JADIKAN SHALAWAT SEBAGAI WASHILAH MENCAPAI RAHMAT ALLAH
JADIKAN SHALAWAT SEBAGAI WASHILAH MENCAPAI RAHMAT ALLAH
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Jika saya pulang ke Tuban, selalu ada yang kurang jika saya tidak menyapa para jamaah Shalat di Mushalla depan rumah saya, yaitu jamaah Mushalla Raudhatul Jannah di Dusun Semampir, Desa Sembungrejo, Merakurak, Tuban. Ketepatan Hari Selasa, 22/10/2024, saya secara sengaja datang di rumah Tuban untuk menjenguk orang tua perempuan saya.
Saya memang hari itu harus pergi ke Kudus menghadiri undangan Rektor IAIN Kudus, Prof. Dr. Abdurahman Kasdi, Lc., dalam rangka Studium General untuk mahasiswa Program Magister dan Doctor IAIN Kudus. Ada sebanyak 30 orang mahasiswa baru program doctor Islamic Studies pada tahun pertama dibukanya Program Studi Islamic Studies. Diharapkan menyusul dibuka juga Prodi Manajemen Pendidikan Islam untuk tahun depan.
Saya selalu merasa senang jika datang di desa saya ini, sebab bisa bertemu dengan kawan-kawan di masa kecil, yang masih sehat dan dapat melakukan shalat berjamaah, khususnya shalat jamaah Shubuh. Shalat jamaah shubuh merupakan shalat jamaah yang sulit dilakukan karena terkadang seseorang belum bangun. Jadi shalat shubuhnya terlambat. Bisa jadi karena ada acara semalam yang padat, sehingga tidurnya lambat.
Ada tiga hal yang saya sampaikan di dalam ceramah ba’da shubuh di Mushalla Raudhatul Jannah, yaitu: pertama, kita harus selalu bersyukur atas nikmat Allah, terutama nikmat iman kepada-Nya. Nikmat terbesar di dalam kehidupan adalah nikmat untuk selalu menjadi umat Islam, yang meyakini keberadaan Allah, meyakini kebenaran kitab suci Alqur’an, kebenaran kehadiran Nabi Muhammad sebagai pembimbing terbesar umat manusia, dan meyakini rukun iman lainnya. Tidak hanya ini tetapi juga dapat melaksanakan ibadah dan berbuat baik untuk sesama manusia. Inilah nikmat terbesar di dalam kehidupan. Kita juga bisa hidup dalam sehat, sebab kesehatan itu begitu penting agar kita dapat melakukan ibadah dengan sempurna.
Kedua, para ulama baik ulama Nu maupun ulama Muhammadiyah menganjurkan agar kita membaca shalawat. Kyai Asrori mursyid Taraket Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kedinding Surabaya menjelaskan bahwa membaca shalawat yang diniatkan untuk memohon ampunan Allah, maka hal itu pasti akan diampuni Allah. Jika membaca shalawat untuk ampunan Allah maka ampunan tersebut melalui Nabi Muhammad kekasih Allah. Jika kita membaca istighfar maka kita meminta langsung, yang kita belum bisa memastikannya diterima atau lainnya. Tetapi dengan memohon ampunan melalui bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad, maka shalawat dan permohonan doa tersebut akan diterima Allah SWT. Ustadz Adi Hidayat, ulama Muhammadiyah juga menyarankan yang sama. Intinya, bahwa dengan membaca shalawat yang diniatkan untuk memperoleh ampunan Allah, maka diyakini bahwa Allah akan mengampuni dosanya. Oleh karena itu, marilah kita lakukan keduanya, membaca istighfar yang langsung memohon ampunan kepada Allah dan juga bisa melakukan shalawat yang juga bisa menjadi kepastian akan ampunan Allah SWT.
Ketiga, shalawat akan dapat menjadi washilah untuk memperoleh syafaat Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad adalah anugrah yang sangat luar biasa. Siapa yang tidak ingin mendapatkannya. Yang dipastikan untuk memperoleh syafaat Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membaca shalat secara istiqamah, yang terus menerus. Mungkin jumlahnya tidak harus banyak tetapi basis istiqamahnya itu yang sangat penting. Amalan yang disukai Allah adalah amalan yang dilakukan secara rutin. Maka beruntunglah orang yang di dalam hidupnya diwarnai dengan bacaan shalawat. Semakin banyak membaca shalawat dan istiqamah, maka semakin besar peluangnya untuk memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad SAW.
Agama itu terkait dengan keyakinan. Maka kita harus memastikan bahwa kita yakin dengan membaca shalawat, maka akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW. Nabi Muhammad sebagai kekasih Allah diberikan wewenang untuk memberikan syafaat kepada hambanya yang mencintainya. Dan salah satu cara mencintai Nabi Muhammad SAW adalah dengan membaca: “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad”.
Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah SWT. Tidak ada nabi dan rasul yang melebihi kasih sayang Allah dimaksud. Sebagai konsekuensi atas kasih sayang yang sedemikian besar, maka apa yang dimohonkan oleh Nabi Muhammad SAW akan diperkenankan oleh Allah. Dan salah satu dari perkenan Allah adalah Nabi Muhammad SAW berhak untuk memberikan syafaat. Jika seseorang mendapatkan syafaatnya Kanjeng Rasul, maka juga dipastikan akan mendapatkan rahmat Allah SWT.
Adakah yang lebih besar dari rahmat Allah SWT. Saya rasa tidak ada. Rahmat Allah adalah karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada hambanya yang mencintai kekasihnya. Muhammad SAW adalah kekasihnya yang sangat layak memperoleh cinta dan kasih sayang. Makanya, jika seseorang bershalawat berarti mencintai kekasih Allah SWT dan akan berujung pada kehadiran rahmat Allah SWT yang sangat didambakan.
Dan di antara yang menjadi penyebab seseorang masuk surga adalah karena rahmat Allah SWT. Beruntunglah orang yang bershalawat sebab akan memperoleh syafaatnya Rasulullah Muhammad SAW dan akhrnya akan mendapatkan rahmat Allah SWT yang berupa menjadi barisan dari ahli surga.
Wallahu a’lam bi al shawab.