• December 2024
    M T W T F S S
    « Nov    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KAUM BERIMAN, KAUM AGNOTIS DAN KAUM ATHEIS

KAUM BERIMAN, KAUM AGNOTIS DAN KAUM ATHEIS

Prof. Dr. Nur Syam, MSi

Banyak sekali di dalam ayat Alqur’an yang menjelaskan tentang Iman atau yakin akan keberadaan Allah dan hal-hal yang terkait dengan keimanannya tersebut, lalu orang yang agnotis atau ragu-ragu akan keberadaan Allah dan hal-hal yang terkait dengan keraguannya itu dan ada orang yang atheis atau tidak percaya akan keberadaan Allah dan hal-hal yang terkait dengan ketidakyakinannya akan adanya Allah.

Saya menjelaskan hal ini di dalam acara tahsinan Alqur’an yang diselenggarakan di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency Ketintang Surabaya, Selasa, 19/11/2024. Acara tahsinan ini terkait dengan ayat di dalam Surat Al Mujadilah, yang membicarakan tentang orang yang mendustakan agama atau  menentang  Allah. Di dalam ayat 5, digambarkan tentang orang yang menentang Allah dan rasulnya.

Allah SWT menegaskan apakah manusia masih meragukan akan keberadaan Allah dan segala hal yang terkait dengan Allah tersebut. Mereka adalah orang yang menentang Allah dan rasulnya, maka dipastikan akan menuai kehinaan sebagaimana kehinaan atas orang yang menentang Allah di masa lalu. Padahal mereka sudah mendapatkan informasi tentang kehinaan bagi para penentang Allah dari para rasul yang memberikan berita tentang hal tersebut.

Sebagaimana yang diberitakan di dalam Kitab Suci, kitab-kitab Allah pada rasulnya, telah memberikan gambaran akan siksa atas orang yang mendustakan kebenaran ajaran Allah. Kaum Nabi Nuh yang ditelan oleh gelombang banjir besar pada zamannya, lalu kaum Tsamud yang dilaknat dengan angin panas selama berhari-hari, kaum Ad yang ditelan oleh gempa bumi yang dahsyat dan sebagainya. Berita-berita ini bukan hoaks tetapi kenyataan yang telah digambarkan di dalam Kitab Suci. Penderitaan tersebut merupakan bagian dari imbalan atas keingkarannya kepada Allah SWT.

Memang secara sosiologis dapat digambarkan tentang klasifikasi orang yang mempercayai Allah dan orang yang menentang Allah. Ada tiga klasifikasi atas hal tersebut, yaitu: pertama, kaum beriman adalah orang yang meyakini akan keberadaan Allah dan rasulnya yang memberikan pedoman untuk kehidupan sebagaimana tertuang di dalam Kitab Suci, seperti Alqur’an.

Di dalam kitab suci ini sudah dijelaskan dengan sangat jelas tentang bagaimana seseorang harus beriman kepada Allah dan rasulnya serta kitab suci yang telah diajarkan kepada umat manusia. Tentu saja ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Ada yang kemudian menjadi muslim yang taat dan ada yang tetap di dalam keingkarannya kepada ajaran kebenaran yang telah disampaikan kepadanya.

Sebagai contoh, ada Abu Jahal, Abu Lahab, dan ada Musailamah Al Kadzab sebagai representasi orang yang menolak kebenaran Islam. Mereka adalah realitas social yang dapat menjadi symbol atas orang yang ingkar akan kebenaran Allah. Sebaliknya ada Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, Sayyidina Ali, dan lain-lain yang disebut sebagai assabiqunal awwalun, yang jumlahnya sebanyak 40 orang yang mula-mula percaya kepada Allah dan kenabian Muhammad SAW. Mereka ini adalah orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya.

Kedua, kaum agnostic atau agnostisme. Mereka adalah orang yang  meragukan akan keberadaan Allah dan juga hal-hal yang terkait dengan Allah dimaksud. Seperti keberadaan Nabi Muhammad, Kitab Suci dan sebagainya. Sebenarnya mereka percaya tentang Tuhan, tetapi selalu di dalam keraguan antara percaya atau tidak percaya. Bagi mereka selalu meragukan semua berita yang terkait dengan kebenaran agama. Mereka percaya atau tidak percaya dengan dunia gaib bahkan juga dunia metafisika. Kebenaran hanya dapat diyakini atas hal-hal yang bisa diinderawikan atau dirasionalkan. Yang tidak observable atau rasionable dapat menimbulkan keraguan. Mereka kebanyakan adalah ahli filsafat yang meragukan atas hal-hal yang gaib.

Di dalam konsepsi Islam, maka orang yang ragu-ragu akan kebenaran agama adalah orang munafiq. Di luarnya kelihatan percaya kepada Tuhan tetapi batinnya tidak meyakininya. Orang yang selalu berubah-ubah tanpa pendirian. Hari ini percaya tentang Tuhan dan perilaku baik yang menyertainya, akan tetapi besuk akan bisa berubah.

Ketiga, orang yang tidak percaya keberadaan Allah dan hal-hal yang terkait dengan keyakinan tersebut. Kaum atheis adalah kaum yang sama sekali tidak yakin akan keberadaan Allah. Mereka tidak meyakini akan hal-hal yang gaib. Filsafat materialism mengajarkan bahwa hanya yang bersifat materi saja yang bisa dipercaya. Selain itu tidak.

Di dalam filsafat materialism, maka hanya yang bersifat dan berwujud material saja yang bisa diyakini keberadaannya. Karena Tuhan itu kegaiban, kehidupan sesudah kematian akan kegaiban, surga dan neraka adalah kegaiban, maka tidak layak untuk dipercaya. Bahkan di dalam tubuh  manusia juga tidak dipercayai adanya  roh. Orang bisa hidup karena organ tubuhnya baik dan orang mati karena organ tubuhnya rusak.

Mereka adalah orang kafir, yang intinya menolak akan keberadaan Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diyakini keberadaannya. Mereka orang yang ingkar akan kebenaran agama. Kafir itu artinya menolak. Apa saja yang tidak sesuai dengan pikirannya dipastikan akan dotolaknya. Apa yang tidak dapat diyakini karena hal-hal gaib tentu sangat layak untuk ditolaknya.

Kita semua adalah orang yang beruntung sebab mempercayai keberadaan Allah tanpa sedikitpun keraguan. La raiba fiha. Tidak ada keraguan di dalamnya. Semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sebagaimana yang tercantum di dalam Alqur’an maupun sunnah-sunnahnya kita yakini dan kita lakukan.

Oleh karena itu pantaslah jika kita harus bersyukur atas hidayah yang diberikan oleh Allah kepada kita. Tanpa hidayahnya dipastikan kita tidak bisa menjadi muslim yang benar.

Wallahu a’lam bi al shawab.

 

Categories: Opini
Comment form currently closed..