnah sudah berkembang di Timur Tengah. Ajaran kaum inkarus sunnah masuk ke Indonesia, Malaysia dan beberapa negara lainnya diperkirakan pada tahun 1970-an. Meskipun ajaran inkarus sunnah jelas-jelas bertentangan dengan prinsip Islam  yang diyakini oleh mayoritas umat Islam, akan tetapi tetap saja ada pengikutnya.

Bisa jadi keyakinan seperti ini tumbuh karena perbedaan tafsir atas sunnah yang dilakukan oleh para mufassir, ahli hadits  dan ahli fiqih. Dari pada berada di dalam perdebatan yang tidak kunjung selesai di antara para fuqaha dan ahli hadits atau ahli tafsir, maka mereka lebih baik menghindarinya. Mereka sampai pada asumsi bahwa yang bisa diterima hanyalah firman Tuhan di dalam Alqur’an saja. Sayangnya, saya tidak bisa menjelaskan lebih detail tentang mana yang diterima dan mana yang ditolak di dalam ajaran sunnah atau bahkan ditolak seluruhnya atau ditolak sebagiannya saja.

Kedua, sebagai orang yang berada di dalam paham ahli sunnah wal jamaah, maka sungguh tidak masuk nalar atas pemahaman agama yang menolak sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagi saya bahwa antara apa yang terdapat di dalam Alqur’an dengan apa yang ada di dalam hadits Nabi Muhammad sebagai basis sunnah rasul tentu tidak bisa dipisahkah. Alqur’an menjelaskan hal-hal yang mujmal atau umum, dan hadits dalam bentuk  ketetapan, ucapan dan tindakan Rasul adalah penjelasan detailnya. Contoh dalam perintah shalat, maka Alqur’an hanya memberikan perintahnya saja dan sunnah Nabi yang menjelaskannya. Jadi orang melakukan shalat harus berbasis pada amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi tentu benar perintah Nabi Muhammad SAW yang menyatakan: “shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat”. Adapun bisa terjadi variasi di dalam pelaksanaan shalat,  maka hal tersebut merupakan konsekuensi dari tafsir para ulama tentang shalat Nabi Muhammad SAW. Jika ada doa dalam shalat yang berbeda, ada gerakan shalat yang berbeda, dan bacaan shalat yang berbeda, maka hal itu merupakan contoh yang diriwayatkan oleh generasi sahabat dan terus diwariskan oleh generasi tabi’in dan tabiit tabi’in dan sampai kepada kita sekarang. Ada banyak Riwayat yang menjelaskan tentang Nabi Muhammad membenarkan bacaan shalat sahabatnya dan membenarkan bacaan lainnya. Makanya ada Riwayat hadits yang menyatakan bacaan ini di dalam shalat dan ada bacaan itu di dalam shalat dan sebagainya.

Ketiga, Nabi Muhammad SAW merupakan tipe ideal dalam kasih sayang dan tipe ideal dalam kebebasan untuk mengekspresikan agamanya. Para sahabat sering melakukan ibadah dengan doa yang diekspresikannya dan kemudian dibenarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya ada varian di dalam doa dan bacaan di dalam shalat. Ada kelompok yang menggunakan bacaan sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari  dan ahli hadits Imam Turmudzi. Yang kemudian berimplikasi atas penafsiran tentang hadits tersebut. Misalnya hadits tentang bacaan Alfatihah di dalam shalat. Imam Syafi’i mewajibkan bacaan Alfatihah di dalam shalat, sedangkan Imam Abu Hanifah menyatakan tidak wajib hanya keutamaan saja.

Dengan demikian, saya tidak membayangkan bagaimana seseorang bisa menjadi kelompok inkarus sunnah, padahal untuk melakukan ajaran agama tentu diperlukan tindakan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Jadi yang paling rasional adalah menyandingkan atas teks Alqur’an dan teks Hadits Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu marilah kita beragama sebagaimana agama yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW berbasis pada pemahaman dari para ulama yang kita Yakini sebagai ahli di dalam penafsiran ajaran agama.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..