MENGHINDARI DOSA, DURHAKA DAN MENGHINA RASULULLAH
MENGHINDARI DOSA, DURHAKA DAN MENGHINA RASULULLAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Agama apapun dipastikan mengajarkan kepada hambanya untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa, perbuatan durhaka dan pernyataan atau perbuatan yang menghina Rasulullah. Tentu Islam memiliki konsep di dalam hal ini. Islam melarang dengan tegas atas beberapa tindakan yang diidentifikasi sebagai mengandung perbuatan dosa, perbuatan durhaka dan menghina, mencela atau menjelekkan Rasulullah Muhammad SAW.
Inilah inti dari pembahasan di dalam acara tahsinan, yang diselenggarakan oleh Jamaah Nagi Bahagia atau disebut sebagai Komunitas Ngaji Bahagia (KNB), 20/11/2024. Acara ini seperti biasa dilakukan setiap hari dan diikuti oleh jamaah Masjid Raudhoh Perumahan Sakura Ketintang Surabaya dan jamaah Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya. Acara tahsinan ini sampai pada Surat Al Mujadilah, pada Juz ke 28. Di antara ayat yang dibaca adalah mengenai pembicaraan yang terkait dengan dhihar atau menyamakan isteri dengan ibu kandung dan perbuatan dosa, durhaka dan menjelekkan Rasululllah. Islam tidak melarang sekelompok orang melakukan pembicaraan tetapi tentu yang dibicarakan adalah mengenai kebaikan.
Ada tiga hal yang kita diskusikan di dalam acara tahsinan, yaitu: pertama, terkait dengan larangan untuk berbuat dosa. Di dalam ayat ini disebut sebagai itsmi atau perbuatan dosa. Allah sungguh melarang agar seseorang tidak melakukan perbuatan dosa. Sebab dosa merupakan perbuatan yang mengandung kemadharatan, baik kemadharatan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Untuk diri sendiri perbuatan dosa akan menjadi beban psikhologis dan beban spiritual. Seseorang akan menjadi gelisah, takut dan merasa bersalah. Kemudian juga akan membebani mindset bahwa kita akan masuk ke dalam neraka. Seseorang akan memperoleh duka nestapa karena terbayang dengan keadaan di neraka. Apalagi banyak sekali ayat Alqur’an yang menceritakan tentang penderitaan kehidupan di neraka. Oleh karena itu Allah memberikan solusi agar orang yang berbuat dosa segera bertaubat dengan melakukan perbuatan baik. Pertobatan dan perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang yang selesai melakukan dosa akan bisa menghapus dosanya tersebut.
Kedua, Allah juga melarang manusia untuk melakukan perbuatan durhaka. Perbuatan durhaka itu berdimensi terhadap Allah, Rasulullah dan juga sesama umat manusia. Durhaka kepada Allah, misalnya kita memiliki mindset dan tindakan yang menyekutukan Tuhan, mengingkari keberadaannya, mengingkari syariatnya dan masih banyak lagi lainnya. Kemudian durhaka kepada Rasulullah, misalnya menjadi kelompok inkarus sunnah. Menolak sunnah rasul. Melanggar atas apa yang disyariatkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW.
Di dunia ini semakin banyak orang yang menjadi atheis atau tidak percaya kepada Tuhan. Di Eropa Barat, prosentase orang atheis semakin meningkat. Bahkan menunjukkan angka di bawah 30 persen. Di Belanda, Inggris, Swiss, Perancis, Spanyol dan negara-negara Skandinavia lainnya, maka jumlah orang yang percaya kepada Tuhan semakin menyusut. Mereka merasa cukup untuk berbuat baik saja tanpa harus mempercayai bahwa perbuatan baik tersebut seharusnya bersumber dari ajaran-ajaran agama. Mereka menjadi humanis nir teologis.
Kemudian yang tidak kalah penting juga durhaka kepada sesama manusia. Seseorang bisa durhaka terhadap orang tuanya. Mereka durhaka kepada saudaranya, gurunya, para ulama, dan juga masyarakat luas lainnya. Orang merasa menjadi yang terhebat sehingga menyombongkan diri. Orang merasa paling pintar sehingga tidak memerlukan orang lain. Mereka membuat kesombongan di dunia, yang merupakan perbuatan yang paling dibenci oleh Allah SWT.
Ketiga, paham atau tindakan yang merendahkan atau melecehkan Rasulullah. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah adalah manusia yang ma’shum atau manusia yang tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Manusia yang suci karena utusan Allah. Tidak ada cacat moral dan etika yang merusak kenabiannya. Tidak melakukan perbuatan dosa yang membatalkan kenabiannya. Rasulullah adalah makhluk Allah yang mendapatkan sebutan sebagai ulul azmi, Nabi pilihan yang diperuntukkan untuk manusia dengan berbagai karakter dan sifatnya yang menjengkelkan. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW melakukan dakwahnya dengan kelemahlembutan. Di kala Nabi Muhammad SAW berdakwah di Thaif dan mendapatkan perlakuan yang sangat sadis dari masyarakat, maka Nabi tidak menerima usulan Malaikat Jibril agar mereka dihancurkan dengan dijepit dengan dua Gunung di dekat Thaif. Nabi justru menyatakan bahwa mereka melakukannya disebabkan oleh ketidaktahuannya. Nabi menyatakan bahwa dirinya diutus Allah untuk menyadarkan mereka dan bukan untuk menghancurkannya.
Oleh karena itu sungguh tidak selayaknya jika manusia melecehkan dan merendahkan kepribadian dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad merupakan suri tauladan dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammad SAW adalah uswah hasanah. Nabi merupakan role model kehidupan manusia. Contoh dalam perilaku religious, perilaku social, perilaku humanitas dan bahkan perilaku politiknya. Nabi merupakan contoh sempurna dari kehidupan manusia. Makanya menjadi tidak elok jika ada manusia yang melecehkan atau merendahkannya. Di dunia ini ada banyak tokoh orientalis yang melakukan tindakan melecehkan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW.
Kita tentu sungguh bergembira bahwa meskipun kita tidak berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW akan tetapi tetap menghormati dan menyanjungnya sebagai Rasulullah. Nyaris tidak ada hari yang tidak diisi dengan shalawat sebagai ekspresi rasa cinta kepada-Nya. Kita semua yakin bahwa sebagai umat Islam yang mencintai Nabi Muhammad SAW, maka kita akan mendapatkan syafaatnya.
Wallahu ‘alm bi al shawab.