HINDARI KESOMBONGAN
HINDARI KESOMBONGAN
Prof. Dr. Nur Syam, MSi
Tiada yang lebih indah dan membahagiakan di usia yang tidak lagi bisa disebut muda, kecuali secara bersama-sama dalam usia yang dewasa lalu kita dapat memperbaiki bacaan Alqur’an atau tahsinan Alqur’an dan juga sedikit memahami terjamah Alqur’an sesuai dengan ayat di dalam Surat yang dibaca. Kami adalah komunitas Ngaji Bahagia (KNB) di Masjid Al Ihsan Perumahan Lotus Regency yang nyaris setiap pagi belajar membaca Alqur’an secara benar.
Pada hari Rabo, 11/09/2024, Jamaah KNB terlibat di dalam tahsinan: Pak Mulyanta, Pak Hardi, Pak Suryanto, Pak Rusmin, Pak Budi, saya dan Ustadz Alief Rifqi, Al Hafidz, dan beberapa orang lainnya berhalangan hadir. Kita belajar Alqur’an dan telah sampai pada Surat Alqiyamah, ayat 33-35.
Ayat ini membahas tentang kesombongan dan perintah dengan tegas agar kita jangan melakukannya. Bunyi ayat tersebut adalah: “tsumma dzahaba ila ahlihi yatamattha. Aula laka fa aula. Tsumma aula laka fa aula”. Yang artinya: “Kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan kesombongan. Celakalah kamu maka celakalah. Sekali lagi celakalah kamu (manusia), maka celakalah”. Ayat ini menggambarkan betapa Allah SWT memberi peringatan yang sedemikian kerasnya kepada manusia agar jangan sombong, karena kesombongan akan membawa kepada kecelakaan, terutama kecelakaan di alam akherat.
Sombong adalah penyakit hati yang sering tanpa kita sadari. Sebuah penyakit yang menghinggapi hati manusia bahwa ada kelebihan di dalam dirinya, atau ada kelebihan pada dirinya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ada di dalam diri kita penyakit sombong dan hal itu merupakan bagian tidak terpisahkan dari “perasaan” bahwa kita memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
Kelebihan tersebut bisa kelebihan akan ilmu yang kita miliki. Kita merasa bahwa kita memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Ilmu kita lebih hebat dibandingkan dengan orang lain. Ilmu kita lebih banyak dan konprehensif dibandingkan dengan orang lain. Kita serba lebih. Makanya kita lalu menganggap orang lain dipastikan kalah dengan kita. Contoh yang sederhana misalnya dengan kemampuan berbahasa yang lebih banyak maka kita dapat menyombongkan diri bahwa kita yang paling hebat. Orang lain berada di bawah kita. Bahkan kita bisa menghina orang lain karena kelebihan yang kita miliki tersebut. Ini merupakan kesombongan iblisiyah. Iblis merasa lebih tahu dan lebih baik, maka Iblis menentang Tuhan kala akan menjadikan Adam sebagai khalifahnya.
Kelebihan lainnya misalnya terkait dengan kekayaan atau harta. Kita merasa bahwa kitalah yang paling kaya. Kita merasa memiliki kelebihan harta dibandingkan dengan orang lain. Harta yang kita miliki itu lebih banyak dan lebih besar dibandingkan orang lain. Dengan harta yang kita miliki maka semua yang kita inginkan akan dapat dicapai. Dengan kelebihan harta itu lalu kita menganggap rendah orang lain bahkan menghina orang lain. Penyakit ini bisa dikaitkan dengan Qarun, seorang kapitalis di zaman baheula. Ini merupakan kesombongan qaruniyah. Kekayaannya itu luar biasa banyaknya, sehingga dia bisa melakukan apa saja. Dia menyombongkan diri dengan kelebihan hartanya tersebut. Pada akhirnya dia mati di dalam gempa bumi yang menenggelamkan diri dan hartanya. Ternyata harta tidak dapat menyelamatkannya.
Kelebihan berikutnya adalah jabatan. Jabatan ada kaitannya dengan kekuasaan. Dengan jabatannya itu dapat membuat kesombongan karena dia merasa memiliki kekuasaan yang dapat menentukan apa saja. Kekuasaan sering membuat orang terlena. Merasa bahwa kekuasaan tersebut akan selamanya dimilikinya. Dengan kekuasaan yang menjadi efek jabatan tersebut maka orang bisa melakukan apa saja. Bisa semena-mena atas lainnya. Bisa meminggirkan orang lain. Bahkan juga bisa membikin aturan untuk melestarikan kekuasaannya. Bisa melestarikan kekuasaan untuk keluarganya. Penyakit hati seperti ini bisa dikaitkan dengan prilaku Fir’aun atau prilaku Namrud. Hal ini bisa disebut kesombongan fir’auniyah atau kesombongan Namrudiyah. Sedemikian besar kekuasannya sampai-sampai dia merasa sebagai Tuhan. Kehidupannya berakhir tragis di kala jabatan dan kekuasaannya tidak dapat menyelamatkannya.
Allah sampai dua kali mengulang kata “celakalah bagi orang yang sombong”. Itu berarti betapa pentingnya larangan Allah untuk melakukan kesombongan. Jangan sombong. Jangan sombong. Begitulah Allah mengingatkan kepada manusia akan adanya penyakit hati di dalam diri manusia dimaksud. Allah juga menyatakan agar kita tidak berjalan di muka bumi dengan kesombongan. Wa la tamsyi fil ardhi maraha”. Allah melarang agar manusia tidak berjalan di muka bumi dengan kesombongan. Meskipun manusia memiliki kelebihan di dalam ilmu, kekayaan dan kekuasaan.
Di atas langit ada langit. Di atas kemampuan kita ada kemampuan orang lain. Makanya janganlah menjadi manusia yang merasa paling pintar sendiri, paling kaya sendiri, paling berkuasa sendiri. Di atas kepintaran, kekayaan dan kekuasaan kita ada kekuasaan orang lain yang lebih tinggi. Yang boleh sombong hanya Allah saja, sebab Allah itu Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Kaya tetapi juga Maha Rahman dan Rahim.
Manusia itu diciptakan untuk saling memperkuat satu dengan lainnya. Ada yang ahli bahasa, ada yang ahli matematika. Ada yang ahli ilmu social tetapi juga ada yang ahli antropologi. Ada yang ahli ekonomi dan ada yang ahli agama. Oleh karena itu, selayaknya manusia harus menghargai kelebihan yang lain, dan jangan menganggap dirinya yang paling segalanya.
Adakah di antara kita yang seperti itu? Marilah kita muhasabah atas diri kita agar kita bisa selamat menuju ke surganya Allah yang penuh dengan kenikmatan.
Wallahu a’lam bi al shawab.